Quantcast
Channel: Bugil – Tante Bawel
Viewing all 140 articles
Browse latest View live

Harga Sebuah Absen Ialah Perawan! bagian dua bawel.cerewet.info/

$
0
0

Harga Sebuah Absen Ialah Perawan! bagian dua

Dari Bagian 1

Dalam mulutku penis itu kukulum dan kuhisap, kugerakkan lidahku memutar mengitari kepala penisnya. Sesekali aku melirik ke atas melihat ekspresi wajah dia menikmati seponganku. Berdasarkan pengalaman, sudah banyak cowok kelabakan dengan articulate sex-ku, mereka biasa mengerang-ngerang tak karuan bila lidahku sudah beraksi pada penis mereka, Pak Qadar pun termasuk diantaranya. Dia mengelus-elus rambutku dan mengelap dahinya yang sudah bercucuran keringat dengan sapu tangan.

Namun ada sedikit gangguan di tengah kenikmatan. Terdengar suara pintu diketuk sehingga kami agak panik. Pak Qadar buru-buru menaikkan kembali celananya dan meneguk air dari gelasnya. Aku disuruhnya sembunyi di bawah meja kerjanya.

“Ya.. Ya.. Sebentar tanggung ini hampir selesai,” sahutnya membalas suara ketukan.

Dari bawah meja aku mendengar dia sudah membuka pintu dan berbicara dengan seseorang yang aku tidak tahu. Kira-kira tiga menitan mereka berbicara, Pak Qadar mengucapkan terima kasih pada orang itu dan berpesan agar jangan diganggu dengan alasan sedang lembur dan banyak pekerjaan, lalu pintu ditutup.

“Siapa tadi itu Pak, sudah aman belum?” tanyaku setelah keluar dari kolong meja.

“Tenang cuma karyawan mengantar surat ini kok, yuk terusin lagi Dik.”

Lalu dengan cueknya aku melepaskan baju dan rokku yang sudah terbuka hingga telanjang bulat di hadapannya. Aku berjalan ke arahnya yang sedang melongo menatapi ketelanjanganku, kulingkarkan lenganku di lehernya dan memeluknya. Dari tubuhnya tercium balm khas parfum om-om. Dia yang memangnya pendek terlihat lebih pendek lagi karena saat itu aku mengenakan sepatu yang solnya tinggi.

Kudorong kepalanya di antara kedua gunungku, dia pasti keenakan kuperlakukan seperti itu. Tiba-tiba aku meringis dan mendesis karena aku merasakan gigitan pada puting kananku, dia dengan gemasnya menggigit dan mencupangi putingku itu, giginya digetarkan pada bulatan mungil itu dan meninggalkan jejak di sekitarnya. Tangannya mengelusi punggungku menurun hingga mencengkram pantatku yang bulat dan padat.

“Hhmm.. Sempurna sekali tubuhmu ini Dik, pasti rajin dirawat ya,” pujinya sambil meremas pantatku.

Aku hanya tersenyum kecil menanggapi pujiannya lalu kubenamkan kembali wajahnya ke payudaraku yang sebelah, diapun melanjutkan menyusu dari situ. Kali ini dia menjilati seluruh permukaannya hingga basah oleh liurnya lalu diemut dan dihisap kuat-kuat. Tangannya dibawah sana juga tidak bisa diam, yang kiri meremas-remas pantat dan pahaku, yang kanan menggerayangi vaginaku dan menusuk-nusukkan jarinya di sana. Sebagai respons aku hanya bisa mendesah dan memeluknya erat-erat, darah dalam tubuhku semakin bergolak sehingga walaupun ruangan ini ber-AC, keringatku tetap menetes-netes.

Mulutnya kini merambat naik menjilati leher jenjangku, dia juga mengulum leherku dan mencupanginya seperti Dracula memangsa korbannya. Cupangannya cukup keras sampai meninggalkan bercak merah selama beberapa hari. Akhirnya mulutnya bertemu dengan mulutku dimana lidah kami saling beradu dengan liar. Lucunya karena dia lebih pendek, aku harus sedikit menunduk untuk bercumbuan dengannya. Sambil berciuman tanganku meraba-raba selangkangannya yang sudah mengeras itu. Setelah tiga menitan karena merasa pegal lidah dan susah bernafas kami melepaskan diri dari ciuman.

“Masukin aja sekarang yah Pak.. Saya udah nggak tahan nih,” pintaku sambil terus menurunkan resleting celananya.

Namun belum sempat aku mengeluarkan penisnya, dia sudah terlebih dulu mengangkat tubuhku. Wow, pendek-pendek gini kuat juga ternyata, dia masih sanggup menggendongku dengan kedua tangan lalu diturunkan di atas meja kerjanya. Dia berdiri diantara kedua belah pahaku dan membuka celananya, tangannya memegang penis itu dan mengarahkannya ke vaginaku. Tangan kananku meraih benda itu dan membantu menancapkannya. Perlahan-lahan batang itu melesak masuk membelah bibir vaginaku hingga tertanam seluruhnya.

“Ooohh..!” desahku dengan tubuh menegang dan mencengkram bahu Pak Qadar.

“Sakit Dik?” tanyanya.

Aku hanya menggeleng walaupun rasanya memang agak nyeri, tapi itu cuma sebentar karena selanjutnya yang terasa hanyalah nikmat, ya nikmat yang semakin memuncak. Aku tidak bisa tidak mendesah setiap kali dia menggenjotku, tapi aku juga harus menjaga aggregate suaraku agar tidak terdengar sampai luar, untuk itu kadang aku harus menggigit bibir atau jari. Dia semakin cepat memaju-mundurkan penisnya, hal ini menimbulkan sensasi nikmat yang terus menjalari tubuhku.

Tubuhku terlonjak-lonjak dan tertekuk sehingga payudaraku semakin membusung ke arahnya. Kesempatan ini tidak disia-siakan dia yang langsung melumat yang kiri dengan mulutnya dan meremas-remas yang kanan serta memilin-milin putingnya. Tak absolutist kemudian aku merasa dunia makin berputar dan tubuhku menggelinjang dengan dahsyat, aku mendesah panjang dan melingkarkan kakiku lebih erat pada pinggangnya. Cairan bening mengucur deras dari vaginaku sehingga menimbulkan bunyi kecipak setiap kali dia menghujamkan penisnya. Beberapa detik kemudian tubuhku melemas kembali dan tergeletak di mejanya di antara tumpukan arsip-arsip dan alat tulis.

Aku hanya bisa mengambil nafas sebentar karena dia yang masih bertenaga melanjutkan ronde berikutnya. Tubuhku dibalikkan telungkup diatas meja dan kakiku ditarik hingga terjuntai menyentuh lantai, otomatis kini pantatku pun menungging ke arahnya. Sambil meremas pantatku dia mendorongkan penisnya itu ke vaginaku.

“Uuhh.. Ngghh..!” desisku saat penis yang keras itu membelah bibir kemaluanku.

Dalam posisi seperti ini sodokannya terasa semakin keras dan dalam, badanku pun ikut tergoncang hebat, payudaraku serasa tertekan dan bergesekan di meja kerjanya. Pak Qadar menggenjotku semakin cepat, dengusan nafasnya bercampur dengan desahanku memenuhi ruangan ini. Sebisa mungkin aku menjaga suaraku agar tidak terlalu keras, tapi tetap saja sesekali aku menjerit kalau sodokannya keras. Mulutku mengap-mengap dan mataku menatap dengan pandangan kosong pada foto dia dengan istrinya yang dipajang di sana.

Beberapa menit kemudian dia menarik tubuh kami mundur beberapa langkah sehingga payudaraku yang tadinya menempel di meja kini menggantung bebas. Dengan begitu tangannya bisa menggerayangi payudaraku. Pak Qadar kemudian mengajak ganti posisi, digandengnya tanganku menuju sofa. Dia menjatuhkan pantatnya disana, namun dia mencegahku ketika aku mau duduk, disuruhnya aku berdiri di hadapannya, sehingga kemaluanku tepat di depan wajahnya.

“Bentar yah Dik, Bapak bersihin dulu punyamu ini,” katanya seraya menempelkan mulutnya pada kerimbunan bulu-bulu kemaluanku.

“Sluurp.. Sshhrrp” dijilatinya kemaluanku yang basah itu, cairan orgasmeku diseruputnya dengan bernafsu. Aku mendesis dan meremas rambutnya sebagai respons atas tindakannya. Vaginaku dihisapinya selama sepuluh menitan. Setelah puas aku disuruhnya naik kepangkuannya dengan posisi berhadapan. Kugenggam penisnya dan kuarahkan ke lubangku, setelah rasanya pas kutekan badanku ke bawah sehingga penis dia tertancap pada vaginaku. Sedikit demi sedikit aku merasakan ruang vaginaku terisi dan dengan beberapa hentakan masuklah batang itu seluruhnya ke dalamku.

20 menit lamanya kami berpacu dalam gaya demikian berlomba-lomba mencapai puncak. Mulutnya tak henti-henti mencupangi payudaraku yang mencuat di depan wajahnya, sesekali mulutnya juga mampir di pundak dan leherku. Akupun akhirnya tidak tahan lagi dengan memuncaknya rasa nikmat di selangkanganku, gerak naik turunku semakin cepat sampai vaginaku kembali mengeluarkan cukup banyak cairan orgasme yang membasahi penisnya dan daerah selangkangan kami.

Semakin absolutist goyanganku semakin lemah, sehingga tinggal dia saja yang masih menghentak-hentakkan tubuhku yang sudah lemas di pangkuannya. Belakangan dia melepaskanku juga dan menyuruh menyelesaikannya dengan mulut saja. Aku masih lemas dan duduk bersimpuh di lantai di antara kedua kakinya, kugerakkan tangan kananku meraih penisnya yang belum ejakulasi. Benda itu, juga bulu-bulunya basah sekali oleh cairanku yang masih hangat. Aku membuka mulut dan mengulumnya.

Seiring dengan tenagaku yang terkumpul kembali kocokanku pun lebih cepat. Hingga akhirnya batang itu semakin berdenyut diiringi suara erangan parau dari mulutnya. Sperma itu menyemprot langit-langit mulutku, disusul semprotan berikutnya yang semakin mengisi mulutku, rasanya hangat dan kental dengan aromanya yang accustomed denganku. Inilah saatnya menjajal teknik menyepongku, aku berkonsentrasi menelan dan mengisapnya berusaha agar cairan itu tidak terbuang setetespun.

Setelah perjuangan yang cukup berat akhirnya sempotannya makin mengecil dan akhirnya berhenti sama sekali. Belum cukup puas, akupun menjilatinya sampai bersih mengkilat, perlahan-lahan benda itu melunak kembali. Pak Qadar bersandar pada daybed dengan nafas terengah-engah dan mengibas-ngibaskan leher kemejanya. Setelah merasa segar kami kembali memakai pakaian masing-masing. Dia memuji permainanku dan berjanji berusaha membantuku mencari pemecahan masalah ini. Disuruhnya aku besok datang lagi pada jam yang sama untuk mendengar keputusannya.

Ternyata ketika besoknya aku datang lagi keputusannya masih belum kuterima, malahan aku kembali digarapnya. Rupanya dia masih belum puas dengan pelayananku. Dan besok lusanya yang kebetulan tanggal merah aku diajaknya ke sebuah auberge melati di daerah Tangerang. Disana aku digarapnya setengah hari dari pagi sampai sore, bahkan sempat aku dibuat pingsan sekali. Luar biasa memang daya tahannya untuk seusianya walaupun dibantu oleh suplemen pria. Namun perjuanganku tidaklah sia-sia, ketika sedang berendam bersama di bathtub dia memberitahukan bahwa aku sudah diperbolehkan ikut dalam ujian.

“Kesananya berusaha sendiri yah Dik, jangan minta yang lebih lagi, Bapak sudah perjuangkan hal ini dalam rapat kemarin,” katanya sambil memencet putingku.

“Tenang aja Pak, saya juga tahu diri kok, yang penting saya nggak mau perjuangan saya selama ini sia-sia,” jawabku dengan tersenyum kecil.

Akhirnya akupun lulus dalam mata kuliah itu walaupun dengan nilai B karena UAS-nya lumayan sulit, lumayanlah daripada tidak lulus. Dan dari sini pula aku belajar bahwa terkadang perjuangan itu perlu pengorbanan apa saja.

E N D


Apakah ALBERT EINSTEIN Adalah Seorang SYIAH ?

$
0
0

Apakah ALBERT EINSTEIN Adalah Seorang SYI’AH ? | Blog Misteri Beda Dunia | Kantor berita Iran IRIB baru-baru ini melansir sebuah berita yang menyatakan bahwa ilmuwan Albert Einstein adalah seorang penganut Syiah. Irib mengutip sebuah surat rahasia Albert Einstein, ilmuan Jerman penemu teori relatifitas itu, yang menunjukkan bahwa dirinya adalah penganut madzhab Islam tersebut.Berdasarkan

Cerita Dewasa | Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

$
0
0

Jarbos – Kumpulan Berita Dewasa, Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Kumpulan Foto Model Seksi – Aku sudah belsan tahun praktek di kawasan Jakarta Barat rata rata pasienku adalah kalangan menengah kebawah aku juga tidak mau membandingkan dengan dokter dokter lainnya yang kaya akan materi tapi aku tidak akan mengeluh dengan hasil apa adanya aku sudah bisa mensyukuri tapi jujur saja aku juga ingin membahagiakan istriku.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi
Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Cerita Dewasa | Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aku dapat melayani sesama dengan baik. Namun, dibalik itu, aku pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya. Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya setelah aku menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Ternyata sakitnya sebenarnya tidaklah parah bila ditinjau dari kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai kurang darah, jadi dengan suntikan dan obat yang biasa aku sediakan bagi mereka yang kesusahan memperoleh obat malam malam, si ibu dapat di ringankan penyakitnya. Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta terbenam sampai setinggi kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Air di mana-mana, dan aku pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal. Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu segera tertidur dengan pulasnya, dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya aku perkirakan baru sekitar awal dua puluhan.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

“Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah”, katanya dengan suara yang begitu merdu, sekalipun di luar terdengar hamparan hujan masih mendayu dayu.

“Oh, enggak apa-apa kok Dik”, sahutku. Dan untuk melewati waktu, aku banyak bertanya padanya, yang ternyata bernama Dea.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Ternyata Dea adalah janda tanpa anak, yang suaminya meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun yang lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Dea tetap menjanda. Dea sekarang bekerja pada pabrik konveksi pakaian anak-anak, namun perusahaan tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan. Saat aku melirik ke jam tanganku, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan aku lihat Dea mulai terkantuk-kantuk, maka aku sarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, aku terpaksa duduk di samping Dea yang mulai merebahkan diri.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Tampak rambut Dea yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Dea berbalik badan dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat kulihat buah dadanya yang montok dengan belahan yang sangat dalam.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Pinggangnya yang ramping lebih menonjolkan busungan buah dadanya yang tampak sangat menantang. Aku coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Dea tetap lelap dalam tidurnya. Pikiranku menerawang, teringat aku akan Wati, yang juga mempunyai buah dada montok, yang pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan aku berpraktek.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah ’selesai’ bergumul dengan Wati. Maklum, aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, telah seminggu berlalu, dan aku masih memendam berahi di antara selangkanganku. Aku mencoba meraba buah dada Dea yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika aku mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat kulakukan tanpa membuat Dea terbangun. Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang sebelah kanan, ternyata Dea tetap tertidur. Aku mulai merasakan kemaluanku mulai membesar dan agak menegang, jadi aku teruskan permainan bibirku ke puting susu Dea yang sebelah kiri, dan aku mulai meremas buah dada Dea yang montok itu.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Terasa Dea bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun aku segera menyambar bibirnya, agar dia tidak menjerit. Aku lumatkan bibirku ke bibirnya, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Dea yang semula agak tegang, mulai rileks, dan agaknya dia menikmati juga permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada ke dua buah dadanya. Setalah aku yakin Dea tidak akan berteriak, aku alihkan bibirku ke arah bawah, sambil tanganku mencoba menyibakkan roknya agar tanganku dapat meraba kulit pahanya.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Ternyata Dea sangat bekerja sama, dia gerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah aku dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana dalamnya, dan saat itu kilat di luar membuat sekilas tampak pangkal paha Dea yang mulus, dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar kemaluannya. Di tengah atas, ternyata clitoris Dea sudah mulai mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai terasa Dea agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Dea membiarkan aku bermain dengan bibirnya, dan terasa tangannya mulai membuka kancing kemejaku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Dea mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terasa sempit karena kemaluanku yang makin membesar dan makin menegang.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Sambil tetap menjilati kemaluannya, aku membantu Dea melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, berbaring bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih nyenyak di atas tempat tidur. Mata Dea tampak agak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yang subur, dan batang kemaluanku yang telah membesar penuh dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala kemaluanku yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Kutarik kepala Dea agar mendekat ke kemaluanku, dan kusodorkan kepala kemaluanku ke arah bibirnya yang mungil. Ternyata Dea tidak canggung membuka mulutnya dan mengulum kepala kemaluanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang kemaluanku sedangkan tangan kirinya meremas buah kemaluanku. Aku memajukan bokongku dan batang kemaluanku makin dalam memasuki mulut Dea.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Kedua tanganku sibuk meremas buah dadanya, lalu bokongnya dan juga kemaluannya. Aku mainkan jariku di clitoris Dea, yang membuatnya menggelinjang, saat aku rasakan kemaluan Dea mulai membasah, aku tahu, saatnya sudah dekat.
Kumpulan Berita Dewasa, Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Kumpulan Foto Model Seksi, Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan
Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Dea, dan kudorong Dea hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Dea mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aku mudah menempatkan diri di atas badannya, dengan dada menekan kedua buah dadanya yang montok, dengan bibir yang melumat bibirnya, dan bagian bawah tubuhku berada di antara kedua pahanya yang makin dilebarkan.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Aku turunkan bokongku, dan terasa kepala kemaluanku menyentuh bulu kemaluan Dea, lalu aku geserkan agak ke bawah dan kini terasa kepala kemaluanku berada diantara kedua bibir besarnya dan mulai menyentuh mulut kemaluannya. Kemudian aku dorongkan batang kemaluanku perlahan-lahan menyusuri liang sanggama Dea. Terasa agak seret majunya, karena Dea telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan batang kemaluan laki-laki sejak itu.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Dengan sabar aku majukan terus batang kemaluanku sampai akhirnya tertahan oleh dasar kemaluan Dea. Ternyata kemaluanku cukup besar dan panjang bagi Dea, namun ini hanya sebentar saja, karena segera terasa Dea mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong batang kemaluanku sampai habis, menghunjam ke dalam liang kemaluan Dea.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Aku membiarkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluan Dea sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku dorongkan dengan lebih cepat sampai habis.Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Dea yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang kemaluanku terasa di remas-remas oleh liang kemaluan Dea yang makin membasah.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Tidak terasa, Dea terdengar mendesah desah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang makin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Dea, aku belum ingin melakukan gaya yang barangkali akan membuatnya kaget, jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga membuahkan hasil kenikmatan yang amat sangat.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Sekitar 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Dea, aku hunjamkan seluruh batang kemaluanku dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Dea dan seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang kemaluan Dea dan memancarkan air maniku yang telah tertahan lebih dari satu minggu.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Terasa badan Dea melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah dadanya yang montok. Batang kemaluanku mulai melemas, namun masih cukup besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang kemaluannya. Terasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Dea yang berkeringat, aku bisikan ke telinganya, Dea, terima kasih, terima kasih.

Jenguk Pasien Dapat Janda Seksi Bernafsu Tinggi

Kumpulan Berita Dewasa, Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Kumpulan Foto Model Seksi, Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

Gudang Cerita Sex Semua Ada Disini bawel.cerewet.info/

$
0
0

Gudang Cerita Sex Semua Ada Disini – cerita sex, cerita dewasa, cerita mesum, cerita gay, cerita lesby atau cerita panas dan hot semua ada disini klik label aja pilih sesuka hati sobat okey – Naskah di bawah ini merupakan saduran dari kisah sebenarnya seorang ibu rumah tangga, yang merupakan pengalaman dari para ibu rumah tangga yang saya kumpulkan sejak tahun 1980 dalam satu buku berjudul “Benang Merah”.”Percayakah kau bahwa dalam kehidupan seseorang disadari atau tidak dia pasti pernah mempunyai suatu fantasi mengenai kehidupan seksualnya”, kata suamiku pada suatu saat ketika kami sedang bermesraan di tempat tidur.

Gudang Cerita Sex Semua Ada Disini
cerita sex

Gudang Cerita Sex Semua Ada Disini – “Aku tidak mengerti maksudmu?” jawabku. “Begini.. apakah dia itu seorang pria atau seorang wanita, apakah dia dalam status sebagai seorang suami atau sebagai seorang istri, suatu ketika dia akan pernah mengkhayal atau setidak- tidaknya pernah mempunyai suatu ungkapan imajinasi mengenai keinginan seksualnya yang dia harapkan”, kata suamiku selanjutnya. “Ooo.. maksudmu suatu khayalan mengenai keinginan seksual?” “Ya..!” “Mungkin saja ada..”

 
 “Kalau begitu apabila boleh aku tahu, apa yang menjadi fantasimu?” “Ah, aku tidak pernah merasa mempunyai fantasi mengenai itu” “Nah, itulah masalahnya.. kau bukan tidak mempunyai fantasi tetapi tidak menyadari adanya fantasi tersebut. Seperti yang aku katakan tadi fantasi tersebut sebenarnya terdapat pada semua orang, perbedaannya hanyalah disadari atau tidak adanya fantasi tersebut oleh seseorang itu” “Tetapi aku memang tidak pernah merasa atau memikirkan hal itu, apalagi mengkhayalkannya!”

 “Boleh saja seseorang mengatakan bahwa dia tidak mempunyai suatu fantasi seksual, akan tetapi hal ini bukan berarti dia tidak dapat berfantasi. Hanya saja ungkapan- ungkapan apa yang menjadi imajinasinya serta bagaimana dia mewujudkan fantasinya, antara satu orang dengan lainnya akan sangat berbeda. Hal ini tergantung dari pengaruh sifat pribadi, taraf tingkat hidupnya, serta latar belakang pengalaman dan pendidikannya serta lingkungan sosial di sekitarnya.” “Misalnya apa..?” “Ya, misalnya contoh yang paling umum bagi setiap orang, dia selalu mempunyai idola mengenai type lawan jenisnya” “Ah, itu kan biasa, apalagi untuk anak-anak muda. Kalau sekarang sih bukan waktunya lagi” “Tapi hal itu tidak terbatas pada saat remaja saja. Bisa saja secara tidak disadari hal itu terjadi sampai seseorang itu sudah dalam kehidupan perkawinan. Misalnya..

mungkin saja suatu saat seseorang mempunyai pikiran atau bayangan bagaimana kiranya kalau melakukan hubungan seks dengan orang yang menjadi idola kita, mungkin dia seorang bintang film atau penyanyi pop yang menjadi pujaan kita. Atau secara umum bagi wanita senang apabila suaminya memakai kumis, atau celana jeans. Demikian juga bagi pria, misalnya senang apabila istrinya berambut panjang atau memakai gaun warna tertentu” “Ah kau tambah membingungkan saja.. hal itu kan memang wajar-wajar saja apabila seseorang mempunyai anggapan seperti itu” “Memang betul sekali.. karena fantasi seksual itu memang suatu yang wajar. Adanya suatu fantasi seksual dalam diri seseorang menurut Dr Andrew Stanway, seorang pakar seksualogi dalam bukunya,

“The Joy Of Sexual Fantasy” adalah merupakan suatu hal yang normal. Fantasi seksual menurut dia adalah merupakan suatu bagian yang kompleks dari pengalaman seseorang, akan tetapi memang oleh kebanyakan ahli masih mempertanyakan apakah fantasi tersebut merupakan bagian dari suatu mimpi atau merupakan bagian dari suatu pengalaman nyata. Fantasi seksual secara umum berfungsi untuk menyalurkan keinginan alam bawah sadar seksual seseorang menjadi suatu kenyataan dalam suatu bentuk yang dapat diterima. Fantasi seksual secara tidak langsung sebenarnya juga merupakan salah satu mekanisme pembangkit gairah seksual seseorang, karena fantasi seksual menyalurkan sejumlah besar informasi yang tersembunyi di antara alam sadar dan alam bawah sadar seseorang yang berhubungan dengan kegairahan seksnya. Oleh karena itu kadangkala fantasi seks tersebut dapat secara tiba-tiba melanda diri seseorang. Apabila hal tersebut terjadi maka secara tidak disadari seseorang akan mencari penyaluran sampai kepada batas-batas alam kesadarannya.

Oleh karena itu pula sangatlah penting bagi kita untuk menyadari dan memahami adanya fantasi tersebut sehingga dapat menyalurkannya sampai kepada batas- batas alam kesadaran kita secara lebih terarah.. kalau tidak mungkin saja seseorang itu akhirnya bertindak yang aneh-aneh””Eh tiba-tiba kok kau jadi seorang ahli psikologi, dalam masalah seksualogi lagi, kapan kau belajarnya?” “Kapan aku belajarnya itu tidak penting.. yang penting sekarang mau tidak kau mengatakan atau mengingat-ingat kira- kira apa yang menjadi fantasimu?” “Begini saja.. sekarang kau saja dahulu yang mengatakan apakah kau juga mempunyai fantasi tersebut, kau ingin berhubungan seks dengan siapa? Nah ayo katakan!”

 “Eh, jangan marah dulu, ya tentunya ada fantasiku itu tapi bukan seperti apa yang kau katakan!” “Jadi seperti apa?” “Kalau aku katakan apakah kau tidak terus marah?” “Mengapa harus marah!” “Baiklah.. memang selama ini aku merasakan adanya suatu fantasi seks yang membayang dalam diriku, akan tetapi fantasi seks yang kurasakan merupakan sebuah fantasi yang ganjil dan luar biasa”, kata suamiku. Kemudian dia diam sejenak. “Ayo katakanlah.. aku akan mendengarkannya, apa yang kau maksud dengan ganjil dan luar biasa!” desakku agak penasaran. “Yah karena fantasi yang kurasakan mungkin akan sangat sulit di pahami karena berkisar kepada masalah hubungan seks antara kau sebagai istriku dengan laki-laki lain sebagai pihak ketiga..” “Aku tidak jelas akan maksudmu?”

“Begini secara jelasnya.. fantasi tersebut berupa suatu keinginan dalam diriku bahwa aku ingin sekali menyaksikan istriku melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain!” “Apa..! Aku harus melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain?!” “Ya kira-kira begitu! Apakah hubungan itu dilakukan hanya oleh kau berduaan saja dengan laki-laki lain tersebut dan aku hanya ikut menyaksikannya, atau hubungan seks tersebut dilakukan bersama-sama secara bertiga, yaitu antara kamu dengan laki- laki lain itu dan aku sendiri secara bergantian, atau paling tidak aku ingin melakukan hubungan seks dengan kau sebagai istriku sambil disaksikan oleh laki-laki lain” “Memang aneh kedengarannya..

dan siapakah laki-laki lain yang kau maksudkan itu?” “Siapa saja.. asal sehat dan kau senang menerimanya” “Ah, itu fantasi gila namanya!” jawabku agak terhenyak. “Nah, katanya kau tidak akan marah tapi sekarang marah”, kata suamiku. “Bagaimana tidak akan marah.. hal itu kan tidak mungkin.. bayangkan saja apa kata orang kalau mereka tahu aku melakukan hubungan seks dengan laki- laki lain!” “Ya jangan sampai orang tahu..” “Oke, taruhlah orang tidak tahu, tapi kita kan terlibat dalam suatu lembaga yang disebut lembaga perkawinan.” “Ya betul, memangnya kenapa?”

 “Kau tahu tidak apa artinya itu? Yaitu dimana hubungan seks dengan orang lain di luar pasangan dalam perkawinan kita dianggap sebagai suatu penyelewengan, apalagi kalau itu dilakukan oleh seorang wanita yang berstatus sebagai istri, maka hal ini akan dianggap suatu kesalahan yang sangat besar sekali!” “Justru itulah sekarang aku bertanya kepadamu, karena aku tahu hal itu sangat susah untuk diwujudkan kalau hanya aku saja yang berkeinginan, akan tetapi sebaliknya hal itu tentu juga sangat mudah dapat dilakukan apabila kita berdua sepakat. Nah, kalau kesepakatan ini ada, maka hal ini berarti juga tidak ada penyelewengan!” “Tidak ada penyelewengan yang bagaimana maksudmu?!” “Ya sebagaimana yang kau katakan tadi!” “Aku tidak mengerti maksudmu?”

 “Begini, kita harus lihat dahulu apa sih definisi dari suatu penyelewengan, yaitu suatu perbuatan yang menyimpang dari suatu tujuan atau maksud. Jadi penyelewengan dalam perkawinan artinya juga suatu perbuatan yang menyimpang dari suatu tujuan atau maksud dalam perkawinan. Karena dalam perkawinan itu terlibat kepentingan dari dua orang maka pengertian penyelewengan dalam perkawinan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan pengkhianatan, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pasangan hidupnya secara diam-diam tanpa diketahui apalagi disetujui oleh pasangan lainnya.”

 “Jadi apa hubungannya dengan yang kau maksudkan tidak ada penyelewengan di sini?” “Ya seperti yang aku katakan tadi, bahwa untuk melaksanakan fantasiku itu, aku telah sepakat dan bahkan telah memberikan izin kepadamu sebagai suami untuk melakukan hubungan seks dengan orang lain, jadi sudah barang tentu unsur penyelewengan tadi tidak berlaku lagi karena kita sama-sama menyetujui, bahkan dengan restu suami!”

 “Nah, sekarang kau juga telah jadi pokrol bambu! Bikin argumentasi seenaknya saja! Masalahnya kan bukan sampai disitu saja, tapi ada konsekwensi yang lain, terutama untuk aku!” “Misalnya apa?” “Taruhlah aku mau melakukan hal itu, maka ada suatu konsekwensi yang akan aku tanggung, yaitu apabila terjadi sesuatu hal terhadap perkawinan kita dan terjadi perpecahan, maka kau akan dapat saja berkata kepada orang lain bahwa hal itu disebabkan karena kesalahan dariku. Kau dapat saja mengatakan aku telah menyeleweng berkali-kali dengan laki- laki lain dan orang lain tidak akan percaya bahwa kesemuanya itu sebenarnya kau yang mengaturnya.

Demikian juga seandainya laki-laki lain yang kau beri kesempatan untuk berhubungan seks denganku pada suatu saat menceritakan pengalamannya tersebut kepada orang lain, maka akan hancurlah diriku, karena walaupun bagaimana orang lain tidak akan percaya bahwa kesemuanya itu justru atas permintaanmu sebagai suami, semua orang akan menuduhku sebagai seorang istri yang serong” “Akan tetapi sungguh mati selama ini tidak pernah terlintas dalam benakku untuk berbuat seperti itu. Aku meminta istriku untuk melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain bukan bertujuan karena ingin memojokkanmu suatu waktu guna kepentinganku sendiri akan tetapi malahan sebaliknya yaitu agar kehidupan perkawinan kami tetap bergairah dan langgeng, karena aku akan mendapat kepuasan lahir dan batin hanya dari istriku yang sekarang. Sehingga istriku yang sekarang ini benar-benar merupakan teman hidup bagiku karena dia merupakan ibu dari anak-anakku, temanku berdiskusi dan menumpahkan perasaan serta sekaligus merupakan teman berkencan dalam menyalurkan hasrat seks!” kata suamiku agak terkejut.

Setelah diam sejenak selanjutnya dia berkata, “Mengenai kemungkinan laki- laki itu akan bercerita kepada orang lain memang ada, akan tetapi apabila memang hal itu terjadi, maka akan sangat mudah sekali ditangkal karena justru orang lain tidak akan percaya kepada cerita dia. Apalagi bila aku memberikan kesaksian bahwa kesemuanya itu hanyalah karangan dia semata-mata sehingga hal itu benar-benar merupakan suatu fitnah saja” “Baiklah kalau begitu, yang penting kini aku juga ingin tahu mengapa sih kau mempunyai fantasi seperti itu?” “Entahlah, aku sendiri tidak tahu mengapa mempunyai fantasi seperti itu. Tapi yang jelas aku merasakan adanya suatu rangsangan gairah birahi yang hebat apabila aku melihat ada seseorang laki-laki yang tertarik dan memperhatikan bagian tubuhmu yang secara tidak sengaja terbuka.” “Misalnya..”

“Ya, misalnya ketika kita berlibur di pantai. Saat itu kau mengenakan pakaian renang. Dan aku tahu saat itu ada beberapa laki-laki memperhatikan bentuk tubuhmu. Mula-mula memang aku agak merasa cemburu, akan tetapi lama-kelamaan hal itu menimbulkan semacam suatu imajinasi dalam diriku. Apalagi apabila aku melihat kau bertelanjang bulat di kamar.” “Lha, memangnya kenapa? Aku kan bertelanjang bulat di kamar sendiri dan yang lihat hanya kamu sendiri saja?” “Justru itu yang merangsang imajinasiku.” “Kalau begitu aku tidak akan berbuat itu lagi!” kataku. “Eh, jangan salah sangka. Aku senang melihat itu semua. Malahan kalau kau mau, boleh saja kau berkeliaran dalam rumah dengan bertelanjang bulat seperti yang kau lakukan di kamar, karena terus terang hal itu membangkitkan rasa birahiku. Aku merasa nikmat memperhatikanmu berkeliaran di kamar dengan berpolos bugil.

 Dan dalam keadaan itu pula kadang-kadang aku berpikir apakah laki-laki lain juga akan bangkit birahinya apabila melihat keseluruhan bentuk tubuh istriku ini. Dan bagaimanakah seandainya tubuh istriku yang segar berisi itu dinikmati pula oleh laki-laki lain. Imajinasi itu akhirnya menimbulkan suatu kenikmatan seksual yang lain bagiku. Apalagi bila aku membayangkan bahwa ternyata laki-laki tersebut memang sangat terangsang oleh keindahan tubuh istriku dan berusaha untuk menikmatinya di tempat tidur. Imajinasiku itu selanjutnya terus berkembang yaitu apakah istriku ini kira- kira juga tertarik untuk merasakan hubungan seks dengan laki-laki lain dan bagaimanakah kiranya sikap istriku ketika melayani laki-laki lain tersebut. Apakah dia juga akan menjadi sangat lebih bergairah? Dan apakah dia akan mendapatkan kepuasan seks yang lebih besar lagi?” bisik suamiku. Lalu ia menambahkan, “Kenikmatan seksual yang kurasakan akan menjadi lebih hebat lagi apabila aku terus membayangkan bagaimana istriku dengan tubuhnya yang dalam keadaan polos bugil bergumul dengan hebat dengan tubuh laki-laki tersebut yang juga berada dalam keadaan berpolos bugil.

Terlebih lagi apabila aku membayangkan bahwa ternyata ukuran alat kejantanan laki-laki tersebut jauh lebih besar dari pada ukuran alat kejantananku sendiri, dan istriku benar- benar sangat tergiur akan kehebatan alat kejantanan itu, sehingga ketika laki-laki itu menindihkan tubuhnya ke tubuh istriku dan memasukkan alat kejantanannya ke liang istriku, aku menyaksikan istriku menjadi bergelinjang dengan hebat merasakan alat kejantanan tersebut tertanam dalam- dalam di liang senggamanya. Kemudian aku pun membayangkan bagaimana ketika laki-laki tersebut mulai mengayunkan tubuhnya di atas tubuh istriku dan istriku menjadi tambah hebat bergelinjang sambil menggoyang- goyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan turun-naiknya alat kejantanan laki-laki tersebut yang memberikan suatu kenikmatan lain daripada yang pernah dirasakannya dari alat kejantananku sendiri. Selanjutnya aku pun membayangkan bagaimana ekspresi istriku dan laki-laki itu ketika mencapai dan melepaskan puncak ejakulasi bersama dengan penuh kepuasan”, kata suamiku. “Ah, sangat mengerikan sekali fantasimu.

” “Tapi ini kan baru fantasi.. apabila menjadi kenyataan mungkin tidak mengerikan lagi, tapi.. mengasyikan!” kata suamiku sambil tertawa. “Tidak lucu ah!” kataku sambil memukul punggungnya. “Eh, jangan jadi sewot! Diberi kesempatan enak malah marah. Jarang kan suami yang sebaik itu yang mengizinkan istrinya boleh main dengan laki-laki lain. Malahan bukan itu saja kadang-kadang aku juga sering membayangkan bagaimana rasanya apabila aku mempunyai seorang istri yang hiperseks atau seorang istri yang senang menyeleweng dengan laki-laki lain.”

 “Apa maksudmu dengan itu..? Jadi kau tuduh aku ini pernah menyeleweng?!” jawabku agak tersinggung. “Bukan itu maksudku, tapi itu adalah kelanjutan dari ungkapan imajinasi fantasi seksualku, seperti yang kukatakan tadi, aku kan ingin sekali melihat istriku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, sehingga hal itu menimbulkan semacam imajinasi lanjutan dalam diriku mengenai type istri yang bagaimana yang kira-kira kuinginkan, atau paling tidak, aku kira-kira ingin mempunyai seorang istri yang berpandangan sangat bebas mengenai masalah hubungan seks, tidak posesif dan memandang masalah hubungan seks dengan laki-laki lain atau sebaliknya bukan merupakan suatu masalah yang tabu melainkan sesuatu yang wajar dan dapat dinikmati bersama”, kata suamiku selanjutnya.

 “Bilang saja terus terang kau yang mau melakukan hubungan seks dengan wanita lain! Kalau begitu carilah type istri sebagaimana yang kamu idamkan.. karena bagiku tidak mungkin melakukan hal tersebut! Kalau mau, kau lakukan sendiri saja! Jangan ajak-ajak orang!” kataku bertambah ketus. “Nah, lagi-lagi marah. Ini kan semua baru gagasan. Siapa tahu kau mau?” balas suamiku. “Mau apanya? Lagi pula sekiranya aku mau melakukan hal itu, aku lakukan saja sendiri secara diam- diam”, kataku dengan hati yang agak mendongkol. “Bukan itu maksudku.. aku sama sekali tidak bermaksud untuk mencari istri lain, akan tetapi justru kamulah yang aku inginkan menjadi type istri sebagaimana yang aku idamkan”, kata suamiku.

“Jadi aku harus menyeleweng dan melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, begitu maksudmu?” “Ada benarnya dan ada tidaknya”, kata suamiku. “Benar dan tidak bagaimana?” “Benarnya memang aku ingin melihat kamu melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, tidak benarnya adalah hal itu bukan berarti kamu harus menyeleweng, karena seperti yang aku katakan tadi kesemuanya itu berdasarkan persetujuan dan permintaanku sebagai suami, jadi unsur penyelewengan di sini sekali lagi aku katakan sama sekali tidak ada.. tapi apabila kau lakukan secara diam-diam maka itu baru namanya penyelewengan”, kata suamiku. “Benar- benar kamu tidak menyesal apabila aku melakukan hubungan seks dengan laki- laki lain?” kataku menegaskan.

“Malahan sebaliknya.. karena hal itu justru aku rasakan sebagai penambah semangat dan gairahku terhadapmu. Mungkin kau merasakan bagaimana keadaanku selama ini, aku merasa kehilangan gairah dalam bercinta dan merasa sangat lelah sekali. Hal ini disebabkan aku merasakan fantasi itu sedemikian membebani diriku”, kata suamiku.Kini aku tahu bahwa masalah yang dihadapi suamiku selama ini adalah beban psikologis. Fantasi seksualnya telah membebani pikiran suamiku sedemikian hebatnya sehingga mempengaruhi kualitas hubungan seksual kami sebagai suami-istri. Memang aku merasakan akhir-akhir ini suamiku sering menjadi gelisah sendiri dan tidak tahu apa yang harus diperbuat dan merasa sangat letih sekali baik fisik maupun mental. Hal tersebut berpengaruh juga terhadap kualitas hubungan seks kami.

Aku merasakan gairah suamiku menjadi agak menurun. Suamiku sering mengalami prematur ejakulasi dan telah mencapai puncak ejakulasi hanya dalam beberapa detik saja begitu dia melakukan penetrasi, bahkan kadang-kadang telah orgasme sebelum sempat melakukan persetubuhan sama sekali. Oleh karena itu suamiku mulai rajin mengkonsumsi vitamin dan makanan yang dapat meningkatkan potensi laki-laki, akan tetapi sejauh itu hal tersebut sama sekali tidak membantu. Di lain keadaan hal ini membawa dampak juga terhadap diriku. Secara terus terang aku pun terkadang merasa kurang mendapat kepuasan dalam hubungan suami istri. Kuakui selama ini aku juga sering mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, terutama di pagi hari apabila malamnya kami melakukan hubungan intim dan suamiku tidak dapat melakukannya secara sempurna. Hal ini dimaklumi oleh suamiku karena dia tahu bagaimana kualitas hubungan suami-istri kami belakangan ini. Oleh karena itu suamiku membeli sebuah alat vibrator.

Suamiku mengatakan alat itu mungkin secara tidak langsung dapat membantu kami untuk mendapatkan kepuasan dalam hubungan suami istri. Pada mulanya aku memakai alat itu sebagai simulator sebelum kami berhubungan badan. Akan tetapi lama kelamaan secara diam-diam aku sering pergunakan alat tersebut sendirian di pagi hari untuk menyalurkan hasrat kewanitaanku yang aku rasakan semakin meluap-luap. Rupanya fantasi seksual suamiku tersebut bukan hanya merupakan sekadar fantasi saja akan tetapi dia sangat bersikeras untuk dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan. Selama ini suamiku terus membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan fantasinya. Apabila aku menolaknya atau tidak mau membicarakan hal tersebut, tidak jarang akhirnya kami terlibat dalam suatu pertengkaran yang hebat. Malahan bukan itu saja.

Gairah seks-nya pun semakin bertambah turun. Hal ini lama- kelamaan membuatku menjadi agak khawatir juga, aku takut suamiku akan menderita impotensi. Aku berpikir bahwa aku harus membantu suamiku walaupun konsekuensi yang aku khawatirkan akan terjadi. Oleh karena itu aku mengalah dan berjanji akan membantunya sepanjang aku dapat melakukannya dan kutegaskan kepada suamiku bahwa aku mau melakukan hal itu hanya untuk sekali ini saja.

 “Aku telah mengundang Syamsul untuk makan malam di sini malam ini”, kata suamiku di suatu hari sabtu. Aku agak terkesiap mendengar kata-kata suamiku itu. Aku berfirasat bahwa suamiku akan memintaku untuk mewujudkan niatnya bersama dia, karena Syamsul adalah salah seorang yang sering disebut-sebut oleh suamiku sebagai salah satu orang yang katanya cocok untuk diriku dalam melaksanakan fantasi seksual-nya dan kebetulan saat itu semua anak-anak sedang libur bersama kawan-kawannya ke luar kota sehingga tinggal aku dan suamiku saja yang berada di rumah. Memang selama ini sudah ada beberapa nama kawan-kawan suamiku maupun kenalanku sendiri yang disodorkan kepadaku yang dianggap cocok untuk melakukan hubungan seks denganku, salah seorangnya adalah Syamsul. Akan tetapi sejauh ini aku masih belum menanggapi secara serius tawaran dari suamiku tersebut dan juga kebetulan kami tidak mempunyai kesempatan yang baik untuk itu. Syamsul adalah salah seorang kawan dekatnya dan aku pun kenal baik dengan dia. Secara terus terang memang kuakui juga penampilan Syamsul tidak mengecewakan.

Bentuk tubuhnya pun lebih kekar dan atletis dari tubuh suamiku. Aku berpikir tidak ada lagi gunanya aku berargumentasi dengan suamiku. Kehendaknya agar aku melakukan hubungan seks dengan laki- laki lain sedemikian kuat. Hal itu sebenarnya membuatku agak tersinggung juga. Karena hal ini hanya biasa dilakukan oleh seorang wanita penghibur atau dengan kata lain seorang pelacur dan suamiku menghendaki aku melakukan hal seperti itu walaupun dengan alasan lain. Namun mengingat kehendak suamiku itu merupakan suatu akibat dari gejala psikologi, maka aku kesampingkan masakah harga diri itu. Aku hanya berpikir bagaimana aku dapat membantu suamiku mengatasi masalahnya.

Selain itu aku pun mengharap bahwa dengan aku penuhinya fantasi seksualnya itu malam ini, maka suamiku tidak akan lagi mempunyai fantasi semacam itu karena secara psikologis keinginannya telah tercapai. Ketika Syamsul datang, aku sedang merapikan wajahku dan memilih gaun yang agak seksi sebagaimana anjuran suamiku agar aku terlihat menarik. Dari cermin rias di kamar tidurku, kudapati gaun yang kukenakan terlihat agak ketat melekat di tubuhku sehingga bentuk lekukan tubuhku terlihat dengan jelas. Buah dadaku kelihatan menonjol membentuk dua buah bukit daging yang indah.

 Sambil mematut-matutkan diri di muka cermin akhirnya aku jadi agak tertarik juga memperhatikan penampilan keseluruhan bentuk tubuhku. Kudapati bentuk keseluruhan tubuhku masih tetap ramping dan seimbang, tidak dipenuhi oleh lemak sebagaimana ibu-ibu rumah tangga lainnya yang seumurku. Buah dadaku yang subur juga kelihatan masih sangat kenyal dan padat berisi. Demikian pula bentuk pantatku kelihatan agak menonjol penuh dengan daging yang lembut namun terasa kenyal. Ditambah lagi kulitku yang memang putih bersih tanpa adanya cacat keriput di sana-sini membuat bentuk keseluruhan tubuhnya menjadi sangat sempurna. Melihat penampilan keseluruhan bentuk tubuhku itu secara terus terang timbul naluri kewanitaanku bahwa aku bangga akan bentuk tubuhku. Oleh sebab itu aku berpikir pantas saja suamiku mempunyai imajinasi yang sedemikian terhadap laki- laki yang memandang tubuhku karena bentuk tubuhku ini memang menggiurkan selera kaum pria.

 Setelah makan malam suamiku dan Syamsul duduk mengobrol di taman belakang rumahku dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir yang dicampur dengan arak ginseng dari Cina. Tidak berapa lama aku pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu benar-benar hanya tinggal kami bertiga saja di rumah. Kedua pembantuku yang biasa menginap, tadi siang telah kuberikan istirahat untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika hari telah menjelang larut malam dan udara mulai terasa dingin tiba-tiba suamiku berbisik kepadaku. “Aku telah bicara dengan Syamsul mengenai rencana kita.

Dia setuju dan malam ini dia akan menginap di sini! Tapi walaupun demikian kau tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan hubungan seks dengannya apabila memang suasana hatimu memang belum berkenan, kuserahkan keputusan itu sepenuhnya kepadamu!” bisik suamiku selanjutnya. Mendengar bisikan suamiku itu aku diam saja. Aku tidak menunjukkan sikap yang menolak atau menerima. Aku merasa sudah berputus asa bahkan aku merasa benar-benar nekat menantang kemauan suamiku itu. Aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar bersetubuh dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan menyesal bahwa istrinya telah dinikmati orang lain? Atau setidak-tidaknya seluruh bagian tubuh istrinya yang sangat rahasia telah dilihat dan dinikmati oleh laki-laki lain. Apalagi bila dalam rahimku nanti akan tersebar benih laki-laki lain selain dari benih suamiku sendiri.

Tidak berapa lama kemudian aku masuk ke kamar dan siap untuk pergi tidur. Secara demonstratif aku memakai baju tidur nylon yang tipis tanpa BH sehingga buah dadaku terlihat membayang di balik baju tidur itu. Ketika aku keluar kamar, baik suamiku maupun Syamsul agak terhenyak untuk beberapa saat. Akan tetapi mereka segera dapat menguasai dirinya kembali dan suamiku langsung berkata kepadaku. “Syamsul baru saja cerita bahwa dia telah mempelajari pijat refleksi Siatzu. Aku rasa kau harus coba! Apa benar dia bisa! Kau mau kan..?” tanya suamiku kepadaku. “Boleh saja..!” jawabku sambil agak merapatkan leher baju tidurku sehingga siluet puting susuku kini tercetak dengan lebih jelas. “Ah sebenarnya aku tidak terlalu mahir..!” kata Syamsul,

“Tapi bila mau dicoba boleh saja. Nanti setelah pijat Siatzu, saya juga akan memberikan pijatan dengan tehnik kucing mandi”, katanya lagi. “Oo ya.. tehnik apa itu?” aku bertanya agak heran. “Susah diterangkan sekarang, nanti saja deh kalau pijat refleksinya sudah selesai.” “Ayo..!” kata suamiku dengan wajah yang berseri-seri dan semangat yang tinggi suamiku mengajak kami segera masuk ke kamar tidur. Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri bertelungkup di atas tempat tidur untuk siap dipijit. Sebenarnya aku tetap masih merasa risih tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki lain apalagi aku dalam keadaan hanya memakai sehelai baju tidur nylon yang tipis dan tanpa BH.

Akan tetapi kupikir aku harus berusaha tetap tenang agar keinginan suamiku dapat terwujud dengan baik. Mula-mula Syamsul memijit sekitar bagian punggungku dengan lembut kemudian secara perlahan-lahan terus turun ke bawah menelusuri bagian pinggulku. Sementara itu aku terus berusaha sekuat tenaga menekan perasaan risih dan malu dengan melepaskan pikiranku dari kedua hal tersebut dan berusaha menikmati pijitan Syamsul itu yang sebenarnya lebih tepat dikatakan rabaan dan sentuhan di tubuhku. Rupanya usahaku itu berhasil dengan baik, akan tetapi lama-kelamaan secara tidak langsung aku jadi terbawa oleh semacam arus sensasional yang menjalar dalam tubuhku. Apalagi ketika tangan Syamsul tiba pada bagian belahan pantatku yang gempal lembut kemudian meremas-remas dengan halus pinggul serta daging pantatku yang hanya ditutupi oleh gaun tidur nylon yang tipis maka terasa adanya suatu gejolak hangat dalam diriku. Aku menjadi pasrah dan benar-benar mulai menikmati pijitannya itu.

Selanjutnya kurasakan tangan Syamsul mulai lebih berani lagi menyentuh tubuhku dengan sentuhan- sentuhan yang semakin lama semakin nakal. Bahkan dia kini berusaha membuka baju tidurku dan menelanjangi diriku dengan seenaknya sampai aku benar-benar dalam keadaan bertelanjang bulat tanpa ada lagi sehelai benang pun yang menutupi tubuhku. Aku hanya dapat memejamkan mata dan pasrah saja menahan perasaan malu bercampur gejolak dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi di hadapan suamiku sendiri. Kemudian dia menelentangi tubuhku dan menatap dengan penuh selera tubuhku yang telah berpolos bugil sepuas- puasnya.

Aku benar-benar tidak dapat melukiskan betapa perasaanku saat itu. Seumur hidupku, aku belum pernah bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain apalagi dalam situasi seperti sekarang ini. Aku merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku yang tidak diketahui Syamsul. Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba kurasakan Syamsul mulai melumat bibirku dalam suatu adegan cium yang panjang dan berapi-api. Selanjutnya ketika bibir kami terlepas Syamsul berbisik kepadaku bahwa sekarang saatnya dia akan melakukan tehnik pijitan kucing mandi. Berbarengan dengan itu dia mulai menjilati seluruh tubuhku yang telanjang dengan lidahnya bagaikan seekor kucing yang sedang memandikan anaknya. Aku berpikir jadi inilah yang dia maksudkan dengan tehnik kucing mandi. Aku menjadi menggelinjang, entah karena apa. Tapi yang terang aku merasakan seluruh pembuluh darah di tubuhku menjadi bergetar dan aku terlambung dalam suatu kenikmatan yang belum pernah kurasakan selama ini. Apalagi sambil menjilati tubuhku dia juga meremas dan menghisap buah dadaku dengan lahap, menjilati liang kewanitaanku dengan rakusnya dan sementara itu suamiku hanya menonton saja dengan asyiknya seperti orang dungu.

Suamiku kelihatan benar-benar menikmati adegan tersebut. Tanpa berkedip dia menyaksikan bagaimana tubuh istrinya digarap dan dinikmati habis-habisan oleh laki-laki lain. Sebagai seorang wanita normal keadaan ini mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Syamsul di bagian tubuhku yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang belum pernah kurasakan selama ini. Tidak berapa lama kemudian Syamsul berdiri di hadapanku melepaskan celananya sehingga dia juga kini berada dalam keadaan bertelanjang bulat. Saat itu pula aku dapat menyaksikan ukuran alat kejantanan Syamsul yang telah menjadi tegang ternyata memang jauh lebih besar dan panjang dari ukuran alat kejantanan suamiku. Bentuknya pun agak berlainan. Ukuran alat kejantanan Syamsul hampir sebesar lengan bayi dan bentuknya agak membengkok ke kiri. Kemudian dia menyodorkan alat kejantanannya tersebut ke hadapan wajahku. Secara reflek aku segera menggenggam alat kejantanannya dan terasa hangat dalam telapak tanganku.

 Aku tidak pernah membayangkan selama ini bahwa aku akan pernah memegang alat kejantanan seorang laki-laki lain di hadapan suamiku. Oleh karena itu aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia semakin bertambah asyik menikmati bagian dari adegan itu tanpa memikirkan perasaanku sebagai istrinya yang sedang digarap habis- habisan oleh seorang laki-laki lain. Dalam hatiku tiba-tiba muncul kembali perasaan geramku terhadap suamiku, sehingga dengan demonstratif kuraih alat kejantanan Syamsul itu ke dalam mulutku menjilati seluruh permukaannya dengan lidahku kemudian kukulum dan hisap sehebat-hebatnya. Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan nikmati alat kejantanan itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku. Kuluman dan hisapanku itu membuat alat kejantanan Syamsul yang memang telah berukuran besar menjadi bertambah besar lagi. Di lain keadaan dari alat kejantanan Syamsul yang sedang mengembang keras dalam mulutku kurasakan ada semacam aroma yang khas yang belum pernah kurasakan selama ini.

Aroma itu menimbulkan suatu rasa sensasional dalam diriku dan liang kewanitaanku mulai terasa menjadi liar hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan semakin menjadi- jadi menghisap alat kejantanan itu lebih hebat lagi secara bertubi-tubi. Kuluman dan hisapanku yang bertubi-tubi itu rupanya membuat Syamsul tidak tahan lagi. Dengan keras dia menghentakkan tubuhku dalam posisi telentang di atas tempat tidur. Aku pun kini semakin nekad dan pasrah untuk melayaninya. Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar. Berbarengan dengan itu kurasakan alat kejantanannya kini menghimpit dengan tepat di liang surgaku dan selanjutnya secara perlahan- lahan langsung memasuki dengan mudah ke dalam liang kenikmatanku yang telah menganga lebar dan licin dengan cairan birahi. Aku agak terlonjak sejenak ketika merasakan alat kejantanan Syamsul itu menerobos ke dalam liang kemaluanku dan menyentuh leher rahimku.

Aku terlonjak bukan karena alat kejantanan itu merupakan alat kejantanan dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan memasuki tubuhku selain alat kejantanan suamiku, akan tetapi lebih disebabkan aku merasakan alat kejantanan Syamsul memang terasa lebih istimewa daripada alat kejantanan suamiku, baik dalam ukuran maupun ketegangannya. Selama hidupku memang aku tidak pernah melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain selain suamiku sendiri dan keadaan ini membuatku berpikiran lain. Aku tidak menyangka ukuran alat kejantanan seorang laki-laki sangat berpengaruh sekali terhadap kenikmatan seks seorang wanita. Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi- tinggi dan menjepit pinggang Syamsul erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Syamsul. Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin cepat. Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku. Kudapati suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh Syamsul. Melihat penampilan suamiku itu, timbul kembali geram di hatiku, maka secara lebih demonstratif lagi kulayani permainan Syamsul sehebat-hebatnya secara aktif bagaikan adegan dalam sebuah film biru.

 Keadaan ini tiba-tiba membuatku merasakan ada suatu kepuasan dalam diriku. Hal itu bukan saja disebabkan oleh kenikmatan seks yang sedang kualami bersama Syamsul, akan tetapi aku juga memperoleh suatu kepuasan lain yaitu aku telah dapat melampiaskan rasa kesalku terhadap suamiku. Suamiku menghendakiku berhubungan seks dengan laki-laki lain dan malam ini kulaksanakan sepuas-puasnya, sehingga malam ini aku bukan seperti aku yang dulu lagi. Diriku sudah tidak murni lagi karena dalam tubuhku telah hadir tubuh laki-laki lain selain suamiku. Setelah agak beberapa lama kami bergumul tiba-tiba Syamsul menghentikan gerakannya dan mengeluarkan alat kejantanannya yang masih berdiri dengan tegar dari liang kenikmatanku. Kupikir dia telah mengalami ejakulasi dini. Pada mulanya aku agak kecewa juga karena aku sendiri belum merasakan apa-apa. Bahkan aku tidak merasakan adanya sperma yang tumpah dalam rahimku. Akan tetapi rupanya dugaanku salah, kulihat alat kejantanannya masih sangat tegar berdiri dengan kerasnya. Syamsul menghentikan persetubuhannya karena dia meminta suamiku menggantikannya untuk meneruskan hubungan seks tersebut.

Kini dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku sendiri. Suamiku dengan segera menggantikan Syamsul dan mulai menyetubuhi diriku dengan hebat. Kurasakan nafsu birahi suamiku sedemikian hebat dan bernyala-nyala sehingga sambil berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan tubuhnya ke tubuhku. Akan tetapi apakah karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan kudapatkan bersama Syamsul, maka ketika suamiku menghunjamkan alat kejantanannya ke dalam liang kenikmatanku, kurasakan alat kejantanan suamiku itu kini terasa hambar. Kurasakan otot-otot liang senggamaku tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit alat kejantanan itu sebagaimana ketika alat kejantanan Syamsul yang berukuran besar dan panjang itu menerobos sampai ke dasar liang senggamaku. Alat kejantanan suamiku kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam liang senggamaku dan terasa lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam liang senggamaku yang kini telah pernah diterobos oleh sesuatu benda yang lebih besar.

 Di lain keadaan mungkin disebabkan pengaruh minuman alkohol yang terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada dalam keadaan yang sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya dalam beberapa kali saja dia mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku dan dalam waktu kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak ejakulasi dengan hebat. Malahan karena alat kejantanan suamiku tidak berada dalam liang kewanitaanku secara sempurna, dia telah menyemprotkan separuh spermanya agak di luar liang kewanitaanku dengan berkali-kali dan sangat banyak sekali sehingga seluruh permukaan kemaluan sampai ke sela pahaku basah kujub dengan cairan sperma suamiku. Selanjutnya suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas kelelahan di sampingku. Sementara itu aku masih dalam keadaan liar.

Bagaikan seekor kuda betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena aku belum sempat mengalami puncak ejakulasi sama sekali semenjak disetubuhi oleh Syamsul. Oleh karena itu sambil mengerang-erang kecil aku raih alat kejantanan suamiku itu dan meremas-remasnya dengan kuat agar dapat segera tegang kembali. Akan tetapi setelah berkali-kali kulakukan usahaku itu tidak membawa hasil. Alat kejantanan suamiku malahan semakin layu sehingga akhirnya aku benar-benar kewalahan dan membiarkan dia tergolek tanpa daya di tempat tidur. Selanjutnya tanpa ampun suamiku tertidur dengan nyenyak dalam keadaan tidak berdaya sama sekali. Aku segera bangkit dari tempat tidur dalam keadaan tubuh yang masih bertelanjang bulat menuju kamar mandi yang memang menyatu dengan kamar tidurku untuk membersihkan cairan sperma suamiku yang melumuri tubuhku.

Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba Syamsul yang masih dalam keadaan bertelanjang bulat menyusul ke dalam kamar mandi. Dia langsung memelukku dari belakang sambil memagut serta menciumi leherku secara bertubi-tubi. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir bak mandi sehingga aku kini berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang sedemikian Syamsul menyetubuhi diriku dari belakang dengan garangnya sehingga dengan cepat aku telah mencapai puncak ejakulasi terlebih dahulu. Begitu aku sedang mengalami puncak ejakulasi, Syamsul menarik alat kejantanannya dari liang sengamaku, kemudian dengan sangat brutal dia segera menggarap lubang duburku. Aku jadi agak terpekik keras dan bergelinjang dengan hebat ketika alat kejantanannya itu tiba-tiba memasuki lubang duburku. Tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata betapa perasaanku saat itu mendapatkan pengalaman yang belum pernah kurasakan sama sekali. Selama ini suamiku sendiri belum pernah menyetubuhi duburku sebagaimana yang dilakukan Syamsul sekarang ini. Ketika kami sedang asyik melakukan anal seks, tiba-tiba suamiku menyusul ke kamar mandi.

Dia kelihatan tidak senang kami melakukan hubungan seks di kamar mandi. Dengan nada suara yang agak keras dia memerintahkanku untuk segera kembali ke kamar dan melakukan hubungan seks di sana, di hadapannya. Dengan masih tetap berbugil aku kembali ke kamar tidur dan langsung merebahkan diri di tempat tidur. Sementara itu suamiku mengikuti merebahkan diri di tempat tidur tapi untuk selanjutnya dia tertidur kembali dengan nyenyaknya. Rupanya suamiku benar-benar kelelahan disebabkan oleh suatu tekanan ketegangan syaraf yang tinggi dan juga agak setengah mabuk karena mengkonsumsi alkohol terlalu banyak. Sedangkan aku justru sebaliknya. Aku kini tidak dapat tidur walaupun barusan aku telah mengalami orgasme di kamar mandi bersama Syamsul. Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Syamsul muncul di hadapanku. Dia masih tetap bertelanjang bulat sebagaimana juga diriku. Dengan tatapan yang tajam dia menarikku dari tempat tidur dan mengajakku tidur bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku.

Bagaikan didorong oleh suatu kekuatan hipnostisme yang besar, aku mengikuti Syamsul ke kamar sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh masing-masing masih bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu. Memang saat itu aku merasa diriku seakan berada dalam suatu suasana yang mirip pada saat aku mengalami malam pengantinku yang pertama. Sambil mendekap diriku Syamsul terus-menerus menciumiku sehingga aku kembali merasakan suatu rangsangan birahi yang hebat. Dan tidak lama kemudian tubuh kami kami pun sudah bersatu kembali dalam suatu permainan persetubuhan yang dahsyat. Tidak berapa lama kemudian Syamsul membalikkan tubuhku sehingga kini aku berada di posisi atas. Selanjutnya dengan spontan kuraih alat kejantanannya dan memandunya ke arah liang senggamaku. Kemudian kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh Syamsul dan mulai mengayunkan tubuhku turun naik di atas tubuhnya.

Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil. Sementara itu Syamsul dengan tenang telentang menikmati seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil. Dengan semakin cepat aku menggerakkan tubuhku turun naik di atas tubuh Syamsul dan nafasku pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan tubuh laki- laki yang berada di bawahku. Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik kecil melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat dan tubuhku langsung terkulai menelungkup di atas tubuh Syamsul. Setelah beberapa saat aku tertelungkup di atas tubuh Syamsul, tiba- tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat. Kemudian dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga liang kenikmatanku yang telah basah kuyup tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya Syamsul mengacungkan alat kejantanannya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah liang kewanitaanku dan menghunjamkan kembali alat kejantanannya tersebut ke tubuhku dengan garang. Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika alat kejantanan Syamsul mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku dan membuat gerakan mundur maju dalam liang senggamaku.

Aku pun kini semakin hebat menggoyang- goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan turun naiknya alat kejantanan Syamsul yang semakin lama semakin cepat menggenjotkan di atas tubuhku. Kami bergumul bagaikan dua ekor binatang liar yang sedang bertarung, saling hempas dan saling bantai tubuh masing-masing dengan sekuat tenaga tanpa mempedulikan apa-apa lagi kecuali berlomba untuk menggali segala kenikmatan dari tubuh masing-masing. Nafas kami semakin memburu berdesah- desah dengan kencang yang kadang- kadang diselingi dengan pekikan kecil di luar kesadaran masing-masing. Tubuh bugil kami yang sedang bersatu padu itu pun basah dengan keringat.

Aku merasakan betapa liang kewanitaanku menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan melahap alat kejantanan Syamsul yang teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya. Selama pertarungan itu beberapa kali aku terpekik agak keras karena mencapai puncak orgasme berkali-kali, sementara itu Syamsul masih tetap tegar dan perkasa mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku. Akan tetapi akhirnya kulihat Syamsul tiba juga pada puncaknya. Dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia melepaskan puncak orgasmenya secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam tubuhku dalam waktu yang amat panjang. Sementara itu alat kejantanannya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di liang kewanitaanku sehingga seluruh cairan birahinya terhisap dalam tubuhku sampai titik penghabisan. Selanjutnya kami terhempas kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama kami tergolek, alat kejantanan Syamsul masih tetap terbenam dalam tubuhku, dan aku pun memang berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku.

 Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan lelah, Syamsul mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu adegan cium yang mesra penuh dengan perasaan. Selanjutnya kubenamkan wajahku ke dadanya mengecup puting susunya sambil menjilati permukaan dada yang bidang dan penuh dengan bintik-bintik keringat. Aku tidak tahu mengapa aku melakukan hal itu. Akan tetapi yang terang kurasakan keringat Syamsul saat itu membuat semacam rangsangan yang lain dalam diriku. Syamsul agak memejamkan matanya menikmati sentuhan-sentuhan ujung lidahku itu, sementara itu tangannya dengan halus membelai-belai rambutku sebagaimana seorang suami yang sedang mencurahkan cinta kasihnya kepada istrinya. Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah kami muncul kembali.

Kulihat alat kejantanan Syamsul mulai kembali menegang tegak sehingga secara serta merta Syamsul segera menguakkan kedua belah pahaku membukanya lebar- lebar untuk kemudian mulai menyetubuhi diriku kembali. Berlainan dengan suasana permulaan yang kualami tadi, dimana kami melakukan persetubuhan dalam suatu pertarungan yang dahsyat dan liar. Kali ini kami bersetubuh dalam suatu gerakan yang santai dalam suasana yang romantis dan penuh perasaan. Kami menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan tubuh telanjang masing-masing dalam suasana kelembutan yang mesra bagaikan sepasang suami istri yang sedang melakukan kewajibannya. Aku pun dengan penuh perasaan dan dengan segala kepasrahan melayani Syamsul sebagaimana aku melayani suamiku selama ini. Keadaan ini berlangsung sangat lama sekali. Suasana ini berakhir dengan tibanya kembali puncak ejakulasi kami secara bersamaan. Kami kini benar- benar kelelahan dan langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap dengan nyenyak dalam suatu kepuasan yang dalam.

Semenjak pengalaman kami malam itu, suamiku tidak mempermasalahkan lagi soal fantasi seksualnya dan tidak pernah menyinggung lagi soal itu. Hubunganku dan suamiku pun tetap berlangsung seperti biasa-biasa saja seperti dahulu. Hanya memang sejak pengalaman kami malam itu kurasakan gairah suamiku berangsur-angsur normal. Bila kami melaksanakan kewajiban suami-istri, dia telah dapat melaksanakannya secara normal sebagaimana lazimnya walaupun secara kualitas kurasakan tidak sehebat sebagaimana yang kualami bersama Syamsul. Kuakui malam itu Syamsul memang hebat. Walaupun telah beberapa waktu berlalu namun bayangan kejadian malam itu tidak pernah berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan suatu kepuasan seksual yang luar biasa hebatnya yang belum pernah kualami bersama suamiku selama ini.

 Walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Syamsul masi
h tetap saja kelihatan bugar. Alat kejantanannya pun masih tetap berfungsi dengan baik melakukan tugasnya keluar masuk liang kewanitaanku dengan tegar hingga membuatku menjadi agak kewalahan. Aku telah terkapar lunglai dengan tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus mengalami puncak orgasme dengan berkali-kali namun alat kejantanan Syamsul masih tetap tegar bertahan. Memang secara terus terang kuakui bahwa selama melakukan hubungan seks dengan suamiku beberapa bulan belakangan itu, aku tidak pernah mengalami puncak orgasme sama sekali. Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara bertubi-tubi seperti malam itu.

Cerita Seks Hadiah Ulang Tahun Kekasihku bawel.cerewet.info/

$
0
0

Cerita Seks Hadiah Ulang Tahun Kekasihku

Para pembaca sekalian mungkin telah membaca cerita “CALON ISTRI PAMANKU”. Sekarang aku ingin menceritakan kejadian di hari ultahnya Ayu, yang merupakan peristiwa indah. Saat aku menulis cerita ini, aku ditemani Ayu yang ikut menambah kata-kata di cerita ini. Oke deh, kita mulai aja.

Pada suatu hari di kantorku, ketika aku sedang tidak begitu ada kerjaan, tiba-tiba aku teringat kalau 3 hari lagi adalah ultahnya Ayu. Wah, kayaknya perlu diberi kejutan nih selama 2 hari 2 malam di hari jadinya. Di otakku langsung saja terbayang hal-hal yang berbau seksual. Kupikir aku perlu ambil cuti 2 hari nanti, begitu juga Ayu. Lebih baik kutelpon dia sekarang.

“Halo, selamat siang, bisa bicara dengan Ayu”

Tak absolutist kemudian, “Halo Tono sayang, ada apa nih”, Ayu bermanja-manja padaku.

“Enggak ada apa-apa, cuma pengen ngajak kamu keluar makan siang nanti, bisa enggak nih”, tanyaku.

“Oh kalau itu sih pasti bisa, kemana nih”

“bagaimana kalau di kantin deket kantor kamu, oke??”

“Oke boss, saya tunggu yah, awas, jangan sampe telat!”, sambil ketawa-ketawa.

“Bye” lalu Ayu menutup teleponnya.

Lalu aku pun kembali bekerja, tapi di kepalaku sedang terbayangkan kira-kira apa yang bakal aku belikan buat dia nanti. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.35. Wah, aku harus cabut nih, tak boleh telat. Untung bang-up sedang keluar kantor, jadi aku tak perlu minta ijin dulu.

Akhirnya sampailah aku di kawasan perkantoran di daerah Sudirman. Setelah parkir, buru buru aku pergi ke kantin yang sudah dijanjikan. Kulihat Ayu melambaikan tangannya dari jauh.

“Hai Ton!” Kami lalu mencari tempat makan yang sepi, namanya juga berduaan, backbone enak makan di tempat yang rame banget. Setelah memesan makanan dan duduk di pojokan, lalu akupun berkata

“Eh, Yu, di kantor kamu lagi banyak kerjaan nggak”

“Emangnya kenapa” Ayu terlihat penasaran

“kalau enggak sibuk, bagaimana kalau kamu minta cuti sama bang-up kamu selama 2 hari mulai tgl 12″

“Buat apa Ton, apa kamu sedang merencanakan sesuatu?”

“Sesuatu yang akan membuat kamu tergila-gila”

“Apa tuhh”

“Tunggu aja tanggal mainnya sayang” sambil kucubit lembut pipinya.

Selesai makan, kuantar Ayu ke kantornya, lalu akupun balik ke kantorku dan menyelesaikan pekerjaanku. Kira-kira 2 jam kemudian, Ayu menelepon.

“Halo Ton, saya udah ngomong sama bossa” katanya dengan suara lemas.

“Lalu apa katanya” tanyaku penasaran.

“Saya tidak dapet cuti 2 hari”

“Yah payah bang-up kamu, Yu. Kalau begitu nanti saya culik kamu pas harinya”

“Nah, kabar baiknya, saya dikasih cuti 3 hari, ha ha ha, kena kamu”, Ayu tertawa terbahak-bahak.

“Hey, dasar kurang open kamu, dasar setan cantik, ngerjain orang aja bisanya”

“Biarin, daripada kamu setan jelek”

“Yah udah, entar surprisenya kagak jadi deh”

“Jangan ngambek bell sayang, setan cantik baron cuma bercanda”

“Yah udah, 2 hari lagi saya ke tempat kamu abis pulang kerja”

“Oke deh, kutunggu dikau nanti, bye bye sayang”

“Bye bye” “klik”, lalu aku menemui bossku untuk minta cuti, dan untungnya dapet juga, mumpung bossku mood-nya lagi bagus hari ini.

Tak terasa, 3 hari pun berlalu. Sepulang kerja, kujemput Ayu di kantornya, lalu kami pergi ke bazaar untuk membeli makanan selama 3 hari, soalnya kami merencanakan untuk tidak kemana-mana selama liburan. Tidak lupa aku membeli madu 1 botol.

“Lho Ton, buat apa beli gituan” Ayu menatapku dengan heran.

“Itu bagian dari abruptness tersebut, tunggu aja, yang pasti kamu bakalan merem melek nantinya” kataku mantap.

“Wah, saya jadi penasaran nih sama abruptness kamu”

“Just delay ‘n see, honey” Selesai belanja lalu kami bergegas menuju apartemen Ayu.

Sesampainya di apartemen, aku langsung menarik Ayu menuju kamar mandi.

“Sabar bell boss, kayak enggak ada hari esok aja” katanya manja.

“Ultah kamu baron hari ini, so pasti memang tidak ada hari esok” kataku sambil melepas bajunya satu persatu.

Setelah ia bugil total, lalu kujilat buah dadanya, mulai dari putingnya ke dasarnya. Kuhisap-hisap putingnya dengan lembut.

“Ooohh Ton, enak sekali, teruss” desah Ayu

Ketika Ayu ingin membuka bajuku, kutahan tangannya.

“Sayang, buka dong, nggak adil nih”

Lalu kulepaskan semua pakaianku sehingga terlihat senjataku mengacung sangat tegak, ketika Ayu ingin meraihnya, kukatakan padanya,

“Say, jangan dulu, hari ini kamu akan menjadi ratu, biarkan daku melayanimu sampai puas”

Setelah itu, lalu kubasahi seluruh badannya, dan kusabun seluruh lekuk tubuhnya, tak lupa buah dadanya kuremas lembut lebih lama. Kuputar-putar putingnya, Ayu hanya bisa mendesah nikmat. Absolutist juga aku bermain di dadanya, kira-kira ada 15 menit. Setelah itu tanganku mulai turun ke selangkangannya. Kumainkan klitorisnya, Ayu semakin mengerang hebat.

“Toonn, teerruss, teruss, auughh, enak sekali, terruss”

“Ton, masukin bell penis kamu, saya udah gak tahan nihh”

“Oh, yang itu nanti sayang, sabar aja”

“Tapi saya pengen banget nih, oohh”

“Sabar aja, pokoknya hari ini kamu jadi ratuku, Aku bakalan membuat kamu orgasme ratusan kali selama 3 hari ini”

“Saayy, tulang saya bisa copot nih bacchanal ratusan kali”

“Biarin, salah sendiri punya anatomy seksi sekali”

“Ahh aahh aahh, seesstt, guaa kayaknya pengen nyampe nih sayy” Ayu meracau tak menentu.

Kupercepat gerakan jariku memainkan klitorisnya, sementara jariku yang lain sedang dihisap-hisapnya seolah-olah ia sedang menghisap penisku.

“Aaarrgghh, I’m comminngg, honey, commiingg, commiingg, ohh”

Pinggulnya bergerak maju mundur sementara badannya melengkung kaku ke belakang, sepertinya Ayu sangat menikmatinya.

“Ton, tadi rasanya enak sekali seolah olah kamu lagi meng-onani vagina saya, ohh” Ayu mendesah pelan.

“Oh, itu masih belum apa-apa, nanti masih ada lagi yang lebih hebat sayy ” kataku sambil meremas-remas buah dadanya.

“Wah, mati aku deh, bisa bisa nanti kagak bisa kerja”

Kubilas tubuhnya dari busa yg masih melekat, terutama di bagian vaginanya karena banyak sekali cairannya yang mengalir keluar. Setelah tubuh Ayu bersih, lalu akupun mulai menyabuni diriku sendiri. Tapi tanpa kusadari tiba-tiba Ayu memelukku dari belakang dengan kuat lalu satu tangannya menangkap penisku.

“Eh kenapa say, kan saya bilang nanti” sambil aku melawan sedikit.

“Khan hari ini ultahku, kamu mesti nurut sama saya, kalau kamu bisa bikin saya bacchanal ratusan kali, saya juga mesti sedot sperma kamu sampai habis, baru adil” kata Ayu sambil menyeringai manis.

“Ya udah deh, saya nyerah sama ratuku, tapi bilas dulu bell sabunnya”

Lalu Ayu membersihkan sabun terutama di sekitar penisku, lalu ia mulai mengocok-ngocok dan memainkan penisku, kadang pelan kadang cepat, ia mengocok sambil matanya menatapku dan tersenyum manis sekali.

“Bagaimana sayang, enak baron seperti ini?” Ayu tersenyum manis sekali

“Ohh, aduuh, enak sekali sayang, ohh, uhh, wajah kamu maniss sekali sayangku” kataku sambil menahan rasa nikmat yang tidak terkira.

“Saayy, ganti bell pake mulut kamu”

Lalu dia dekatkan kepalanya, dan dijulurkan lidahnya. Kepala batang kejantananku dijilatinya perlahan, seolah olah sedang menjilati es krim. Lidahnya mengitari kepala senjata meriam aku. Semilyard dollar.. rasanya.. wow.. enak sekali. Aku hanya bisa merem melek menikmatinya sambil bersandar di ablution tub. Lalu dikulumnya batang kejantananku. Aku melihat mulutnya sampai penuh rasanya, tetapi belum seluruhnya tenggelam di dalam mulutnya yang mungil. Bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur.

Ayu memasukkan dan mengeluarkan kejantananku dari dalam mulutnya berulang-ulang, naik-turun. Gesekan-gesekan antara kemaluanku dengan dinding mulutnya yang basah membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi diriku.

“Auuh.. aahh..” akhirnya aku sudah tidak tahan lagi.

Batang kemaluanku menyemprotkan sperma kental berwarna putih ke dalam mulutnya. Bagai kehausan, Ayu meneguk semua cairan kental tersebut sampai habis.

“Duh, masa baru begitu saja sudah keluar.” Ayu meledek aku yang baru bermain articulate saja sudah mencapai klimaks.

“Yu.., saya.. udah 3 hari nih.. tidak bercumbu dengan kamu..” jawabku terengah-engah.

“Tapi lumayan banyak juga sperma kamu, kayaknya boleh nih tiap 3 hari saya isep penis kamu, biar saya tambah awet muda” katanya tanpa melepas pegangannya dari penisku.

“Whatever you want, my queen” kataku sambil mencium bibirnya.

Lalu Ayu mulai menyabuni seluruh tubuhku, terutama di sekitar penisku agak lama, sehingga mau tidak mau penisku bangun lagi. Ayu mulai memainkannya lagi. Tapi aku tidak mau keluar lagi, jadi harus kustop dia.

“Eh, Yu, stop dulu, entar saya keluar lagi nih” kataku sambil menahan nikmat.

“Biarin aja, salah sendiri kenapa penis kamu gampang terangsang” katanya sambil tertawa.

Lalu ia melanjutkan menyabuniku, setelah itu ia membilas tubuhku, oh rasanya segar sekali, nikmat sekali rasanya dimandikan oleh pacarku ini, sesekali ia menjilat-jilat kepala penisku, sesekali ia menghisapnya, sambil matanya menatapku, oh manis sekali wajahnya. Selesai itu, aku mengambil handuk mengelap seluruh tubuhku dan tubuhnya, tak lupa aku melakukan gerakan memijat ketika sedang mengelap buah dadanya, ia hanya bisa merem melek sambil mulutnya megap-megap Lalu kutarik dia ke kamarnya, kuambil selimut baru lalu kugelar di atas lantainya. Kulihat Ayu sepertinya penasaran dengan tindakanku ini.

“Lho Ton, ngapain kamu”

“Ini surprisenya, sayang, nah sekarang kamu acknowledgment aja di atas selimut, saya ambil madu dulu”

“Wah kayaknya saya bakalan bacchanal gila-gilaan nih”

“Iya say, tunggu aja” teriakku sambil mengambil madu dari kulkasnya.

Sekembalinya ke kamar, kulihat Ayu masih berbaring, lalu aku duduk di atas pahanya, kubuka botol madu lalu kutuang di atas badannya, kulihat dia terkejut sedikit, mungkin akibat dinginnya madu tersebut, kugosok-gosok madu tersebut di seluruh tubuhnya, terutama di buah dadanya.

“Aaahh.. Ton.. sshhss..” erang si Ayu ketika kuusap-usap permukaan dadanya rata terbungkus madu kecuali putingnya.

“Sshh.. teruss.. Ton ciumin dong..” Dia menggigit bibirnya sendiri.

Wah, ternyata dia suka surprisenya, aku cium putingnya sambil memainkan lidahku melilit-lilit puting merah muda itu, kemudian kugigit manja.

“Aahh.. sshhss.. aku mao keluar Ton.. sshshh bagaimana nih..” erangnya.

Segera kugosokkan madu ke arah paha dalamnya secara perlahan terus sampai mendekati daerah lipatan yang sangat hangat itu.

“Ahh.. sshshs.. Ton.. jilat dong.. udah nggak tahan nih.. ss..” lirihnya.

“Sshh hmm.. kok diam.. please..” rengek Ayu.

“Tunggu ya..” jawabku.

Kemudian segera kujilati lubang kemaluannya sambil mengusap-usap payudaranya, dan mulai kujilati bibir luar vaginanya

“Ahh.. Ton.. terus sshh.. kamu.. di situ.. sshh,” erangnya.

Dengan lidah kukait-kait klitorisnya sambil kutelusuri garis bibir vaginanya. Sambil menggoyangkan pinggulnya kiri-kanan Ayu berkata,

“Yess.. di situ.. ahh.. sshs..” katanya ketika mulai kuhisap dan menjilati klitorisnya.

Setelah membesar, aku tusuk-tusukkan lidahku di liang senggamanya tetapi tak kuduga reaksinya.

“Aahh.. shshshsh mmhh ss.. teruss hhmm,” Ayu menggelinjang-gelinjang sambil memaju-mundurkan pinggulnya, vaginanya seolah-olah merebut lidahku untuk masuk lebih dalam kerongga nikmat itu, sementara batang kemaluanku sudah merah padam dari tadi ingin segera menggantikan lidahku.

“Ahh.. teruuss.. teruuss.. lebih cepaat.. ssh..” gelinjang Ayu semakin cepat.

“Shshss.. aku hampiirr.. shshh.. mmyamyam memem.. ss,” suaranya semakin kacau.

Pantatnya semakin cepat mengocok lidahku, sehingga selimut di lantai itu berantakan. Ketika gerakan lubang kemaluannya makin rutin, segera kuhentikan dan kutarik lidahku, terlihat alis si Ayu mengkerut seperti sedang bertanya-tanya, sementara dadanya masih naik-turun dengan cepat. Tanpa menunggu lebih absolutist lagi, secepatnya kuposisikan kepala penisku ke lubang hangat dan basah itu.

“Ahh.. sshsh mm..” erang manja si Ayu. Memang penisku tidak terlalu besar, hanya kepalanya agak besar dan melengkung ke atas seperti terompet tapi panjang.

Badan Ayu menjadi kaku seakan menantikan sesuatu

“Rileks sayang.. sebentar kita lanjutkan perasaanmu,” bisikku.

Kemudian kudorong perlahan kepala penisku. Setelah kepala penisku masuk, secara bertahap kudorong batangku agak dalam, kutarik lagi sedikit, dorong lebih dalam, tarik sedikit, sampai.. “Bluess.. duk..” kiranya sudah mentok kebentur ujung rahimnya, padahal belum semuanya masuk lho. Terasa di tangan kiriku kira-kira masih tiga lebar jariku tapi efeknya

“Ssshh.. mmhh.. aahh.. auh!” jerit tertahan Ayu.

Kurasakan agak banjir di dalam sana dan jepitan di sepanjang kepala penis sampai hampir seluruh batangku itu makin erat.

“Ahh.. ssh shshss..” aku coba konsentrasi karena vagina yang nikmat dan sangat sempit ini mencoba menarik semua spermaku sehingga kepala penisku membesar dan berdenyut-denyut menahan kenikmatan yang nyaris memancar.

Kemudian aku coba goyang secara perlahan, makin absolutist makin cepat. Kupraktekkan rumus ini-itu sambil membuatnya menikmati setiap gesekan penisku serta mengalihkan pikiranku untuk melupakan nikmatnya lubang kemaluan Ayu, sempitnya vaginanya. Tubuhnya yang sempurna, payudaranya yang ranum dan kencang yang tertekan dadaku.

“Ouch.. sshh.. hemm..” sulit rasanya menghadapi kenyataan nikmat ini, apalagi setelah puncak kenikmatannya yang tertunda itu kembali melanda Ayu, ini terbukti dengan goyangan pinggul dan pantatnya berputar dan sekarang maju-mundur, menentang setiap gerakanku yang semakin cepat tusuk dan tarik.

“Aahh..”

Kucium dan kulumat bibirnya, kulilit lidahnya, kulihat dia tidak bisa menahan kenikmatan yang melanda itu, sehingga Ayu pun membalas ciumanku dengan ganasnya. Geregetan, rangsangan, kenikmatan, itu yang mungkin ada di pikirannya.

Setelah hampir setengah jam kami goyang (kurasa Ayu sudah mau orgasme) dan akhirnya vaginanya mulai menjepit dan mengurut penisku cepat sekali. Dengan nafasnya yang memburu dan gerakan pinggulnya,

“Aaahh.. aku.. keluar.. sshhmm.. aku keluar sayang.. sshs hh shsh,”

Ayu mulai meracau tidak karuan sambil kakinya melingkari pinggangku dan menekan pantatku keras seakan-akan dia sanggup menelan penis panjangku sehingga kurasa bahwa setiap kutusuk vaginanya terasa ada benturan dan terus memutar di ujung dalam kenikmatannya.

“Sshshs aasshh.. enak sekali.. sshh.. aduhh.. sshshsh..” jerit tertahan Ayu.

Aku pun semakin mempercepat gerakanku, aku goyang dan memaju-mundurkan agak kasar liang vagina sempit ini,

“Duk..bluess.. duuk.. bluess..” kulihat pangkal penisku agaknya nyaris semuanya masuk,

“Sssh shh shh.. teruss.. Ton.. sshh,”

“Aku puas.. sshh hmm.. Ton.. cepat.. sshh,” lanjutnya.

“Tubuhmu seksi.. dan sempurna.. sayang..apa boleh..” aku berbicara ngos-ngosan.

“Di.. dalam.. saja.. shsh shh mmhh..” Ayu memotong sambil menaikkan pinggulnya sambil menekan pantatku serta membenamkan seluruh penisku seluruhnya

“Aaahh.. ssmmhh hhmm..”

Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut keras membuat suara becek goyangan kami yang makin keras.

Aku sudah tidak kuat lagi, ilmuku seakan hilang, kesadaranku melayang. Kemudian sambil melenguh kutarik pinggulnya lengket ke pangkal penisku dan kujilat serta kugigit putingnya, kulepas semua spermaku,

“Aaahh.. sshh..”

“Crot.. crot.. crot..” Hampir enam atau delapan kali semprotan maniku melesat ke dalam rahimnya.

“Aaahh ss mm.. hmm.. enak.. hangat..” Ayu mengerang-erang, sambil terus menggoyangkan pinggulnya berputar-putar.

Dalam keheningan nikmat, kubiarkan penisku di dalam vaginanya yang masih terasa sempit, kucium lembut bibirnya dan Ayu pun membalas manja, kemudian kutatap matanya sambil tersenyum. Sambil bersikap manja Ayu memeluk diriku serta menggigit hisap leherku. Wah.. merah nih jadinya.

Aku kemudian mengangkat tubuhnya dan mengajaknya ke balkon untuk cari angin.

“Mau ngapain di balkon Ton?”, tanya Ayu terheran-heran.

“Aku pengen menutup surprise-ku dengan mandi’in kamu”, kataku lagi.

“bagaimana mandi’innya?, tanya Ayu tambah heran tapi nurut saja ketika kurebahkan tubuhnya di atas kursi panjang tanpa senderan di balkon yang sepi itu. Tanpa menunggu lama, segera kuakhiri surpriseku dengan mandi kucing, yaitu dengan menjilat-jilat lembut seluruh permukaan tubuhnya yang bermandi peluh bercampur madu dan berkilat terkena sinar rembulan yang membuatnya makin indah dengan posisinya yang menelentang pasrah itu. Ayu senang sekali dengan perlakuanku itu, dan sambil mendesah kenikmatan dia berkata,

“Ton, kalau bisa kamu sering-sering nginap di sini, saya suka dijilati seperti ini.”

Kira kira ada 10 menit aku menjilatnya, lalu kugendong dia ke kamar mandi, dan kami pun saling membersihkan badan, saling menggosok satu sama lain. Setelah selesai, kami pun masuk ke kamarnya, karena sudah lelah sekali kami tidur nyenyak sambil berpelukan dalam keadaan bugil.

Keesokan paginya, antara sadar dan tidak, aku merasa seperti ada sesuatu yang aneh pada diriku. Ketika kubuka mataku, eh, ternyata Ayu sudah bangun, dan lebih kaget lagi kulihat Ayu sedang menghisap-hisap penisku. Melihatku sudah bangun, Ayu berhenti sejenak dan tersenyum.

“Selamat pagi kekasihku, bagaimana tidurnya” tanya Ayu manja sambil tangannya tetap mengocok penisku.

“Wah enak banget, tapi kok kamu curang sih, saya baron nggak ngerasain isepan kamu waktu tidur” kataku sambil mengusap-usap buah dadanya.

“Abis kamu tidurnya lelap sekali, saya kagak tega bangunin kamu, tapi siapa tahu kamu mimpi lagi diisepin ha ha ha” ia tertawa sambil terus mengocok penisku.

“Eh Ton, kok waktu kamu tidur, saya ngocokin kamu kok penis kamu bisa bangun sih”

“Ya bisa lah yaw, namanya juga penis orang, emangnya penis plastik, bisa aja kamu, tapi terusin bell pake mulut kamu, Yu”

“Oooke boss, tapi kalau kamu mau keluar, bilang yah”

“Lho, emangnya kenapa?” tanyaku heran.

“saya mau pake sperma kamu buat olesin muka dan dada saya, biar kulit saya tambah kencang”

Lalu Ayu kembali mengkaraoke penisku, oh, rasanya nikmat sekali, sesekali ia menatapku sambil tersenyum manis. Mulutnya bergerak maju mundur, sambil lidahnya menggelitik lubang kencingku, rasanya geli-geli nikmat. Tak absolutist kemudian, aku merasa akan keluar lagi.

“Yu, saya mau keluar lagi, ohh aduuh” kataku sambil menahan gemuruh di dadaku.

Langsung ia mengganti tangannya untuk mengocokku, dan akhirnya, “Aduuh ohh, Yu terruuss, enaakk”

Penisku akhirnya memuntahkan sperma, tapi tidak sebanyak kemarin, dan Ayu langsung mengarahkan dadanya ke penisku, sehingga dadanya terkena muncratan spermaku, langsung dia oleskan ke seluruh permukaan dadanya.

“Yaahh Ton, kok dikit banget sayang, muka saya kagak dapet nih” Ayu sedikit merenggut.

“Abis tiap hari bercumbu terus sih, ya udah sayang, mumpung penis saya masih tegak, sekarang kamu nunggangin saya aja, baron kamu dapet enaknya juga”

“Nah begitu bell Ton, itu baru namanya pacar saya” Ayu tersenyum lagi.

Lalu ia duduk di atas pahaku sambil mengarahkan penisku ke lubang vaginanya. Perlahan tapi pasti, penisku mulai memasuki lubang kenikmatannya. Aku sendiri heran juga kenapa hari ini penisku perkasa banget, tapi aku tidak memikirkannya lagi, yang penting enaknya, bung. Ayu sendiri mulai bergoyang-goyang sambil meracau tak menentu, seolah olah sedang menunggang kuda, sementara aku meremas remas dadanya yang bergerak naik turun. Lumayan absolutist juga aku bertahan, kira kira ada satu jam, sementara kulihat Ayu sepertinya sudah orgasme 2 kali, tapi kulihat Ayu tidak berhenti juga, mungkin dipikirnya kapan lagi bisa dapat kesempatan seperti ini. Tak absolutist kemudian, setelah Ayu orgasme ketiga kalinya, barulah aku mulai merasakan akan orgasme.

“Yu, bangun sayang, saya udah mau keluar nih”

Langsung Ayu bangun dan mendekatkan mukanya ke penisku sambil tangannya mengocokku. Dan akhirnya,

“Aaarrgghh, aduuh, haahh” aku ngos-ngosan menahan nikmat.

Akhirnya penisku menyemprotkan spermanya ke wajahnya, lalu ia menggosoknya ke seluruh wajahnya sampai rata.

“Terima kasih sayang, saya puas banget hari ini, saya tidak menyangka bisa bacchanal sampe 3 kali, kamu perkasa sekali” kata Ayu sambil berbaring memelukku.

“Abis bodi kamu seksi banget sih, terutama dada kamu, apalagi pas lagi nunggang saya, kelihatannya seperti dewi dari langit yang lagi goyangin saya.”

“ah ah, bisa aja kamu” kata Ayu sambil mencubit hidungku.

Tanpa terasa, kami tertidur lagi sambil berpelukan, mungkin saking lelahnya bersenggama tanpa henti.

Begitulah seterusnya, setiap ada waktu kosong aku dan Ayu langsung capital lagi, seolah-olah nafsu kami tidak pernah terpuaskan. Selama 3 hari yang kami lakukan hanya makan, main, tidur. Selama 3 hari itu pula kami seperti Tarzan dan Jane, bugil terus. Rasanya anda para pembaca bisa membayangkannya sendiri bagaimana nikmatnya hidup seperti itu. Tapi yang batten penting bagiku adalah cintaku padanya dan cintanya padaku, walaupun aku masih belum tahu sampai kapan kami bisa hidup bersama.

TAMAT

jasa pemasangan iklan

$
0
0
Jasa Pemasangan Iklan | Iklan Betting | Pasang Iklan Banner | Pasang Iklan BettingSyarat dan ketentuan:Iklan tidak mengandung unsur sara, pornografi dan yang melanggar hukum yang berlaku di Indonesia.Banner iklan berformat JPG, JPEG, PNG, GIF, JavaScript, Flash dan Iframe.Isi dan kandungan iklan merupakan tanggung jawab sepenuhnya pemasang iklan.Iklan akan segera Kami terbitkan jika pemilik iklan

Cerita Dewasa | Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

$
0
0

Jarbos – Kumpulan Berita Dewasa, Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Kumpulan Foto Model Seksi, Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan| Aku dilahirkan di kota M di propinsi Jawa Timur, kota yang panas karena terletak di dataran rendah. Selain tinggi badan seukuran orang-orang bule, kata temanku wajahku lumayan. Mereka bilang aku hitam manis. Sebagai laki-laki, aku juga bangga karena waktu SMA dulu aku banyak memiliki teman-teman perempuan. Walaupun aku sendiri tidak ada yang tertarik satupun di antara mereka. Mengenang saat-saat dulu aku kadang tersenyum sendiri, karena walau bagaimanapun kenangan adalah sesuatu yang berharga dalam diri kita. Apalagi kenangan manis.

Sekarang aku belajar di salah satu perguruan tinggi swasta di kota S, mengambil jurusan ilmu perhotelan. Aku duduk di tingkat akhir. Sebelum berangkat dulu, orangtuaku berpesan harus dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya. Maklum, keadaan ekonomi orangtuaku juga biasa-biasa saja, tidak kaya juga tidak miskin. Apalagi aku juga memiliki 3 orang adik yang nantinya juga akan kuliah seperti aku, sehingga perlu biaya juga. Aku camkan kata-kata orangtuaku. Dalam hati aku akan berjanji akan memenuhi permintaan mereka, selesai tepat pada waktunya.

Cerita Dewasa | Tapi para pembaca, sudah kutulis di atas bahwa segala sesuatu yang terjadi padaku tanpa aku dapat menyadarinya, sampai saat ini pun aku masih belum dapat menyelesaikan studiku hanya gara-gara satu mata kuliah saja yang belum lulus, yaitu mata kuliah yang berhubugan dengan hitung berhitung. Walaupun sudah kuambil selama empat semester, tapi hasilnya belum lulus juga. Untuk mata kuliah yang lain aku dapat menyelesaikannya, tapi untuk mata kuliah yang satu ini aku benar-benar merasa kesulitan.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan
Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

“Coba saja kamu konsultasi kepada dosen pembimbing akademis..,” kata temanku Andi.
“Sudah, Di. Kata beliau ini ditentukan oleh dirimu sendiri.” kataku sambil menghisap rokok.
“Benar juga apa yang dikatakan beliau, Gi, semua ditentukan dari dirimu sendiri.” sahut Andi.
Lama kami sibuk tenggelam dalam pikiran kami masing-masing, sampai akhirnya Andi berkata.
“Gini saja, Gi, kamu langsung saja menghadap dosen mata kuliah itu, ceritakan kesulitanmu, mungkin beliau mau membantu.” kata Andi.

Mendengar perkataan Andi, seketika aku langsung teringat dengan dosen mata kuliah yang menyebalkan itu. Namanya Ibu Eni, umurnya kira-kira 35 tahun. Orangnya lumayan cantik, juga seksi, tapi banyak temanku begitu juga aku mengatakan Ibu Eni adalah dosen killer, banyak temanku yang dibuat sebal olehnya. Maklum saja Ibu Eni belum berkeluarga alias masih sendiri, perempuan yang masih sendiri mudah tersinggung dan sensitif.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

“Waduh, Di, bagaimana bisa, dia dosen killer di kampus kita..,” kataku bimbang.
“Iya sih, tapi walau bagaimanapun kamu harus berterus terang mengenai kesulitanmu, bicaralah baik-baik, masa beliau tidak mau membantu..,” kata Andi memberi saran.
Aku terdiam sejenak, berbagai pertimbangan muncul di kepalaku. Dikejar-kejar waktu, pesan orang tua, dosen wanita yang killer.

“Baiklah Di, akan kucoba, besok aku akan menghadap beliau di kampus.” kataku.

“Nah begitu dong, segala sesuatu harus dicoba dulu,” sahut Andi sambil menepuk pundakku.
Siang itu aku sudah duduk di kantin kampus dengan segelas es teh di depanku dan sebatang rokok yang menyala di tanganku. Sebelum bertemu Ibu Eni aku sengaja bersantai dulu, karena bagaimanapun nanti aku akan gugup menghadapinya, aku akan menenangkan diri dulu beberapa saat. Tanpa aku sadari, tiba-tiba Andi sudah berdiri di belakangku sambil menepuk pundakku, sesaat aku kaget dibuatnya.

“Ayo Gi, sekarang waktunya. Bu Eni kulihat tadi di ruangannya, temuilah beliau..!” bisik Andi.
“Oke-oke..,” kataku singkat sambil berdiri.
“Kalau begitu aku duluan ya, Gi. Sampai ketemu di kost,” sahut Andi.
Aku hanya dapat melambaikan tangan saja, karena pikiranku masih berkecamuk bimbang, bagaimana aku harus menghadapai Ibu Eni, dosen killer yang masih sendiri itu.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

Perlahan aku berjalan menyusupi lorong kampus, suasana sangat lengang saat itu, maklum hari Sabtu, banyak mahasiswa yang meliburkan diri, lagipula kalau saja aku tidak mengalami masalah ini lebih baik aku tidur-tiduran saja di kamar kost, ngobrol dengan teman. Hanya karena masalah ini aku harus bersusah-susah menemui Bu Eni, untuk dapat membantuku dalam masalah ini.

Kulihat pintu di ujung lorong. Memang ruangan Bu Eni terletak di pojok ruangan, sehingga tidak ada orang lewat simpang siur di depan ruangannya. Kelihatan sekali keadaan yang sepi. Mungkin saja perempuan yang belum bersuami inginnya menyendiri, pikirku. Perlahan-lahan kuketuk pintu, sesaat kemudian terdengar suara dari dalam, “Masuk..!”

Aku langsung masuk, kulihat Bu Eni sedang duduk di belakang mejanya sambil membuka-buka map. Kutup pintu pelan-pelan. Kulihat Bu Eni memandangku sambil tersenyum, sesaat aku tidak menyangka beliau tersenyum ramah padaku. Sedikit demi sedikit aku mulai dapat merasa tenang, walaupun masih ada sedikit rasa gugup di hatiku.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan


“Silakan duduk, apa yang bisa Ibu bantu..?”
Sesaat aku terpesona oleh kecantikannya.
Bagaimana mungkin dosen yang begitu cantik dan anggun mendapat julukan dosen killer.
“Oke, Yogi, ada yang bisa Ibu bantu..?” sekali lagi Bu Eni menanyakan dengan senyumannya.
Perlahan-lahan kuceritakan masalahku kepada Bu Eni, mulai dari keinginan orangtua yang ingin aku agak cepat menyelesaikan studiku, sampai ke mata kuliah yang saat ini aku belum dapat menyelesaikannya.

Kumpulan Berita Dewasa, Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Kumpulan Foto Model Seksi, Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

Kulihat Bu Eni dengan tekun mendengarkan ceritaku sambil sesekali tersenyum kepadaku. Melihat keadaan yang demikian aku bertambah semangat bercerita, sampai pada akhirnya dengan spontan aku berkata, “Apa saja akan kulakukan Bu Eni, untuk dapat menyelesaikan mata kuliah ini. Mungkin suatu saat membantu Ibu membersihkan rumah, contohnya mencuci piring, mengepel, atau yah, katakanlah mencuci baju pun aku akan melakukannya demi agar mata kuliah ini dapat saya selesaikan. Saya mohon sekali, berikanlah keringanan nilai mata kuliah Ibu pada saya.”

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan


Mendengar kejujuran dan perkataanku yang polos itu, kulihat Bu Eni tertawa kecil sambil berdiri menghampiriku, tawa kecil yang kelihatan misterius, dimana aku tidak dapat mengerti apa maksudnya.
“Apa saja Yogi..?” kata Bu Eni seakan menegaskan perkataanku tadi.
“Apa saja Bu..!” kutegaskan sekali lagi perkataanku dengan spontan.
Sesaat kemudian tanpa kusadari Bu Eni sudah berdiri di belakangku, ketika itu aku masih duduk di kursi sambil termenung. Sejenak Bu Eni memegang pundakku sambil berbisik di telingaku.

“Apa saja kan Yogi..?”
Aku mengangguk sambil menunduk, saat itu aku belum menyadari apa yang akan terjadi. Tiba-tiba saja dari arah belakang, Bu Eni sudah menghujani pipiku dengan ciuman-ciuman lembut, sebelum sempat aku tersadar apa yang akan terjadi. Bu Eni tiba-tiba saja sudah duduk di pangkuanku, merangkul kepalaku, kemudian melumatkan bibirnya ke bibirku. Saat itu aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, seketika kedua tangan Bu Eni memegang kedua tanganku, lalu meremas-remaskan ke payudaranya yang sudah mulai mengencang.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan


“Bu, haruskah kita..” kataku tersadar sambil melepaskan mulutku darinya.
Telunjuk Bu Eni sudah menempel di bibirku, seakan menyuruhku untuk diam.
“Sudahlah Yogi, inilah yang Ibu inginkan..”
Setelah berkata begitu, kembali Bu Eni melumat bibirku dengan lembut, sambil membimbing kedua tanganku untuk tetap meremas-remas payudaranya yang montok karena sudah mengencang.

Akhirnya timbul hasrat kelelakianku yang normal, seakan terhipnotis oleh reaksi Bu Eni yang menggairahkan dan ucapannya yang begitu pasrah, kami berdua tenggelam dalam hasrat seks yang sangat menggebu-gebu dan panas. Aku membalas melumat bibirnya yang indah merekah sambil kedua tanganku terus meremas-remas kedua payudaranya yang masih tertutup oleh baju itu tanpa harus dibimbing lagi. Tangan Bu Eni turun ke bawah perutku, kemudian mengusap-usap kemaluanku yang sudah mengencang hebat. Dilanjutkan kemudian satu-persatu kancing-kancing bajuku dibuka oleh Bu Eni, secara reflek pula aku mulai membuka satu-persatu kancing baju Bu Eni sambil terus bibirku melumat bibirnya.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

Setelah dapat membuka bajunya, begitu pula dengan bajuku yang sudah terlepas, gairah kami semakin memuncak, kulihat kedua payudara Bu Eni yang memakai BH itu mengencang, payudaranya menyembul indah di antara BH-nya. Kuciumi kedua payudara itu, kulumat belahannya, payudara yang putih dan indah. Kudengar suara Bu Eni yang mendesah-desah merasakan kenikmatan yang kuberikan. Kedua tangan Bu Eni mengelus-elus dadaku yang bidang. Lama aku menciumi dan melumat kedua payudaranya dengan kedua tanganku yang sesekali meremas-remas dan mengusap-usap payudara dan perutnya.

Akhirnya kuraba tali pengait BH di punggungnya, kulepaskan kancingnya, setelah lepas kubuang BH ke samping. Saat itu aku benar-benar dapat melihat dengan utuh kedua payudara yang mulus, putih dan mengencang hebat, menonjol serasi di dadanya. Kulumat putingnya dengan mulutku sambil tanganku meremas-remas payudaranya yang lain. Puting yang menonjol indah itu kukulum dengan penuh gairah, terdengar desahan nafas Bu Eni yang semakin menggebu-gebu.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

“Oh.., oh.., Yogi.. teruskan.., teruskan Yogi..!” desah Bu Eni dengan pasrah dan memelas.
Melihat kondisi seperti itu, kejantananku semakin memuncak. Dengan penuh gairah yang mengebu-gebu, kedua puting Bu Eni kukulum bergantian sambil kedua tanganku mengusap-usap punggungnya, kedua puting yang menonjol tepat di wajahku. Payudara yang mengencang keras.

Lama aku melakukannya, sampai akhirnya sambil berbisik Bu Eni berkata.
“Angkat aku ke atas meja Yogi.., ayo angkat aku..!”
Spontan kubopong tubuh Bu Eni ke arah meja, kududukkan, kemudian dengan reflek aku menyingkirkan barang-barang di atas meja. Map, buku, pulpen, kertas-kertas, semua kujatuhkan ke lantai dengan cepat, untung lantainya memakai karpet, sehingga suara yang ditimbulkan tidak terlalu keras.

Masih dalam keadaan duduk di atas meja dan aku berdiri di depannya, tangan Bu Eni langsung meraba sabukku, membuka pengaitnya, kemudian membuka celanaku dan menjatuhkannya ke bawah. Serta-merta aku segera membuka celana dalamku, dan melemparkannya ke samping.
“Oh.. Yogi.., betapa jantannya kamu.. kemaluanmu begitu panjang dan besar.. Oh.. Yogi, aku sudah tak tahan lagi untuk merasakannya.”
Aku tersenyum juga, kuperhatikan tubuh Bu Eni yang setengah telanjang itu.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

Kemudian sambil kurebahkan tubuhnya di atas meja dengan posisi aku berdiri di antara kedua pahanya yang telentang dengan rok yang tersibak sehingga kelihatan pahanya yang putih mulus, kuciumi payudaranya, kulumat putingnya dengan penuh gairah, sambil tanganku bergerilya di antara pahanya. Aku memang menginginkan pemanasan ini agak lama, kurasakan tubuh kami yang berkeringat karena gairah yang timbul di antara aku dan Bu Eni. Kutelusuri tubuh Bu Eni yang setengah telanjang dan telentang itu mulai dari perut, kemudian kedua payudaranya yang montok, lalu leher. Kudengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan pasrah dari mulut Bu Eni.

Sampai ketika Bu Eni menyuruhku untuk membuka roknya, perlahan-lahan kubuka kancing pengait rok Bu Eni, kubuka restletingnya, kemudian kuturunkan roknya, lalu kujatuhkan ke bawah. Setelah itu kubuka dan kuturunkan juga celana dalamnya. Seketika hasrat kelelakianku semakin menggebu-gebu demi melihat tubuh Bu Eni yang sudah telanjang bulat, tubuh yang indah dan seksi, dengan gundukan daging di antara pahanya yang ditutupi oleh rambut yang begitu rimbun.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

“Ayolah Yogi.., apa yang kau tunggu..? Ibu sudah tak tahan lagi.” Bu Eni berkata pasrah.
Kurasakan tangan Bu Eni menggenggam kemaluanku, menariknya untuk lebih mendekat di antara pahanya. Aku mengikuti kemauan Bu Eni yang sudah memuncak itu, perlahan tapi pasti kumasukkan kemaluanku yang sudah mengencang keras layaknya milik kuda perkasa itu ke dalam vagina Bu Eni. Kurasakan milik Bu Eni yang masih agak sempit. Akhirnya setelah sedikit bersusah payah, seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam vagina Bu Eni.

Kumpulan Berita Dewasa, Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Kumpulan Foto Model Seksi, Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

“Oh.., oh.., Yogi.. terus Yogi.. jangan lepaskan Yogi.. aku mohon..!” Bu Eni merintih dan mendesah.
Tanpa pikir panjang lagi disertai hasratku yang sudah menggebu-gebu, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur dengan posisi Bu Eni yang telentang di atas meja dan aku berdiri di antara kedua pahanya. Mula-mula teratur, seirama dengan goyangan-goyangan pantat Bu Eni. Sering kudengar rintihan-rintihan dan desahan Bu Eni karena menahan kenikmatan yang amat sangat. Begitu juga aku, kuciumi dan kulumat kedua payudara Bu Eni dengan mulutku.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan
Kurasakan kedua tangan Bu Eni meremas-remas rambutku sambil sesekali merintih.

“Oh.. Yogi.. oh.. Yogi.. jangan lepaskan Yogi, kumohon..!”
Mendengar rintihan Bu Eni, gairahku semakin memuncak, goyanganku bertambah ganas, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur semakin cepat.

“Oh.. Yogi.. kamu memang perkasa.., kau memang jantan, aku mulai keluar!” Bu Eni merintih.
“Ayolah Bu.., ayolah kita mencapai puncak bersama-sama, aku juga sudah tak tahan lagi,” keluhku.
Setelah berkata begitu, kurasakan tubuhku dan tubuh Bu Eni mengejang, seakan-akan terbang ke langit tujuh, kurasakan cairan kenikmatan yang keluar dari kemaluanku, semakin kurapatkan kemaluanku ke vagina Bu Eni. Terdengar keluhan dan rintihan panjang dari mulut Bu Eni, kurasakan juga dadaku digigit oleh Bu Eni, seakan-akan nmenahan kenikmatan yang amat sangat.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

“Oh.. Yogi.. oh.. oh.. oh..”
Setelah kukeluarkan cairan dari kemaluanku ke dalam vagina Bu Eni, kurasakan tubuhku yang sangat kelelahan, kutelungkupkan badanku di atas badan Bu Eni dengan masih dalam keadan telanjang, agak lama aku telungkup di atasnya.

“Bu, apakah yang sudah kita lakukan tadi..?”
“Sudahlah Yogi, yang tadi itu biarlah terjadi karena kita sama-sama menginginkannya, sekarang pulanglah dan ini alamat Ibu, Ibu ingin cerita banyak kepadamu, kamu mau kan?”
Setelah berkata begitu, Bu Eni langsung menyodorkan kartu namanya kepadaku. Kuterima kartu nama yang berisi alamat itu.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

“Yogi, pulanglah, pakai kembali pakaianmu!” aku dikagetkan oleh suara Bu Eni.
Tanpa basa-basi lagi, aku langsung mengenakan pakaianku, kemudian membuka pintu dan keluar ruangan. Dengan gontai aku berjalan keluar kampus sambil pikiranku berkecamuk dengan kejadian yang baru saja terjadi antara aku dengan Bu Eni. Aku telah bermain cinta dengan dosen killer itu. Bagaimana itu bisa terjadi, semua itu diluar kehendakku. Akhirnya walau bagaimanapun nanti malam aku harus ke rumah Bu Eni.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

Kudapati rumah itu begitu kecil tapi asri dengan tanaman dan bunga di halaman depan yang tertata rapi, serasi sekali keadannya. Langsung kupencet bel di pintu, tidak lama kemudian Bu Eni sendiri yang membukakan pintu, kulihat Bu Eni tersenyum dan mempersilakan aku masuk ke dalam. Kuketahui ternyata Bu Eni hidup sendirian di rumah ini. Setelah duduk, kemudian kami pun mengobrol. Setelah sekian lama mengobrol, akhirnya kuketahui bahwa Bu Eni selama ini banyak dikecewakan oleh laki-laki yang dicintainya. Semua laki-laki itu hanya menginginkan tubuhnya saja bukan cintanya. Setelah bosan, laki-laki itu meninggalkan Bu Eni. Lalu dengan jujur pula dia memintaku selama masih menyelesaikan studi, aku dimintanya untuk menjadi teman sekaligus kekasihnya. Akhirnya aku mulai menyadari bahwa posisiku tidak beda dengan gigolo.

“Selama kamu masih belum wisuda, tetaplah menjadi teman dan kekasih Ibu. Apa pun permintaanmu kupenuhi, uang, nilai mata kuliahmu agar lulus, semua akan Ibu penuhi, mengerti kan Yogi..?” Bu Eni Berkata.
Selain melihat kesendirian Bu Eni tanpa ada laki-laki yang dapat memuaskan hasratnya, aku pun juga mempertimbangkan kelulusan nilai mata kuliahku. Akhirnya aku pun bersedia menerima tawarannya.

Akhirnya malam itu juga aku dan Bu Eni kembali melakukan apa yang kami lakukan siang tadi di ruangan Bu Eni, di kampus. Tetapi bedanya kali ini aku tidak canggung lagi melayani Bu Eni dalam bercinta. Kami bercinta dengan hebat malam itu, 3 kali semalam, kulihat senyum kepuasan di wajah Bu Eni. Walau bagaimanapun dan entah sampai kapan, aku akan selalu melayani hasrat seksualnya yang berlebihan, karena memang ada jaminan mengenai kelulusan mata kuliahku yang tidak lulus-lulus itu dari dulu.

Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

Kumpulan Berita Dewasa, Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Kumpulan Foto Model Seksi, Melayani Nafsu Birahi Ibu Dosen Demi Kelulusan

Cerita Mesum Dengan Anak Langganan bawel.cerewet.info/

$
0
0

Cerita Mesum Dengan Anak Langganan – Suatu hari aku mendapat perintah dari boss untuk mendatangi rumah Ibu Yuli, menurutnya antena parabola Ibu Yuli rusak tidak keluar gambar gara-gara ada hujan besar tadi malam. Dengan mengendarai sepeda motor Yamaha, segera aku meluncur ke alamat tersebut. Sampai di rumah Ibu Yuli, aku disambut oleh anaknya yang masih SMP kelas 2, namanya Anita.

Cerita Mesum Dengan Anak Langganan
Cerita Mesum

Cerita Mesum Dengan Anak Langganan – Karena aku sudah beberapa kali ke rumahnya maka tentu saja Anita segera menyuruhku masuk. Saat itu suasana di rumah Ibu Yuli sepi sekali, hanya ada Anita yang masih mengenakan seragam sekolah, kelihatannya dia juga baru pulang dari sekolah. “Jam berapa sich Ibumu pulang, Nit..?” “Biasanya sih yah, sore antara jam 5-an,” jawabnya. “Iya, tadi Oom disuruh ke sini buat betulin parabola. Apa masih nggak keluar gambar..?” “Betul, Oom… sampai-sampai Nita nggak bisa nonton Diantara Dua Pilihan, rugi deh..” “Coba yah Oom betulin dulu parabolanya…”

 Lalu segera aku naik ke atas genteng dan singkat kata hanya butuh 20 menit saja untuk membetulkan posisi parabola yang tergeser karena tertiup angin. Nah, awal pengalaman ini berawal ketika aku akan turun dari genteng, kemudian minta tolong pada Anita untuk memegangi tangganya. Saat itu Anita sudah mengganti baju seragam sekolahnya dengan kaos longgar ala Bali. Kedua tangan Anita terangkat ke atas memegangi tangga, akibatnya kedua lengan kaosnya melorot ke bawah, dan ujung krahnya yang kedodoran menganga lebar. Pembaca pasti ingin ikut melihat karena dari atas pemandangannya sangat transparan. Ketiak Nita yang ditumbuhi bulu-bulu tipis sangat sensual sekali, lalu dari ujung krahnya terlihat gumpalan payudaranya yang kencang dan putih mulus. Batang kemaluanku seketika berdenyut-denyut dan mulai mengeras. Sebuah pemandangan yang merangsang. Anita tidak memakai BH, mungkin gerah, payudaranya berukuran sedang tapi jelas kelihatan kencang, namanya juga payudara remaja yang belum terkena polusi. Dengan menahan nafsu, aku pelan-pelan menuruni tangga sambil sesekali mataku melirik ke bawah. Anita tampak tidak menyadari kalau aku sedang menikmati keindahan payudaranya. Tapi yah.. sebaiknya begitu. Gimana jadinya kalau dia tahu lalu tiba-tiba tangganya dilepas, dijamin minimal pasti patah tulang.

Yang pasti setelah selamat sampai ke bumi, pikiranku jadi kurang konsentrasi pada tugas. Aku baru menyadari kalau sekarang di rumah ini hanya ada kami berdua, aku dan seorang gadis remaja yang cantik. Anita memang cantik, dan tampak sudah dewasa dengan mengenakan baju santai ketimbang seragam sekolah yang kaku. Seperti biasanya, mataku menaksir wanita habis wajah lalu turun ke betis lalu naik lagi ke dada. Kelihatannya pantas diberi nilai 99,9. Sengaja kurang 0,1 karena perangkat dalamnya kan belum ketahuan. “Oom kok memandang saya begitu sih.. saya jadi malu dong..” katanya setengah manja sambil mengibaskan majalah ke mataku. “Wahh… sorry deh Nit… habis selama ini Oom baru menyadari kecantikanmu,” sahutku sekenanya, sambil tanganku menepuk pipinya. Wajah Anita langsung memerah, barangkali tersinggung, emang dulu- dulunya nggak cakep. “Idihh… Oom kok jadi genit deh..” Duilah senyumnya bikin hati gemas, terlebih merasa dapat angin harapan. Setelah itu aku mencoba menyalakan TV dan langsung muncul RCTI Oke. Beres deh, tinggal merapikan kabel-kabel yang berantakan di belakang TV. “Coba Nit.. bantuin Oom pegangin kabel merah ini…

” Dan karena posisi TV agak rendah maka Anita terpaksa jongkok di depanku sambil memegang kabel RCA warna merah. Kaos terusan Anita yang pendek tidak cukup untuk menutup seluruh kakinya, akibatnya sudah bisa diduga. Pahanya yang mulus dan putih bersih berkilauan di depanku, bahkan sempat terlihat warna celana dalam Anita. Seketika jantungku seperti berhenti berdetak lalu berdetak dengan cepatnya. Dan bertambah cepat lagi kala tangan Anita diam saja saat kupegang untuk mengambil kabel merah RCA kembali. Punggung tangannya kubelai, diam saja sambil menundukkan wajah. Aku pun segera memperbaiki posisi. Kala tangannnya kuremas Anita telah mengeluarkan keringat dingin. Lalu pelan-pelan kudongakkan wajahnya serta kubelai sayang rambutnya. “Anita, kamu cantik sekali.. Boleh Oom menciummu?” kataku kubuat sesendu mungkin.

Anita hanya diam tapi perlahan matanya terpejam. Bagiku itu adalah jawaban. Perlahan kukecup keningnya lalu kedua pipinya. Dan setengah ragu aku menempelkan bibirku ke bibirnya yang membisu. Tanpa kuduga dia membuka sedikit bibirnya. Itu pun juga sebuah jawaban. Selanjutnya terserah anda. Segera kulumat bibirnya yang empuk dan terasa lembut sekali. Lidahku mulai menggeliat ikut meramaikan suasana. Tak kuduga pula Anita menyambut dengan hangat kehadiran lidahku, Anita mempertemukan lidahnya dengan milikku. Kujilati seluruh rongga mulutnya sepuas-puasnya,

lidahnya kusedot, Anita pun mengikuti caraku. Pelan-pelan tubuh Anita kurebahkan ke lantai. Mata Anita menatapku sayu. Kubalas dengan kecupan lembut di keningnya lagi. Lalu kembali kulumat bibirnya yang sedikit terbuka. Tanganku yang sejak tadi membelai rambutnya, rasanya kurang pas, kini saat yang tepat untuk mulai mencari titik-titik rawan. Kusingkap perlahan ujung kaosnya mirip ular mengincar mangsa. Karena Anita memakai kaos terusan, pahanya yang mulus mulai terbuka sedikit demi sedikit. Sengaja aku bergaya softly, karena sadar yang kuhadapi adalah gadis baru berusia sekitar 14 tahun. Harus penuh kasih sayang dan kelembutan, sabar menunggu hingga sang mangsa mabuk. Dan kelihatannya Anita bisa memahami sikapku, kala aku kesulitan menyingkap kaosnya yang tertindih pantat, Anita sedikit mengangkat pinggulnya. Wah,

sungguh seorang wanita yang penuh pengertian. “Ahhh.. Ahhh..” hanya suara erangan yang muncul dari bibirnya kegelian ketika mulutku mulai mencium batang lehernya. Sementara tanganku sedikit menyentuh ujung celana dalamnya lalu bergeser sedikit lagi ke tengah. Terasa sudah lembab celana dalam Anita. Tanganku menemukan gundukan lunak yang erotis dengan belahan tepat ditengah-tengahnya. Aku tak kuasa menahan gejolak hati lagi, kuremas gemas gundukan itu. Anita memejamkan matanya rapat-rapat dan menggigit sendiri bibir bawahnya. Hawa yang panas menambah panas tubuhku yang sudah panas. Segera kulucuti bajuku, juga celana panjangku hingga tinggal tersisa celana dalam saja.

 Tanpa ragu lagi kupelorotkan celana dalam Anita. Duilah.. Baru kali ini aku melihat bukit kemaluan seindah milik Anita. Luar biasa.. padahal belum ada sehelai bulu pun yang tumbuh. Bukitnya yang besar putih sekali. Dan ketika kutekuk lutut Anita lalu kubuka kakinya, tampak bibir kemaluannya masih bersih dan sedikit kecoklatan warnanya. Anita tidak tahu lagi akan keadaan dirinya, belaianku berhasil memabukkannya. Ia hanya bisa medesah-desah kegelian sambil meremasi kaosnya yang sudah tersingkap setinggi perut. Begitulah wanita. Gam-gam-sus (gampang gampang susah) apa sus-sus-gam (susah susah gampang). Tidak sabar lagi aku membiarkan sebuah keindahan terbuka sia-sia begitu saja. Aku segera mengarahkan wajahku di sela-sela paha Anita dan

menenggelamkannya di pangkal pertemuan kedua kakinya. Mulutku kubuka lebar-lebar untuk bisa melahap seluruh bukit kemaluan Anita. Bau semerbak tidak kuhiraukan, kuanggap semua kemaluan wanita yah begini baunya. Lidahku menjuluri seluruh permukaan bibir kemaluannya. Setiap lendir kujilati lalu kutelan habis dan kujilati terus. Kujilati sepuas-puasnya seisi selangkangan Anita sampai bersih. Lidahku bergerak lincah dan keras di tengah-tengah bibir kemaluannya.

Dan ketika lidahku mengayun dari bawah ke atas hingga tepat jatuh di klitorisnya, Kujepit klitorisnya dengan gemas dan lidahku menjilatinya tanpa kompromi. Anita tak sanggup lagi untuk berdiam diri. Badannnya memberontak ke atas- bawah dan bergeser-geser ke kiri-kanan. Segala ujung syarafnya telah terkontaminasi oleh kenikmatan yang amat sangat dashyat. Sebuah kenikmatan yang bersumber dari lidahku mengorek klitorisnya tapi menyebar ke seantero tubuhnya. Anita sudah tidak mengenal lagi siapa dirinya, boro-boro mikir, untuk bernafas saja tidak bisa dikontrol. Aku jadi semakin ganas dan melupakan softly itu siapa. Batang kejantananku sudah amat sangat besar bergemuruh seluruh isinya. Demi melihat Anita tersenggal-senggal, segera kutanggalkan modal terakhirku, celana dalam. Tanpa ba. bi. bu. be. bo segera kuarahkan ujung kemaluanku ke pangkal selangkangan Anita. Sekilas aku melihat Anita mendelik kuatir melihat perubahan perangaiku.

 Batang kemaluanku memang kelewatan besarnya belum lagi panjangnya yang hampir menyentuh pusar bila berdiri tegak. Anita kelihatannya ngeri dan mulai sadar ingatannya, kakinya agak tegang dan berusaha merapatkan kedua kakinya. “Ampun Oom.. jangan Ooommm.. ampun Oommm.jangannn…” Tangan Anita mencoba menghalau kedatangan senjataku yang siap mengarah ke pangkal pahanya. Merasa mendapat perlawanan, sejenak aku jadi agak bingung, tapi untunglah aku memiliki pengalaman yang cukup untuk menghadapinya. Segera aku meminta maaf sambil tanganku kembali membelai rambutnya yang terurai agak acak-acakan. “Nita takut Oom. Nanti kalau Mama tahu pasti Nita dimarahin. Dan lagi Nita nggak pernah kayak ginian. Nita juga jadi malu..

” Katanya setengah mau menangis dan membetulkan kaosnya untuk menutupi tubuhnya. “Jangan kuatir Nit. Oom tidak bermaksud jahat terhadap kamu. Oom sayang sekali sama Nita. Dan lagi Nita jangan takut sama Oom. Semua orang cepat atau lambat pasti akan merasakan kenikmatan hubungan ‘beginian’. Jangan takut ‘beginian’ karena ‘beginian’ itu enak sekali.” “Iya, tapi Nita nggak tahu harus bagaimana dan kenapa tahu-tahu Nita jadi begini..?” Air mata Anita mulai mengalir dari pojok matanya. Melihat itu aku segera memeluknya agar bisa menenangkannya. Agak lama aku memberi ceramah dan teori edan secara panjang lebar, sampai akhirnya Anita bisa memahami seluruhnya. Dan sesekali senyumnya mulai muncul lagi. “Coba sekarang Nita belajar pegang ‘anunya’ Oom, bagus khan,” aku meraih tangannya lalu membimbingnya ke batang kejantananku.

Tangannya kaku sekali tapi setelah perlahan-lahan kuelus- eluskan pada batang kejantananku, otot tangannya mulai mengendor. Lalu tangannya mulai menggenggam batang kejantananku. Pelan-pelan tangannya kutuntun maju-mundur. Kelembutan tangannya membuat batang kejantananku mulai bergerak membesar, sampai akhirnya tangan Anita tidak cukup lagi menggenggamnya. Dan Anita kelihatan menikmatinya, tanpa kuajari lagi tangannya bergerak sendiri. “Ahhh.. enak sekali Nit.. aaahhh.. kamu memang anak yang pintar.. ahhhh..” mulutku tak sanggup menahan kenikmatan yang mulai menjalari seluruh syarafku. Sementara itu tangan kiriku mulai meremas payudaranya yang masih tertutup kaos Bali yang tipis. Belum pernah aku meremas payudara sekeras milik Anita. Tangan kananku yang satu meraih kepalanya lalu dengan cepat kulumat bibirnya. Lidahku menjulur keluar menelusuri setiap sela rongga mulutnya. Hingga akhirnya lidah Anita pun mengikuti yang kulakukan.

Dari matanya yang terpejam aku bisa merasakan kenikmatan tengah membakar tubuhnya. Segera aku meminta Anita untuk melepas kaosnya agar lebih leluasa. Dan tanpa ragu-ragu Anita segera berdiri lalu menarik kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya. Batang kejantananku semakin berdenyut-denyut menyaksikan tubuh mungil Anita tanpa mengenakan selembar benang. Tubuhnya yang sintal dan putih bersih membakar semangatku. Betul-betul sempurna. Kedua payudaranya menggelembung indah dengan puting yang mengarah ke atas mengingatkanku pada payudara Holly Hart (itu lho salah satu koleksi Playboy). “Nit, tubuhmu luar biasa sekali.. Hebat!” Pujianku membuat wajahnya memerah barangkali menahan malu. “Oomm, boleh nggak Anita mencium ‘itu’nya Oom?” Anita tersipu-sipu menunjuk ke selangkanganku. Rasanya tidak etis kalau aku menolaknya. Lalu sambil duduk di sofa aku menelentangkan kedua kakiku. “Tentu saja boleh kalau Anita menyukainya..

” Kubikin semanis mungkin senyumku. Anita pun mengambil posisi dengan berjongkok lalu kepalanya mendekati selangkanganku. Mulanya hanya mencium dan mengecup seputar kepala batang kejantananku. Pelan-pelan lidahnya mulai ikut berperan aktif menjilat-jilatinya. Anita kelihatan keenakan mendapat mainan baru. Dengan rakus lidahnya menyusuri sekeliling batang kejantananku. Sensasi yang luar biasa membuatku gemas meremasi kedua payudaranya. “Aaduuhhh… enak sekali Nit.. Teruss.. Nitt, coba ke sebelah sini,” kataku sambil menunjuk ke buah pelirku. Anita segera paham lalu mejulurkan lidahnya ke pelirku. Anita menggerakkan lidahnya ke kanan-kiri atas-bawah. “Oomm, ke kamar Nita aja yuk biar nggak gerah..” Sahutnya mengajak ke kamarnya yang ber-AC.

“Terserah Nita aja dehh..” balasku. Begitu Anita merebahkan tubuhnya ke spring bed, aku tidak mau menunggu terlalu lama untuk merasakan tubuh indahnya. Segera kutindih dan kucumbui. Sekujur tubuhnya tak ada yang kusia- siakan. Terutama di payudaranya yang aduhai. Tanganku seakan tak pernah lepas dari liang kewanitaannya. Setiap tanganku menggosok klitorisnya, tubuh Anita menggerinjal entah mengapa. Sementara itu batang kejantananku seperti akan meledak menahan tekanan yang demikian besarnya. Akhirnya kutuntun batang kejantananku ke arah liang kewanitaan Anita. Liang kewanitaan Anita yang telah kebanjiran sangat berguna sekali, bibir kemaluannya yang kencang memudahkan batang kejantananku menyelinap ke dalam. Sedikit-sedikit kudorong maju. Dan setiap dorongan membuat Anita meremas kain sprei. Kalau Anita merasa seperti kesakitan aku mundur sedikit, lalu maju lagi, mundur sedikit, maju lagi, mundur, maju, mundur, maju, “blesss…”

Tak kusangka liang kewanitaan Anita mampu menerima batang kejantananku yang keterlaluan besarnya. Begitu amblas seluruh batang kejantananku, Anita menjerit kesakitan. Aku kurang menghiraukan jeritannya. Kenikmatan yang tak ada duanya telah merasuki tubuhku. Tapi aku tetap menjaga irama permainanku maju-mundur dengan perlahan. Menikmati setiap gesekan demi gesekan. Liang senggama Anita sempit sekali hingga setiap berdenyut membuatku melayang. Denyutan demi denyutan membuatku semakin tak mampu lagi menahan luapan gelora persetubuhan. Terasa beberapa kali Anita mengejankan liang kewanitaannya yang bagiku malah memabukkan karena liang kewanitaannya jadi semakin keras menjepit batang kejantananku. Erangan, rintihan, dan jeritan Anita terus menggema memenuhi ruangan. Rupanya Anita pun menikmati setiap gerakan batang kejantananku. Rintihannya mengeras setiap batang kejantananku melaju cepat ke dasar liang senggamanya.

Dan mengerang lirih ketika kutarik batang kejantananku. Hingga akhirnya aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Ketika batang kejantananku melaju dengan kecepatan tinggi, meledaklah muatan di dalamnya. batang kejantananku menghujam keras, dan kandas di dasar jurang. Anita pun melengking panjang sambil mendekap kencang tubuhku, lalu tubuhnya bergetar hebat. Sebuah kenikmatan tanpa cela, sempurna Keesokkan harinya aku mendapat telepon dari Ibu Yuli. Perasaanku mendadak tegang dan kacau, kuatir beliau mengetahui skandalku dengan anaknya. Mulanya aku tidak berani menerimanya, tapi daripada Ibu Yuli nanti ngomongin semua perbuatanku pada teman sekerjaku, terpaksa kuterima teleponnya dengan nada gemetar. “Hallooo.. apa kabar Bu Yuli.” “Oh baik, terima kasih lho, parabola Ibu sekarang sudah bagus, dan sekalian Ibu mau nanyakan ongkos servisnya berapa.. ” “Ah. nggak usah deh, Bu.. Cuman rusak sedikit kok, hanya karena kena angin jadi arahnya berubah.

” “Jangan begitu, nanti Ibu nggak mau nyervis ke tempatmu lagi lho.” “Wah.. tapi saya cuman sebentar saja kerjanya.” “Iya, bagaimanapun khan kamu sudah keluar keringat, jadi ibu mesti bayar. Nanti siang yach, kamu ke rumah ibu. Ibu tunggu lho.” “Iya dech kalau Ibu maunya begitu, tapi sebelumnya terima kasih, Bu.” Begitulah akhirnya aku nongol lagi di rumah Ibu Yuli. Lagi-lagi Nita yang menerimaku. “Wah, terlambat Oom. Ibu dari tadi nungguin Oom datang. Barusan saja Ibu pergi arisan ke kantornya. Tapi masuk saja Oom, soalnya ada titipan dari ibu.” Sampai di dalam, kelihatannya Nita tengah belajar bersama dengan teman- temannya.

Ada 3 orang cewek sebayanya lagi asyik membahas soal Fisika. Dan kedatanganku sedikit memecah konsentrasi mereka. Kuamati sekilas teman Nita kok cakep-cakep yach. Aku membalas sapaan mereka yang ramah. “Kenalin ini Oom gue yang baru datang dari Jawa Tengah.” Kaget juga aku dikerjain Nita. Satu persatu kusalami mereka, Lusi, Ita, dan Indra. Senyum mereka ceria sekali. Di usia mereka memang belum mengenal kepahitan hidup. Semuanya serba mudah, mau ini tinggal bilang ke mama, mau itu tinggal bilang ke papa. Dasar anak keju. Ketiganya memang jelas kelihatan anak orang kaya. Penampilan, gaya, dan kulit mulus mereka yang membedakan dari orang miskin.

Lusi punya lesung pipit seperti aktris Italy. Ita wajahnya mengingatkanku pada seorang aktris sinetron yang lemah lembut, tapi yang ini agak genit. Indra yang berbadan paling besar mirip seorang aktris Mandarin. Persis aktris-aktris lagi makan rujak bareng. Habis aku paling bingung kalau mendeskripsikan wanita cantik, rasanya nggak cukup selembar folio. Aku menurut saja ketika tanganku di seret ke dalam oleh Nita sambil berpamitan pada temannya mau mengantar Oomnya ke kamar. Dan setelah mengunci pintu kamar, kekagetanku tambah satu lagi. Tubuhku langsung direbahkan ke kasur, lalu menindihku sambil mulutnya menciumiku. “Oom, Nita mau lagi.” rengeknya manja. Ya, ampun sungguh mati aku nggak bisa menolaknya. Aku pun segera membalas ciumannya.

Nafsu birahiku menanjak tajam. Anita yang masih mengenakan seragam SMP-nya terguling ke samping hingga giliranku yang di atas. Kancing bajunya satu demi satu kulepas. Buah dadanya yang terbungkus BH kuremas dengan gemas. Dari leher hingga perutnya kutelusuri agak brutal. Dan Nita yang meronta-ronta tak kuberi ampun sedikitpun. Kakinya mengangkang lebar kala tanganku mulai merambat ke atas pahanya dan berhenti tepat di tengah selangkangan.

Gundukan kemaluan yang empuk membuat tanganku gemetar kala meremasnya. Dan jari tengahku mencongkel sebuah liang yang menganga di tengahnya. Celana dalam Nita mulai lembab kelihatannya tak tahan menghadapi serangan yang bertubi-tubi. Akupun sangat merindukan Nita, hingga rasanya tak sabar lagi untuk segera menancapkan batang kemaluanku. Segera kupeloroti celana dalamnya setelah roknya kusingkap ke atas. Kerinduan akan baunya yang khas membuat kepalaku tertarik ke arah kemaluan Nita, lalu kubenamkan di sela pahanya. Mulutku memperoleh kenikmatan yang tiada tara kala mengunyah dan memainkan bibirku pada bibir kemaluannya. Nita pun semakin menggila gerakannya apalagi bila lidahku mengorek-ngorek isi kemaluannya. Nikmat sekali rasanya. Klitorisnya yang menyembul kecil jadi sasaran bila Nita menghentak badannya ke atas.

 Sepertinya Nita sudah ‘out of control’ karena tangannya dengan kacau meremas segala yang dapat diraih. Demikian juga halnya denganku, entah berapa cc cairan memabukkan yang telah kureguk. Batang kemaluanku yang sudah ‘maximal’ kuarahkan ke liang senggama Nita. Sekilas kulihat Nita menggigit bibirnya sendiri menanti kedatangan punyaku. Akupun tak ingin menyia- nyiakan kesempatan yang sangat langka ini. Benar-benar kunikmati tiap tahapan batangku melesak ke dalam liang kemaluannya. Sedikit demi sedikit batang kemaluanku kutekan ke bawah. Indah sekali menyaksikan perubahan wajah Nita kala makin dalam kemaluanku menelusuri liang kemaluannnya. Akhirnya, “Blesss..” Habis sudah seluruh batang kemaluanku terbenam ke liang kenikmatannya. Selanjutnya dengan lancar kutarik dan kubenamkan lagi. Makin lama makin asyik saja. Memang luar biasa kemaluan Nita,

begitu lembut dan mencengkeram. Ingin rasanya berlama-lama dalam liang kemaluannya. Semakin lama semakin dahsyat aku menghujamkan batangku sampai Nita menjerit tak kuasa menahan kenikmatan yang menjajahnya. Hingga akhirnya Nita berkelojotan sambil meremas ganas rambutku. Wajahnya tersapu warna merah seakan segenap pembuluh darahnya menegang kencang, hingga mulutnya meneriakkan jeritan yang panjang. Kiranya Nita tengah mengalami puncak orgasme yang merasuki segenap ujung syarafnya. Menyaksikan pemandangan seperti ini membuatku makin cepat mengayunkan batang kemaluanku. Dan rasanya aku tak bisa menahan lebih lama lagi, lebih lama lagi.., lebih lama lagi.

Secepatnya kucabut batang kemaluanku dan segera kuarahkan ke mulut Nita. Nita agak gugup menerima batang kemaluanku. Tapi nalurinya bekerja dengan baik, mulutnya segera menganga dan langsung mengulum batang kemaluanku. Dan kala aku meledakkan lahar, lidahnya menjilati sekujur batang kemaluanku. Tubuhku rasanya langsung luruh, tenagaku terkuras habis-habisan. Beberapa kali batang kemaluanku mengejut dan mengeluarkan lahar. Oh, my God.. Keasyikanku berdua dengan Nita membuat kami tidak merasakan jam yang terus berjalan. Tidak terasa hampir 3 jam kami meninggalkan teman-teman Nita di luar. Sekilas terdengar suara kasak-kusuk, seperti ada orang lagi mengintip perbuatan kami. Tapi saking asyiknya menikmati tubuh Nita, aku jadi tak mempedulikannya.

 Kulirik Nita masih tergolek tanpa penutup apa-apa dengan tubuh terlentang kelelahan. Wajahnya yang terlihat polos sangat indah dengan paduan tubuh kecil yang mulus. Kakinya masih membuka lebar, seperti sengaja memamerkan keindahan lekukan di selangkangannya. Gundukan kemaluannya memang belum berbulu sehingga jelas kelihatan bibir kemaluannya yang merah muda. “Nit, teman-temanmu kelihatannya lagi pada ngintip lho.” kataku berbisik di telinganya. “Hehhh..?” jawabnya sambil segera menutupi tubuhnya dengan selimut. “Teman-temanmu…” sekali lagi aku meyakinkannya sambil menunjuk ke pintu. “Wwaduhh, gimana nich.. Oom.”

 “Tenang aja, cepat pakai baju lagi dan seakan-akan nggak ada apa-apa, okey?” “Tapi Nita jadi malu sama mereka dong,” katanya manja dan wajahnya berubah merah sekali. “Sudah dech jangan dipikirin, anggap aja kita nggak tahu kalau mereka pada ngintip.” Akhirnya kami keluar kamar juga, dan teman-teman Nita kelihatan sekali pura- pura sibuk mengerjakan soal-soal. Terlebih wajah mereka bertiga tersapu rona merah, dan tampak menahan senyum. Wah agak grogi juga aku untuk menyapa mereka. Sekali lagi aku tertolong oleh usiaku yang jauh di atas mereka. Kata orang langkah awal memang sulit untuk dilakukan. “Hallo, belum selesai nich soal-soalnya?” kata awal yang akhirnya meluncur juga.

“Iya Oomm..” seperti koor mereka menjawab serentak. Dan makin memperlihatkan kegugupan mereka. Boleh juga nich. Dan ide-ide cemerlang pun segera bermunculan, barangkali tidak terpikirkan oleh seorang Einstein. “Sebaiknya istirahat dulu biar fresh pikiran kita, jadi nanti kita akan dengan mudah mengerjakan soal-soal rumit kayak gitu,” Saranku menirukan seorang psikiater. Sebab menurut hematku mereka pasti juga turut terangsang mengintip perbuatan kami. Dengan kata lain mereka menyetujui perbuatan itu, kalau nggak setuju yach jelas nggak mau ngintip. Jadi kesimpulannya kalau mereka mau mengintip berarti juga mau untuk berbuat seperti itu.

 “Begini, Oom tahu kalau kalian tadi ngintip Oom di kamar. Tapi kalian tidak perlu kuatir sama Oom. Oom nggak marah kok. Malah senang bisa memberi kalian pelajaran baru. Tapi Oom juga kepingin lihat kalian telanjang juga dong, biar adil namanya. Iya, nggak.?” Seketika wajah mereka bertambah merah padam, antara malu dan takut. “Maaf Oom, tadi kami tidak sengaja mengintip.” kata Indra ketakutan sambil merapatkan pahanya. “Baiklah kalau begitu Oom tidak mau memaksa kalian, Oom juga sayang sama kalian. Kalian semua cantik-cantik. Sekarang daripada kalian ngintip, Oom nggak keberatan untuk nunjukin burung oom. Lihat yach dan kalian semua harus memegangnya. Yang nggak mau megang nanti Oom telanjangin!” Suaraku bertambah nada ancaman.

Dan aku pun segera membuka reitsleting celana sekaligus memelorotkannya berikut celana dalam, hingga burungku yang ngaceng melihat kepolosan mereka langsung nyelonong keluar. Serempak Indra, Lusi, dan Ita menutup wajah mereka. Aku acuh saja mendekati mereka satu persatu dan menarik tangannya untuk memegang burungku. Mulanya tangan mereka kaku sekali tapi jadi mengendur kala menempel burungku. Nita yang sedari tadi hanya menonton langsung memprotes kelakuanku. “Sudahlah Oom jangan begitu, lebih baik kita semua telanjang bersama saja, itu memang yang paling adil. Lagian kita juga sudah biasa mandi bersama kok, iya khan teman-teman.” Indra, Lusi, dan Ita diam saja tampak malu-malu mempertimbangkan tawaran Nita. “Baiklah karena diam berarti kalian setuju.

Ayo dong Lus, biasanya kamu yang paling suka membukakan bajuku.” Kata Nita sambil menghampiri lalu merangkul Lusi. “Iya dech saya setuju, tapi asal yang lain juga setuju lho.” Lusi mengumpan lampu kuning. “Oke, Saya juga setuju agar konsekuen dengan perbuatan kita.” Ita menimpalinya. “Demi kalian aku juga boleh-boleh saja.” Akhirnya Indra juga memberi keputusan yang melegakan hatiku. “Nach begitu baru kompak namanya. Yuk kita bareng-bareng ke kamar aja..” Sahut Nita. Jantungku bergerak kencang sekali, membuat langkahku limbung. Di depanku berjalan 4 cewek imut-imut alias ABG, Nita dan ketiga temannya, Indra, Lusi, dan Ita, menuju kamar Nita. Mulanya bingung harus bagaimana, tapi situasi yang memaksaku berbuat spontan saja. Mereka semua kusuruh duduk berjejer di tepi ranjang. “Begini, kalian semua nggak perlu takut sama Oom.

Oom nggak mungkin menyakiti kalian, kita sekarang akan bermain dalam dunia yang baru, yang belum pernah kalian rasakan. Kalian tak perlu malu, kalian tinggal menuruti apa saja yang Oom perintahkan. Sekali lagi rileks saja, anggaplah kita sedang menjalani pengalaman yang luar biasa.” Banyak sekali sambutan pembukaan yang keluar begitu saja dari mulutku, untuk meyakinkan mereka dan agar nanti tidak kacau. Akhirnya mereka menganggukkan kepala satu persatu sebagai tanda setuju. Di wajah mereka mulai muncul senyum-senyum kecil, tetapi jelas tak bisa menyembunyikan rasa malunya. Wajah mereka memerah kala aku mengucapkan kata-kata yang berbau gituan. Singkat kata kusuruh mereka semua berdiri berhadapan, berpasangan. Nita memilih Indra sebagai pasangannya, sedang Lusi dengan Ita. Padahal batang kejantananku sudah gemetaran ingin segera melabrak mereka, tetapi nalarku yang melarangnya. “Sekarang kalian coba saling membukakan baju pasangan kalian sampai tinggal BH dan celana dalam saja. Biar nanti sisanya Oom yang bukain.

” Mulanya mereka ragu bergerak, untunglah ada Nita yang berpengalaman dan Ita yang agresif sekaligus paling cantik dan menggiurkan. Ita memang lebih menonjol dari semuanya, badannya yang bagus tergambar dalam baju tipisnya, hingga BH-nya menerawang membentuk gundukan yang sempurna. Nita dan Ita tampak tertawa kecil membuka kancing baju temannya yang tak bisa mengelak lagi. Dan tentu saja Indra membalas perbuatan Nita, demikian pula Lusi. Wah, tak kusangka jadi meriah sekali persis seperti lomba makan krupuk. Hatiku bersorak girang melihat mereka saling berebut melepas baju pasangannya. Sementara itu otakku terus berputar mencari solusi terbaik untuk step berikutnya, selalu saja setiap cara ada kemungkinan terjadi penolakan. Sebaiknya harus selembut mungkin tindakanku. Pasangan Nita dan Indra kelihatan kompak, hingga tak banyak waktu mereka berdua telah telanjang, hanya BH dan celana dalam saja yang menempel di badannya. Untuk Nita tak perlu kuceritakan lagi, lagian para pembaca juga sudah pernah ikut menikmati keindahan tubuhnya pada episode yang lalu.

Sedang Indra yang berbadan putih mulus masih malu-malu saja, sambil menutupi selangkangannya dengan tangan kanan ikut menonton Ita dan Lusi yang belum selesai. Sementara itu, Ita dan Lusi sampai bergulingan di lantai. Kelihatannya Lusi menolak dibuka rok bawahnya, tapi Ita tetap ngotot menelanjanginya. Nita dan Indra turut tertawa menonton pergulatan seru itu. Dan karena gemas melihat Ita kewalahan atas pemberontakan Lusi, Nita dan Indra segera bergerak membantu Ita dengan memegangi kaki Lusi yang tengah menendang-nendang. Secepat kilat Ita memelorotkan rok bawah Lusi sampai terlepas. “Heehhh.. kalian curanggg.. Nggak mau, Lusi nggak mau sama kalian lagi..” Lusi berteriak dengan sengit dan seperti mau menangis. “Tenang Lusi, kita kan lagi bersenang- senang sekarang, dan lagi kenapa kamu mesti seperti itu. Bukankah kamu sendiri tadi sudah ikut setuju. Dari tadi kan Oom nggak memaksa kamu. Yang penting kita tidak akan menceritakan kejadian ini pada siapa pun. Hanya kita-kita saja yang tahu. Kalau kamu malu itu salah. Percaya deh sama Oom.

” Untunglah saranku kelihatannya dapat diterima, apalagi melihat Ita segera membuka bajunya sendiri yang kusut sekali. Satu persatu kancing bajunya dibuka, dan sekali melorot sekujur keindahan tubuhnya terpampang. Tak kusangka Ita terus melepas BH-nya, kemudian membungkuk dan melepas celana dalamnya. Seketika jantungku berhenti berdetak, seluruh susunan syarafku mengeras, sampai dada ini seperti mau meledak. Sebuah pemandangan yang menakjubkan terpampang begitu saja di depanku. “Luar biasa.. Hebat.. Nah dengan begini berarti Lusi nggak boleh ngambek lagi lho. Lihat Ita telah membayar kontan. Yuk kalian semua sekarang duduk lagi di ranjang sini.” Segera mereka sekali lagi menuruti perintahku. Aneh memang, selama ini aku nggak pernah kenal sama ilmu-ilmu gaib seperti di Mak Lampir, tetapi kenyataannya kok bisa mereka begitu saja patuh padaku.

 “Nah sekarang kalian semua berbaring,” Mereka patuh lagi. Dengan kaki terjuntai di lantai mereka semua membaringkan tubuhnya. “Sekarang kalian diam saja, Oom akan memberi sesuatu pengalaman baru seperti yang kalian tonton waktu Oom sama Nita. Kalian tinggal menikmati saja sambil menutup mata kalian biar lebih konsentrasi.” Sengaja aku menjatuhkan pilihan pertama pada Lusi. Perlahan-lahan kubuka celana dalamnya, kakinya agak menegang. Sedikit demi sedikit terus kutarik ke bawah. Segundukan daging mulai terlihat. Detak jantungku kembali berdegup cepat. Dan lepaslah celana dalamnya tanpa perlawanan lagi. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilatan di depanku. Sedikit kurentang kedua kakinya hingga terlihat sebuah celah kecil di balik bukit itu. Lalu dengan kedua jempol kubuka sedikit celah itu hingga terlihat semua isinya. Aku sampai menelan air liurku sendiri demi melihat liang kewanitaan Lusi.

Kudekatkan kepalaku agar pemandangannya lebih jelas. Dan memang indah sekali. Aku tak bisa menahan lagi, segera kudekatkan mulutku dan kulumat dengan bibir dan lidahku. Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian liang kewanitaan Lusi, rasanya tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan. Dan tiap lidahku menekan keras ke bagian yang menonjol di pangkal liang kewanitaannya, Lusi mendesis kegelian. Kombinasi lidah dan bibir kubuat harmonis sekali. Beberapa kali Lusi mengejangkan kakinya. Aku tak peduli akan semerbak bau yang khas memenuhi seputar mulutku. Malah membuat lidahku bergerak makin gila. Kutekankan lidahku ke lubang liang kewanitaan Lusi yang sedikit terbuka. Rasanya ingin masuk lebih dalam lagi tapi tak bisa,

mungkin karena kurang keras lidahku. Hal ini membuat Lusi beberapa kali mengerang keenakan. “Aduhhh.. Oommm.. enakkk sekali.. terusss Oomm.. ohhh…” Mulut Lusi mendesis-desis keenakan. Dan setiap lidahku menerjang liang kewanitaannya, Lusi menghentakkan pinggulnya ke atas, seakan ingin menenggelamkan lidahku ke dalam liang kewanitaannya. Banyak sekali cairan kental mengalir dari liang kewanitaannya, dan seperti kelaparan aku menelan habis-habisan. Persis seperti orang sedang berciuman, cuma bedanya bibirku kali ini mengunyah bibir liang kewanitaan Lusi hingga mulutku berlepotan lendir. Ita yang berbaring di sebelah Lusi tampak gelisah, beberapa kali kulihat dia merapat-rapatkan pahanya sendiri. Rupanya dia ikut hanyut melihat permainanku.

Diantara mereka berempat, dia memang yang tercantik. Karena itulah mungkin yang membuatnya sedikit genit, lebih matang, dan lebih ‘berbulu’. Hebat nian, anak SMP liang kewanitaannya sudah selebat itu. Sambil mulutku bermain di liang kewanitaan Lusi, sedari tadi mataku terus memperhatikan liang kewanitaan Ita. Beberapa kali tanganku ingin meremasnya tapi kuatir kelakuanku bisa mengecewakan Lusi. Habis kalau dia ngambek bisa berantakan. Sebagai kompensasinya tanganku meremasi kedua payudara Lusi yang kecil dan nyaris rata dengan dada. Putingnya yang lembut kugosok-gosok dan kupencet. “Lus, udah dulu yahh, nanti lain kali Oom lanjutin lagi, yahh.” kataku sambil megecup bibirnya. Yang diajak ngomong tidak menjawab, cuma wajahnya jadi merah seperti kepiting rebus. Sekali lagi kukecup di keningnya. Segera aku bergeser ke sebelah dan langsung menindih tubuh Ita. Ita yang cantik. Ita yang seksi. Walau tengah terlentang, payudaranya tetap tegak ke atas dan diperindah dengan puting yang besar. Kudekatkan bibirku ke bibirnya, langsung menghindar. Barangkali tak tahan mencium aroma liang kewanitaan Lusi.

Wajarlah, memang mulutku seperti habis makan jengkol. Segera kuturunkan mulutku ke lehernya, kucumbui semesra mungkin. Ita kegelian. Lalu turun lagi. Sambil kuremasi, payudaranya segera masuk ke mulutku. Kuhisap dan kujilati putingnya. Karuan saja Ita meronta- ronta. Entah kegelian apa keenakan, aku tak peduli. Bergantian kedua payudaranya kujilati semua permukaannya. Nafsuku rasanya sudah di ujung ubun-ubun. Batang kejantananku telah mendongak perkasa sekali, beberapa kali berdenyut minta perhatian. Kalau saja memungkinkan ingin rasanya segera kumasukkan ke liang kewanitaan Ita. Sekali lagi nalarku terkontrol, karena memang aku sudah berjanji pada mereka.

Tidak ada liang kewanitaan yang kumasuki batang kejantanan. Lagian memang aku benar- benar ingin semuanya berjalan mulus sesuai rencana. Coba kalau tiba-tiba ada yang menangis karena menyesal memberikan perawan mereka begitu saja padaku. Nggaklah. Kaki Ita kurenggangkan sedikit. Bukit Berbunganya indah sekali. Yang namanya labia mayora sebetulnya nggak karuan bentuknya tapi selalu memancarkan keajaiban magnetis bagi setiap pria yang memandangnya (tentu yang normal atau paling tidak seperti aku). Barangkali kalau aku yang bikin daftar keajaiban dunia,

 Labia Mayora menempati urutan teratas. Siapa setuju kirim email, nanti kubawa berkas dukungannya ke Majelis liang kewanitaan Nasional. Singkat kata segera mulutku kembali beroperasi di wilayah ajaib itu. Pelan- pelan kutarik dengan bibirku kedua labia mayora kepunyaan Ita secara bergantian. Kemudian, lidahku mencongkel keras ke pangkal pertemuan pasangan labia itu, dan berputar-putar di tonjolan daging kecilnya yang konon paling rawan sentuhan. Memang luar biasa efek sampingnya, seketika sekujur tubuh Ita bergoncang. Makin keras goncangannya, makin gila pula lidahku berayun-ayun. Aroma yang khas muncul lagi seiring mengalirnya lendir encer. Harta terpendam inilah yang kucari. Lidahku terus menyongsong ke dalam liang kewanitaan Ita. Ita yang meronta-ronta menahan gejolak penjarahan liang kewanitaannya, berinisiatif mengambil bantal dan meletakkan di bawah pantatnya. Aku sampai heran perawan kecil ini kok sudah punya insting yang baik.

Sambil kedua kakinya nangkring di pundakku, Ita membiarkan aku dengan leluasa menjelajahi seisi liang kewanitaannya. Kali ini lidahku berhasil masuk semua ke dalam liang kewanitaan, enak sekali. Aku sudah tidak tahan lagi, segera tangan kananku mengocok batang kejantananku sambil segera berpindah ke sebelah lagi. Kali ini giliran Indra yang kelihatannya berdebar-debar menunggu giliran. Itu terlihat dari gerakan matanya yang gelisah. Tanpa basa-basi lagi kuraih sebuah bantal dan kuletakkan di bawah pantatnya, dan kurentangkan kedua kakinya menjepit badanku yang berlutut di lantai. Liang kewanitaannya merekah persis di depan hidungku. Sambil terus mengocok batang kejantanan, segera lidahku menerobos ke lubang senggamanya. Indra sempat berontak.

Duilah aku sampai kesurupan, lupa sama teman bermain yang masih yunior. Oke, sofly and gently again maunya. Sambil menahan nafas yang sebetulnya sudah ngos-ngosan (nggak sempat minum extra joss) kucumbui liang kewanitaan Indra. Liang kewanitaan yang satu ini agak gemuk dan berbulu walau tak selebat milik Ita. Walau tak seindah milik Ita, tapi tetap punya daya tarik tersendiri. Belum lagi aromanya yang semerbak harumnya. Tetap pelan- pelan, kutelusuri tiap lekukan yang ada di liang kewanitaannya. Sedap juga lho bermain slowly seperti ini. Klitorisnya yang agak besar bergoyang mengikuti gerakan lidahku. Entah kata-kata apa saja yang keluar dari mulut Indra. Kurang jelas memang. Tapi kuyakini itu suara erangan dan rintihan wanita yang tengah enjoy dan penuh semangat. Membakar semangatku pula dalam memacu tanganku pada batang kejantanan sendiri.

Kedengarannya tragis sekali. Bak peribahasa orang kelaparan dalam lumbung padi. Pantat Indra yang padat dan besar membuat lubang anusnya ikut terbuka waktu diganjal bantal. Tanpa rasa jijik sedikitpun kujilat-jilat anusnya. Indra makin mengaduh keenakan apalagi kala lidahku mencoba menerobos masuk ke anusnya. Indra pun menunjukkan kerja sama yang baik dengan mengangkat pinggulnya. Aku pun turut meningkatkan speed game-nya. Agak capai juga berlutut terus, aku naik ke atas dan menindih tubuh Indra. Kuciumi sekujur payudaranya yang tak kalah kencang dengan punya Ita.

 Dan walau kalah besar, keindahannya susah untuk dinilai. Sambil menciumi payudaranya, tanganku makin cepat mengocok batang kejantanan sendiri. Akhirnya aku tak dapat menahan lebih lama lagi, sekujur tubuhku tiba-tiba menegang. Seiring dengan semburan keras yang berapi-api di batang kejantananku, segera aku melumat habis mulut Indra yang mungil. Lidah Indra memberi sambutan hangat dengan mengais-ngais lidahku. Selepasnya kami bercengkarama, mereka semua kecuali Anita akhirnya minta pamit setelah sebelumnya mereka memakai pakaiannya kembali. Setelah mereka pergi, saya melakukan percintaan dengan Anita kembali hingga 1 jam sebelum jam 6 karena Ibu Yuli akan pulang ke rumah pada jam 6 tepat. Selesai kami bercinta, saya berpura-pura mengerjakan antena parabola itu sambil sekali-kali mengerlingkan mata kepada Anita walaupun ibunya sedang mengerjakan tugas kantor di sisinya.


Kegilaan Sex Rina di Lift Kampus – 1 bawel.cerewet.info/

$
0
0

Kegilaan Sex Rina di Lift Kampus – 1

Pengalamanku yang satu ini terjadi ketika masih kuliah semester empat, kira-kira empat tahun yang lalu. Waktu itu aku harus mengambil sebuah mata kuliah umum yang belum kuambil, yaitu kewiraan. Kebetulan waktu itu aku kebagian kelas dengan fakultas sipil, agak jauh dari gedung fakultasku, di sana mahasiswanya mayoritas cowok pribumi, ceweknya cuma enam orang termasuk aku. Tak heran aku sering menjadi pusat perhatian cowok-cowok di sana, beberapa bahkan sering curi-curi pandang mengintip tubuhku kalau aku sedang memakai pakaian yang menggoda, aku sih sudah terbiasa dengan tatapan-tatapan liar seperti ini, terlebih lagi aku juga cenderung eksibisionis, jadi aku sih cuek-cuek aja.

Hari itu mata kuliah yang bersangkutan ada kuliah tambahan karena dosennya beberapa kali tidak masuk akibat sibuk dengan kuliah S3-nya. Kuliah diadakan pada jam lima sore. Seperti biasa kalau kuliah tambahan pada jam-jam seperti ini waktunya lebih cepat, satu jam saja sudah bubar. Namun bagaimanapun saat itu langit sudah gelap hingga di kampus hampir tidak ada lagi mahasiswa yang nongkrong.

Keluar dari kelas aku terlebih dulu ke toilet yang hanya berjarak empat ruangan dari kelas ini untuk buang air keRinl sejenak, serem juga nih sendirian di WC kampus malam-malam begini, tapi aku segera menepis segala bayangan menakutkan itu. Setelah cuRin tangan aku buru-buru keluar menuju lift (di tingkat lima). Ketika menunggu lift aku terkejut karena ada yang menyapa dari belakang. Ternyata mereka adalah tiga orang mahasiswa yang juga sekelas denganku tadi, yang tadi menyapaku aku tahu orangnya karena pernah duduk di sebelahku dan mengobrol sewaktu kuliah, namanya Adi, tubuhnya kurus tinggi dan berambut jabrik, mukanya jauh dari tampan dengan bibir tebal dan mata besar. Sedangkan yang dua lagi aku tidak ingat namanya, cuma tahu tampang, belakangan aku tahu yang rambutnya gondrong dikunRinr itu namanya Syaiful dan satunya lagi yang mukanya mirip Arab itu namanya Rois, tubuhnya lebih berisi dan kekar dibandingkan Adi dan Syaiful yang lebih mirip pemakai narkoba.

“Kok baru turun sekarang Rin?” sapa Adi berbasa-basi.
“Abis dari WC, lu orang juga ngapain dulu?” jawabku.
“Biasalah, ngerokok dulu bentar” jawabnya.

Lift terbuka dan kami masuk bersama, mereka berdiri mengelilingiku seperti mengepungku hingga jantungku jadi deg-degan merasakan mata mereka memperhatikan tubuhku yang terbungkus rok putih dari bahan katun yang menggantung di atas lutut serta kaos pink dengan aksen putih tanpa lengan. Walau demikian, terus terang gairahku terpicu juga dengan suasana di ruangan keRinl dan dengan dikelilingi para pria seperti ini hingga rasa panas mulai menjalari tubuhku.

“Langsung pulang Rin?” tanya Syaiful yang berdiri di sebelah kiriku.
“Hemm” jawabku singkat dengan anggukan kepala.
“Jadi udah gak ada kegiatan apa-apa lagi dong setelah ini?” si Adi menimpali.
“Ya gitulah, paling nonton di rumah” jawabku lagi.
“Wah kebetulan.. Kalo gitu lu ada waktu sebentar buat kita dong!” sahut Syaiful.
“Eh.. Buat apa?” tanyaku lagi.

Sebelum ada jawaban, aku telah dikagetkan oleh sepasang tangan yang memelukku dari belakang dan seperti sudah diberi aba-aba, Rois yang berdiri dekat tombol lift menekan sebuah tombol sehingga lift yang sedang menuju tingkat dua itu terhenti. Tas jinjingku sampai terlepas dari tanganku karena terkejut.

“Heh.. Ngapain lu orang?” ujarku panik dengan sedikit rontaan.
“Hehehe.. Ayolah Rin, having fun dikit kenapa? Stress kan, kuliah seharian gini!” ucap Adi yang mendekapku dengan nafas menderu.
“Iya Rin, di sipil kan gersang cewek nih, jarang ada cewek kaya lo gini, lu bantu hibur kita dong” timpal Rois.

Srr.. Sesosok tangan menggerayang masuk ke dalam rok miniku. Aku tersentak ketika tangan itu menjamah pangkal pahaku lalu mulai menggosok-gosoknya dari luar.

“Eengghh.. Kurang ajar!” ujarku lemah. Aku sendiri sebenarnya menginginkannya, namun aku tetap berpura-pura jual mahal untuk menaikkan derajatku di depan mereka.

Mereka menyeringai mesum menikmati ekpresi wajahku yang telah terangsang. Rambutku yang dikunRinr memudahkan Adi menRinumi leher, telinga dan tengkukku dengan ganas sehingga birahiku naik dengan cepat. Rois yang tadinya cuma meremasi dadaku dari luar kini mulai menyingkap kaosku lalu cup bra-ku yang kanan dia turunkan, maka menyembullah payudara kananku yang nampak lebih mencuat karena masih disangga bra. Diletakkannya telapak tangannya di sana dan meremasnya pelan, kemudian kepalanya mulai merunduk dan lidahnya kurasakan menyentuh putingku.

Sambil menyusu, tangannya aktif mengelusi paha mulusku. Tanpa kusadari, celana dalamku kini telah merosot hingga ke lutut, pantat dan kemaluanku terbuka sudah. Jari-jari Syaiful sudah memasuki vaginaku dan menggelitik bagian dalamnya. Tubuhku menggelinjang dan mendesah saat jarinya menemukan klitorisku dan menggesek-gesekkan jarinya pada daging keRinl itu.

Aku merasakan sensasi geli yang luar biasa sehingga pahaku merapat mengapit tangan Syaiful. Rasa geli itu juga kurasakan pada telingaku yang sedang dijilati Adi, hembusan nafasnya membuat bulu kudukku merinding. Tangannya menjalar ke dadaku dan mengeluarkan payudaraku yang satu lagi. Diremasinya payudara itu dan putingnya dipilin-pilin, kadang dipencet atau digesek-gesekkan dengan jarinya hingga menyebabkan benda itu semakin membengkak. Tubuhku serasa lemas tak berdaya, pasrah membiarkan mereka menjarah tubuhku.

Melihatku semakin pasrah, mereka semakin menjadi-jadi. Kini Rois memagut bibirku, bibir tebal itu menyedot-nyedot bibirku yang mungil, lidahnya masuk ke mulutku dan menjilati rongga di dalamnya, kubalas dengan menggerakkan lidahku sehingga lidah kami saling jilat, saling hisap, sementara tangannya sudah meremas bongkahan pantatku, kadang jari-jarinya menekan anusku. Tonjolan keras di balik celana Adi terasa menekan pantatku. Secara refleks aku menggerakkan tanganku ke belakang dan meraba-raba tonjolan yang masih terbungkus celana itu.

Payudara kananku yang sudah ditinggalkan Rois jadi basah dan meninggalkan bekas gigitan kini beralih ke tangan Adi, dia kelihatan senang sekali memainkan putingku yang sensitif, setiap kali dia pencet benda itu dengan agak keras tubuhku menggelinjang disertai desahan. Si Syaiful malah sudah membuka celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah tegang. Masih sambil berRinuman, kugerakkan mataku memperhatikan miliknya yang panjang dan berwarna gelap tapi diameternya tidak besar, ya sesuailah dengan badannya yang kerempeng itu.

Diraihnya tanganku yang sedang meraba selangkangan Adi ke penisnya, kugenggam benda itu dan kurasakan getarannya, satu genggamanku tidak cukup menyelubungi benda itu, jadi ukurannya kira-kira dua genggaman tanganku.

“Ini aja Rin, burung gua kedinginan nih, tolong hangatin dong!” pintanya.
“Ahh.. Eemmhh!” desahku sambil mengambil udara begitu Rois melepas cumbuannya.
“Gua juga mau dong, udah gak tahan nih!” ujar Rois sambil membuka celananya.

Wow, sepertinya dia memang ada darah Arab, soalnya ukurannya bisa dibilang menakjubkan, panjang sih tidak beda jauh dari Syaiful tapi yang ini lebih berurat dan lebar, dengan ujungnya yang disunat hingga menyerupai helm tentara. Jantungku jadi tambah berdegup membayangkan akan ditusuk olehnya, berani taruhan punya si Adi juga pasti kalah darinya.

Adi melepaskan dekapannya padaku untuk membuka celana, saat itu Rois menekan bahuku dan memintaku berlutut. Aku pun berlutut karena kakiku memang sudah lemas, kedua penis tersebut bagaikan pistol yang ditodongkan padaku, tidak.. bukan dua, sekarang malah tiga, karena Adi juga sudah mengeluarkan miliknya. Benar kan, milik Rois memang paling besar di antara ketiganya, disusul Adi yang lebih berisi daripada Syaiful. Mereka bertiga berdiri mengelilingiku dengan senjata yang mengarah ke wajahku.

“Ayo Rin, jilat, siapa dulu yang mau lu servis”
“Yang gua aja dulu Rin, dijamin gue banget!”
“Ini aja dulu Rin, gua punya lebih gede, pasti puas deh!”

Demikian mereka saling menawarkan penisnya untuk mendapat servis dariku seperti sedang kampanye saja, mereka menepuk-nepuk miliknya pada wajah, hidung, dan bibirku sampai aku kewalahan menentukan pilihan.

“Aduh.. Iya-iya sabar dong, semua pasti kebagian.. Kalo gini terus gua juga bingung dong!” kataku sewot sambil menepis senjata mereka dari mukaku.
“Wah.. Marah nih, ya udah kita biarin Rintra yang milih aja, demokratis kan?” kata Syaiful.

Setelah kutimbang-timbang, tangan kiriku meraih penis Syaiful dan yang kanan meraih milik Rois lalu memasukkannya pelan-pelan ke mulut.

“Weh.. Sialan lu, gua cuma kebagian tangannya aja!” gerutu Syaiful pada Rois yang hanya ditanggapinya dengan nyengir tanda kemenangan.
“Wah gua kok gak diservis Rin, gimana sih!” Adi protes karena merasa diabaikan olehku.

Sebenarnya bukan mengabaikan, tapi aku harus memakai tangan kananku untuk menuntun penis Rois ke mulutku, setelah itu barulah kugerakkan tanganku meraih penis Adi untuk menenangkannya. Kini tiga penis kukocok sekaligus, dua dengan tangan, satu dengan mulut.

Lima belas menit lewat sudah, aku ganti mengoral Adi dan Rois kini menerima tanganku. Tak lama kemudian, Syaiful yang ingin mendapat kenikmatan lebih dalam melepaskan kocokanku dan pindah berlutut di belakangku. Kaitan bra-ku dibukanya sehingga bra tanpa tali pundak itu terlepas, begitu juga celana dalam hitamku yang masih tersangkut di kaki ditariknya lepas. Lima menit kemudian tangannya menggerayangi payudara dan vaginaku sambil menjilati leherku dengan lidahnya yang panas dan kasar. Pantatku dia angkat sedikit sampai agak menungging.

Kemudian aku menggeliat ketika kurasakan hangat pada liang vaginaku. Penis Syaiful telah menyentuh vaginaku yang basah, dia tidak memasukkan semuanya, cuma sebagian dari kepalanya saja yang digeseknya pada bibir vaginaku sehingga menimbulkan sensasi geli saat kepalanya menyentuh klitorisku.

“Uhh.. Nakal yah lu!” kataku sambil menengok ke belakang.
“Aahh..!” jeritku keRinl karena selesai berkata demikian Syaiful mendorong pinggulnya ke depan sampai penis itu amblas dalam vaginaku.

Dengan tangan mencengkeram payudaraku, dia mulai menggenjot tubuhku, penisnya bergesekan dengan dinding vaginaku yang bergerinjal-gerinjal. Aku tidak bisa tidak mengerang setiap kali dia menyodokku.

“Hei Rin, yang gua jangan ditinggalin nih” sahut Adi seraya menjejalkan penisnya ke mulutku sekaligus meredam eranganku.

Aku semakin bersemangat mengoral penis Adi sambil menikmati sodokan-sodokan Syaiful, penis itu kuhisap kuat, sesekali lidahku menjilati ‘helm’nya. Jurusku ini membuat Adi blingsatan tak karuan sampai dia menekan-nekan kepalaku ke selangkangannya. Kocokanku terhadap Rois juga semakin dahsyat hingga desahan ketiga pria ini memenuhi ruangan lift.

Teknik oralku dengan cepat mengirim Adi ke puncak, penisnya seperti membengkak dan berdenyut-denyut, dia mengerang dan meremas rambutku..

“Oohh.. Anjing.. Ngecret nih gua!!”

Muncratlah cairan kental itu di mulutku yang langsung kujilati dengan rakusnya. Keluarnya banyak sekali sehingga aku harus buru-buru menelannya agar tidak tumpah. Setelah lepas dari mulutku pun aku masih menjilati sisa sperma pada batangnya. Rois memintaku agar menurunkan frekuensi kocokanku.

“Gak usah buru-buru..” demikian katanya.

Ke Bagian 2

Misteri Ramalan SEKTE Persaudaraan PEDANG TUHAN

$
0
0

Misteri Ramalan SEKTE Persaudaraan PEDANG TUHAN | Blog Misteri Beda Dunia | Meski ramalan kalender Suku Maya mengenai kiamat pada 21 Desember 2012 tidak terbukti, Eh ternyata masih saja ada orang yang meramalkan datangnya akhir zaman. Diwartakan Daily Mail, kali ini Sekte Persaudaraan Pedang Tuhan meramalkan kiamat akan datang pada 1 Januari 2017.Mereka mengaku telah mendapat wahyu dari ‘

Budak Nafsu ABG bawel.cerewet.info/

$
0
0

Budak Nafsu ABG

Aku sedang membanting pantatku di jok belakang taxi, ketika dering HP-ku memanggil. Kuperhatikan jelas sekali bahwa ini nomor yang sama dari dua kali panggilan tadi. Tapi karena aku merasa tidak mengenalnya, aku sama sekali tidak menanggapinya.

“Kenapa tidak diangkat, Bang..?” tanya sopir taxi yang sekilas melihatku lewat spionnya.
“Buat apa. Paling-paling wartawan ‘bodrek’. Menawarkan berita kemenanganku ini di koran kelas ‘teri’-nya. Bosen aku berurusan dengan mereka..!” sahutku sambil kuperhatikan sekali lagi secara kilas dua medali emas dan piala juara favorit kejuaraan binaraga kelas junior ini.

Taxi meluncur kencang membawaku pulang ke rumah kontrakanku di daerah Radio Dalam. Taxi masih melenggang di atas aspalan Sudirman ketika nomor HP itu muncul lagi di layar HP-ku. Berdering dan berdering minta diangkat. Terpaksa kali ini aku menerimanya dengan malas.

“Hai Andre, sombong bener sih, nggak mau terima telponku. Kenapa..?”
“Sori Mbak. Ini siapa, dan ada apa..? Aku merasa nggak kenal anda.”
“Benar. Kita belum pernah saling kenal kok. Tapi aku selalu memantau kemajuanmu dalam bertanding binaraga. Pokoknya aku selalu mengikutimu kemana kamu berlaga memamerkan tubuhmu yang berotot kekar tapi indah dan seksi sekali itu. Aku senang sekali. Banyak teman-temanku yang mengidolakan dirimu lho Mas. Kupikir masa depanmu pasti cerah sekali di dunia binaraga. Gimana nih, kami mau kenalan lebih dekat lagi, juga foto-foto bersama atlet idola kami. Bagaimana Mas..?”

Aku sejenak berpikir. Siapa sih mereka? Apa maksudnya? Kalau aku tolak, aku merasa merendahkan atau menyepelekan apa yang namanya fans atau penggemar. Fans atau penggemar, apalagi wartawan itu adalah jalur yang tidak boleh kulawan. Mereka harus kurangkul dan akrabi. Begitu nasehat teman-teman seniorku di dunia olahraga yang banyak penggemarnya.
“Baiklah. Dimana ini kalian semua..?” tanyaku setelah menghelakan nafasku.

Sebuah daerah pemukiman elite disebutkan suara cewek itu. Permata Hijau. Aku segera minta sama sopir taxi segera meluncur ke alamat yang dituju. Kuperhatikan jam tanganku sudah menunjukkan pukul 23.45 tepat. Waktuku untuk istirahat. Tapi demi fans, aku rela membagi waktuku dengan mereka.

Rumah mewah itu memang terlihat sepi, gelap, dengan halamanya yang terlihat teduh. Berlantai tiga dengan gaya arsitektur spanyol yang unik. Bergegas aku segera turun dan kuperhatikan sejenak taxi telah menghilang di tikungan jalan. Kembali aku perhatikan alamat rumah yang kutuju itu. Aku segera menyelinap masuk ke dalam halamannya setelah membuka sedikit pintu gerbangnya yang dari besi dicat hitam. Hujan mendadak turun dengan rintik-rintik. Berburu aku lari kecil menuju teras yang tinggi, karena aku mesti menaiki anak tangganya.

Aku dengan tidak sabaran menekan-nekan bel pintunya yang yang tampak sekali aneh bagiku, sebab tombol bel itu berupa puting susu dari patung dada wanita. Tidak berapa lama, pintu model tarung kuku itu terbuka. Aku seketika berdecak kagum dan ‘ngiler’ berat melihat figur penggemarku ternyata anak baru tumbuh yang bertubuh seksi.

“Mas Andre, ya? Ayo Mas, dua temanku sudah tak sabar nungguin Mas. Biar kubawakan pialanya.. yuk..!” ujar gadis berusia sekitar 17 tahun itu ramah sekali menyambar piala dan tas olahragaku.
Aku menyibakkan sebentar rambut gondrongku yang basah sedikit ini, sambil sejenak kuperhatikan gadis itu menutup dan mengunci kembali pintunya.
“Ng.., maaf, belum kenalan..,” gumamku perlahan membuat gadis berambut pendek cepak ala tentara cowok itu menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya ke arahku sambil mengumbar senyun manisnya.
“Oh ya, aku Tami..,” sahutnya menjabat tanganku erat-erat.
Hm, halus dan empuk sekali jemari ini, seperti tangan bayi.

Tami yang berkulit kuning langsat itu melirik ke sebelah, di mana dari balik korden muncul dua temannya. Semua seusia dirinya.
“Ayo pada kenalan..!” sambung Tami.
Malam ini Tami memakai kaos singlet hitam ketat dan celana pendek kembang-kembang ketat pula, sehingga aku dapat dengan jelas melihat sepasang pahanya yang mulus halus. Bahkan aku dapat melihat, bahwa Tami tidak memakai BH. Jelas sekali itu terlihat pada dua bulatan kecil yang menonjol di kedua ujung dadanya yang kira-kira berukuran 32.

“Lina..,” ujar gadis kecil lencir berambut panjang sepinggangnya itu menjabat tanganku dengan lembut sekali.
Gadis ini berkulit kuning bersih dengan dadanya yang kecil tipis. Dia memakai kaos singlet putih ketat dan celana jeans yang dipotong pendek berumbai-rumbai. Lagi-lagi Lina, gadis cantik beralis tebal itu sama seperti Tami. Tidak memakai BH. Begitupun Dian, gadis ketiga yang bertubuh kekar seperti laki-laki itu dan berambut pendek sebatas bahunya yang kokoh. Kulitnya kuning langsat dengan kaos ketat kuning dan celana pendek hitam ketat pula. Hanya saja, dada Dian tampak paling besar dan kencang sekali. Lebih besar daripada Tami. Cetakan kedua putingnya tampak menonjol ketat.

Aku dapat melihat pandangan mata mereka sangat tajam ke arah tubuhku. Aku pikir iru maklum, sebab idola mereka kini sudah hadir di depan mata mereka.
“Dimana mau foto-foto bersamanya..?” tanyaku yang digelandang masuk ke ruang tengah.
“Sabar dulu dong Mas, kita kan perlu ngobrol-ngobrol. Kenalan lebih dalam, duduk bareng.. gitu. Santai saja dulu lah.. ya..?” sahut Dian menggaet lengan kananku dan mengusap-usap dadaku setelah ritsluting jaket trainingku diturunkan sebatas perutku.
“Ouh, kekar sekali. Berotot, dan penuh daging yang hebat. Hm..,” sambungnya sedikit bergumam sembari menggerayangi putingku dan seluruh dadaku.
Aku jadi geli dan hendak menampik perlakuannya. Tapi kubatalkan dan membiarkan tangan-tangan ketiga gadis ABG itu menggerayangi dadaku setelah mereka berhasil melepas jaketku.

Kuakui, aku sendiri juga menikmati perlakakuan istimewa mereka ini. Kini aku dibawa ke sebuah kamar yang luas dengan dinding yang penuh foto-foto hasil klipingan mereka tentang aku. Aku kagum. Sejenak mereka membiarkanku terkagum dan menikmati karya mereka di tembok itu.

“Bagaimana..?” tanya Lina mendekati dan merangkul lengan kiriku.
Lagi-lagi jemari tangan kirinya menggerayangi puting dan dadaku. Kudengar nafas Lina sudah megap-megap. Lalu Dian menyusul dan memelukku dari belakang, menggerayangi dadaku dan menciumi punggungku. Kini aku benar-benar geli dibuatnya.
“Sudahlah, lebih baik jangan seperti ini caranya. Katanya mau foto-foto..?” kataku mencoba melepaskan diri dari serbuan bibir dan jemari mereka.
“Iya, betul sekali. Lihat kemari Mas Andre..!” sahut Tami yang berdiri di belakangku.
Aku segera membalikkan tubuhku dan seketika aku terkejut. Mataku melotot tidak percaya dengan penuh ketidaktahuan dan ngerti semua ini.

“Ada apa ini, apa-apa ini ini..? Kalian mau merampokku..?” tanyaku protes melihat Tami sudah menodongkan pistol otomatis yang dilengkapi dengan peredam suara itu ke arah kepalaku.
“Ya. Merampok dirimu. Jiwa dan ragamu. Semuanya. Ini pistol beneran. Dan kami tidak main-main..!” sahut Tami dengan wajah yang kini jadi beringas dan ganas.
Begitupun Lina dan Dian. Sebuah letupan menyalak lembut dan menghancurkan vas bunga di pojok sana. Aku terhenyak kaget. Mereka berdua memegangi lengananku dengan kuat sekali. Aku hampir tidak percaya dengan tenaga mereka.

“Tidak ada foto. Tapi, di ruangan ini, kami memasang beberapa kamera video yang kami setel secara otomatis. Setiap ruangan ada kamera dan kamera. Semua berjalan otomatis sesuai programnya. Copot celananya, Lin..!” ujar Tami membentak.
Aku hendak berontak, tapi dengan kuat Dian memelintir lenganku.
“Ahkk..!”
“Jangan macem-macem. Menurut adalah kunci selamatmu. Ngerti..!” bentak Dian tersenyum sinis.

Celana trainingku kini lepas, berikut sepatuku dan kaos kakinya. Lina sangat cepat melakukannya. Kini aku hanya memakai cawat hitam kesukaanku yang sangat ketat sekali dan mengkilap. Bahkan cawat ini tidak lebih seperti secarik kain lentur yang membungkus zakar dan pelirku saja. Sebab karetnya sangat tipis dan seperti tali.
“Kamu memang seksi dan kekar..,” ucap Tami mendekati dan menggerayangi zakarku.
“Iya Tam. Sekarang aja ya, aku udah nggak sabar nih..!” sahut Dian mengelus-elus pantatku.
“Sama dong. Tapi siapa duluan..?” sahut Lina mengambil sebotol minyak tubuh untuk atlet binaraga.
Kulihat mereknya yang diambil Lina yang paling mahal. Tampaknya mereka tahu barang yang berkualitas.

“Diam dan diam, oke..?” kata Lina menuangi minyak itu ke tangannya.
Begitupun Dian dan Tami. Segera saja jemari-jemari tangan mereka mengolesi seluruh tubuhku dengan minyak. Bergantian mereka meremas-remas batang zakarku dan buah pelirku yang masih memakai cawat ini dengan penuh nafsu. Aku kini sadar, mereka fans yang maniak seks berat. Walau masih ABG. Dengan buas, Tami merengut cawatku dengan pisau lipatnya, yang segera disambut tawa ngakak temannya. Zakarku memang sudah setengah berdiri karena dorongan dan rangsangan dari stimulasi perbuatan mereka. Bagaimanapun juga, walau dalam situasi yang tertekan, aku tetap normal. Aku tetap terangsang atas perlakuan mereka.

“Ouh, sangat besar dan panjang. Gede sekali Lin..,” ucap Dian kagum dan senang sembari menimang-nimnag zakarku.
Sedangkan Tami meremas-remas buah pelirku dengan gemas sekali, sehingga aku langsung melengking sakit.
“Duh, rambut kemaluannya dicukur indah. Apik ya..!” sahut Dian mengusap potongan bentuk rambut kemaluanku yang memang kurawat dengan mencukur rapi.
“Auuhk.., jangan. Jangan.., sakit..!” ucapku yang malah bikin mereka tertawa senang.
Lina sendiri menciumi daging zakarku dan menjilat-jilat buas pelirku. Aku tetap berdiri dengan kedua kakiku agak terbuka.

Mereka dengan buasnya menjilati dan menciumi zakar dan buah pelirku serta pantatku.
“Ouh.. jangan.. aauhk.. ouhhk.. aahkk..!” teriak-teriak mulutku terangsang hebat.
Hal itu membuat Tami jadi ganas dalam mengocok-ngocok batang zakarku. Sedangkan Lina gantian meremas-remas buah pelirku. Sementara Dian menghisap putingku dan memelintirnya, sehingga putingku jadi keras dan kencang. Kedua tanganku kini berpegangan pada tubuh mereka, karena dorongan birahiku yang mendadak itu. Aku kian menjerit-jerit kecil dan nikmat. Teriakan mereka yang diselingi tawa senang kian menambah garang perlakuan mereka atas tubuh telanjangku.

Bergantian mereka mngocok-ngocok zakarku hingga kian mengeras dan memanjang hebat. Bahkan mereka dengan buasnya bergantian menyedot-nyedot zakarku dengan memasukan ke dalam mulut mereka, sampai-sampai mereka terbatuk-batuk karena zakarku menusuk kerongkongan mereka.
“Nikmat sekali zakarnya, hmm.., coba diukur Dian. Berapa panjang dan besarnya, aku kok yakin, ini sangat panjang..!” ujar Tami sambil terus mengulum-ngulum dan menjilati zakarku.
Dian segera mengukur panjang dan besarnya zakarku.

“Gila, panjangnya 23 sentimeter, dan garis lingkarnya.. hmm.., 18 senti. Apa-apaan ini. Kita pasti terpuaskan. Dia pasti hebat dan kuat..!” ujar Dian kagum sambil mengikat pangkal batang zakarku dengan tali sepatu secara kuat.
Begitupun pangkal buah pelirku diikat tali sepatu sendiri. Sementara Lina gantian kini yang mengocok-ngocok zakarku sambil mengulum-ngulumnya. Karuan saja, zakarku jadi tambah keras dan merah panas membengkak hebat. Otot-ototnya mengencang ganas. Aku kian menjerit-jerit tidak kuat dan tidak kuasa lagi menahan spermaku yang hendak muncrat ini.

Mendengar itu, Lina mencopot lagi tali sepatuku di batang zakarku dan pelirku. Cepat-cepat mereka membuka mulutnya lebar-lebar di depan moncong zakarku sambil terus mengocok-ngocok paling ganas dan kuat.
“Creet.. croot.. creet.. srreet.. srroott.. creet..!” menyembur spermaku yang mereka bagi rata ke mulutnya masing-masing.
Bergantian mereka menjilati sisa-sisa spermaku sambil mengurut-ngurut batang zakarku agar sisa yang masih di dalam batang zakarku keluar semua.

“Hmm.. nikmat sekali. Enak..!” ucap Diam senang.
“Iya, spermanya ternyata banyak sekali.. kental..!” sahut Lina.
“Ayo, ikat dia di ruang penyiksaan. Cepat..!” perintah Tami berdiri, diikuti Lina dan Dian.
Sedangkan aku masih lemas. Rasa-rasanya mau hancur badanku. Aku nurut saja perintah mereka. Memasuki ruang penyiksaan.

Apa pula itu? Mereka dengan cepat memasang gelang besi di kedua tangan dan kakiku. Rantai besi ditarik ke atas. Kini tubuhku merentang keras membentuk huruf X. Posisi badanku dibikin sejajar dengan lantai yang kira-kira setinggi satu meteran itu. Lampu menyorot kuat ke arahku. Keringatku menetes-netes deras.
“Siapa kalian ini sebenarnya..?” tanyaku memberanikan diri.
“Diam..! Tak ada pertanyaan. Dan tak boleh bertanya. Pokoknya menurut. Kamu kini budak kami. Ngerti..!” bentak Tami mencambuk dadaku dan punggungku dengan cambuk yang berupa lima utas kulit yang ujungnya terdapat bola berduri. Sakitnya luar biasa.

Mendadak Dian membuka lantai di bawahku. Aku kaget, rupanya di bawah sana ada liang seukuran kira-kira lebar 50 senti dan panjang dua meteran. Dan di lubang sedalam kira-kira satu meteran itu terdapat tumpukan batu bara yang membara panas sekali! Pantas saja, tadi kakiku sempat merasakan panasnya lantai ubin ini. Walau kini tubuhku setinggi kurang dari dua meter dari bara, tapi aku masih kuat merasakan betapa panasnya batu bara itu uapnya membakar kulit tubuhku bagian belakang.

“Cambuk terus..! Sirami dengan minyak dan jus tomat..!” perinta Tami mencambuki kakiku.
Sedangkan Lina mencambuki dadaku. Dian mencambuki punggungku. Panas dan pedih, semua bercampur jadi satu. Bersamaan mereka juga mencambuki zakar dan pelirku yang masih setengah tegang ereksinya. Batu bara yang tertimpa minyak dan jus tomat itu mengeluarkan asap panas yang segera membakar kulitku. Entah, di menit keberapa aku bertahan. Yang jelas tidak lama kemudian aku pingsan.

Saat terbangun, ternyata aku sudah terbaring di atas ranjang luas dan empuk bersprei putih kain satin. Tapi kondisiku tidak jauh beda dengan disiksa tadi. Kedua tanganku dirantai di kedua ujung ranjang bawah, sedangkan badanku melipat ke atas karena kedua kakiku ditarik dan rantainya diikatkan di kedua ujung ranjang atas kepalaku, sehingga dalam posisi seperti udang ini, aku dapat melihat anusku sendiri.

Sebuah bantal mengganjal punggungku. Lampu menyorotku. Tiba-tiba Lina sudah mengakangi wajahku. Dan dia telanjang bulat. Kulihat vaginanya yang mengarah ke wajahku itu bersih dari rambut kemaluan. Rupanya telah dipangkas bersih.
“Jilati, nikmati lezatnya kelentitku dan vaginaku ini. Cepat..!” teriak Lina menampar wajahku dua kali sambil kemudian membuka bibir vaginanya dan menjejalkannya ke mulutku. Terpaksa, aku mulai menjilati vagina dan seluruh bagian di dalamnya sambil menghisap-hisapnya.

Lina mulai menggerinjal-gerinjal geli dan nikmat sambil meremas-remas sendiri duah dadanya dan puting-puting susunya yang kecil itu. Kulihat selintas datang Dian dan Tami yang juga telanjang bulat. Sejenak mereka berdua saling berpelukan dan berciuman. Mereka ternyata lesbian..! Lina segera beranjak berdiri.

“Lakukan dulu Lin, kami sedang mood nih..!” ujar Tami mencimui vagina Dian yang berbaring di sebelahku sambil menggerinjal-gerinjal geli.
Kedua tangan Dian meremas-remas sendiri buah dadanya. Lina segera saja mengambil boneka zakar yang besar dan lentur. Segera saja Lina menuangi anusku dengan madu, serta merta gadis itu menjilati duburku. Aku jadi geli.

Kini jemari Lina mulai mengocok-ngocok zakarku, setelah sebelumnya mengikat pangkal buah pelirku secara kuat.
“Ouh.. aduh.., aahhk..,” teriakku mengerang sakit dan nikmat.
Lina dengan cepat segera menusukkan boneka zakar plastik itu ke dalam lobang anusku. Karuan saja aku menjerit sakit. Tapi Lina tidak perduli. Zakar plastik itu sudah masuk dalam dan dengan gila, Lina menikam-nikamkan ke anusku. Aku menjerit-jerit sejadinya. Sementara tangan satunya Lina tetap mengocok-ngocok zakarku sampai ereksi kembali dengan kerasnya.

Tiba-tiba Tami mengakangi wajahku dan mengencingi wajahku.
“Diminum. Minum pipisku.. cepat..!” perintah Tami menanpar-nampar pantatku.
Terpaksa, kutelan pipis Tami yang pesing itu. Rasanya aku mau muntah. Lebih baik menjilati vaginanya, ketimbang meminum pipisnya. Tami tertawa ngakak sambil mengambil alih mengocok zakarku dengan buas.

“Gantian..!”ujar Dian menggantikan posisi Tami.
Pipis lagi. Aku kini kenyang dengan pipis mereka. Tubuhku basah oleh pipis mereka. Lina masih menusuk-nusuk duburku dengan zakar plastiknya. Pelan-pelan rantai dilepas, tapi Lina malah membenamkan zakar plastik itu dalam-dalam di anusku. Kakiku dibuat mengangkang. Dengan buas, satu persatu memperkosaku.

“Auhk.. aahk.. ouhkk.. yeaah.. ouh..!” teriak-teriak mulut mereka menggenjot di atas tubuhnya setelah memasukkan zakarku ke dalam vaginanya.
“Ouh.. ouhk, tidak.. ahhk.. ahhk..!” menjeritku kesakitan karena sperma yang mestinya muncrat tertahan oleh tali ikatan itu.

Cambuk kembali melecuti dadaku. Pokoknya tidak ada yang diam nganggur. Saat Tami menggagahiku, Lina mencambuk. Dian menetesi puting susuku dengan cairan lilin merah besar. Atau menyirami lilin panas itu ke anusku. Saking tidak kuatnya aku, kini aku jatuh pingsan lagi.

Entah berapa lama aku pingsan. Saat terbangun, banyak spermaku yang tercecer di perutku. Tidak ada rantai. Tidak ada lilin. Bahkan mereka juga tidak ada di sekitarku. Kemana mereka? Perlahan aku beranjak berdiri, tertatih-tatih mencari pakaianku. Tubuhku penuh barut bekas cambuk dan lilin mengering. Luar biasa sakit dan pedihnya tersisa kurasakan.

Secarik kertas ditinggalkan mereka bertiga untukku. Kubaca dengan muak dan geram.
Trim atas waktumu. Tapi kami belum puas menikmatimu. Kami pasti datang lagi untuk kepuasan kami. Kami pergi karena ada mangsa baru yang lebih lemah tapi kuat seksnya. Kalau kamu tolak, kami edarkan videonya. Awas, kamu kini adalah ‘anjing’ seks kami. Trim. Sampai jumpa.

TAMAT

Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 3

$
0
0

Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 3 – Lidahku terus bergerak menyapu seluruh permukaan kulit Neng Shinta. Dan begitu sampai ke gundukan bukit kemaluannya yang membusung, lidahku segera menyeruak masuk ke dalam celah sempit yang tadi kulihat berwarna merah jingga. Segera lidahku merasakan ada cairan yang terasa sedikit asin namun nikmat! Tanpa rasa jijik segera saja kusedot bibir kemaluan Neng Shinta dengan gemas.

Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 3
Cerita HOT

Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 3 – Kutelan habis cairan yang keluar membasahi permukaan liang kemaluan Neng Shinta tanpa rasa jijik. Pantat Neng Shinta terangkat seolah menyambut juluran lidahku hingga wajahku semakin ketat menempel di selangkangannya.

Lidahku menyusup semakin dalam ke lubang kemaluan Neng Shinta yang pantatnya terangkat-angkat seolah menyambut juluran lidahku. Mulut Neng Shinta tak henti-hentinya mendesis-desis dan entah disadari atau tidak, kedua tangan Neng Shinta mulai menjambak-jambak rambutku dan kedua kakinya mengait leherku dan menekankannya ke arah selangkangannya. Pantatnya terus diangkat-angkat seolah-olah memintaku lebih dalam memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya. Aku yang memang ingin memberikan sensasi lain kepada majikanku segera bertindak.

Kedua ibu jari tanganku mencoba membentangkan bibir kemaluan Neng Shinta agar terbuka lebih lebar dan kugesekkan mulutku dengan liar pada gundukan bukit kemaluan Neng Shinta yang membusung. Reaksinya sungguh luar biasa. Neng Shinta semakin liar menggerak-gerakkan pantatnya dan kakinya semakin ketat menjepit leherku. Erangannya semakin keras dan tubuhnya terhentak-hentak. Tubuhnya terus berkelojotan selama beberapa saat lalu gerakannya semakin melemah dan akhirnya kedua pahanya terkulai lemah menyandar di punggungku. Aku tahu kalau Neng Shinta telah mencapai klimaks yang kedua kalinya di malam menjelang pagi ini.

Aku yang belum mengalami orgasme segera saja menempatkan diriku sejajar dengan tubuh Neng Shinta. Tubuh telanjangku menindih tubuhnya. Kontolku yang ukurannya biasa saja seperti ukuran pria kebanyakan, sudah sangat keras dan siap tempur. Ukurannya sebetulnya biasa saja, tetapi yang membanggakanku adalah bentuknya yang agak membengkok saat ereksi. Jadi kalau dilihat sepintas mirip-mirip pisang Ambon yang bentuknya agak melengkung.

Dengan perlahan kutusukkan ujung kepala kontolku (palkon) ke tengah-tengah gundukan bukit kemaluan Neng Shinta yang munjung itu. Lubang kemaluan Neng Shinta yang sudah sangat licin memudahkan ujung palkonku tergelincir masuk. Napasku terasa sesak saat kepala kontolku mulai terjepit kehangatan bibir kemaluan Neng Shinta. Sambil menahan napas, kudorong pantatku pelan-pelan hingga sedikit demi sedikit batang kontolku melesak ke dalam lubang kemaluan Neng Shinta. Hangat sekali rasanya. Apalagi lubang kemaluan Neng Shinta sudah basah oleh lendir akibat orgasmenya tadi.

“Shh.. Ohh.. Mm.. Aangghh” mulut Neng Shinta tak henti-hentinya merintih saat batang kontolku menerobos lubang kemaluannya.

Aku tahu Neng Shinta mungkin agak menyesal karena telah terjerumus dalam jebakan nafsuku. Neng Shinta hanya pasrah dan dengan terpaksa ia menikmati rahimnya aku tusuk dengan batang kontolku berulang kali. Aku tahu ia amat menyesali atas apa yang terjadi malam itu, terlihat dari air matanya yang keluar saat aku berpesta di atas tubuhnya yang telanjang.

Kulihat air mata mulai mengembang di pelupuk matanya. Namun semuanya telah terlambat. Kontolku sudah telanjur memasuki lubang yang seharusnya hanya menjadi hak suaminya. Aku pun tak peduli, bagiku yang terpenting adalah melepaskan desakan napsu yang terus mendesak-desak dari dalam tubuhku. Di atas ranjang kamarnya yang mewah itu, aku berhasil membenamkan kemaluanku yang lumayan masih cukup perkasa ke dalam rahimnya yang masih sempit itu.

“Hkkhh..” napasku tertahan saat seluruh kontolku dari ujung hingga pangkal telah terbenam seluruhnya di dalam jepitan lubang kemaluan Neng Shinta.

Air mata Neng Shinta sudah mulai jatuh satu persatu. Namun aku tak peduli. Kehangatan yang aku rasakan pada kemaluanku saat masuk kedalam tubuh Neng Shinta amat membuatku lupa diri. Perlahan-lahan kutarik pantatku hingga batang kontolku tertarik keluar dan hanya ujungnya saja yang masih menancap dalam jepitan lubang kemaluan Neng Shinta. Lalu dengan kuat kudorong pantatku yang otomatis batang kontolku melesak dalam-dalam ke dalam lubang kemaluannya.

“Ughh..” tanpa sadar Neng Shinta mendengus saat ujung kepala kontolku seperti menumbuk sesuatu yang empuk dan hangat di dalam sana.

Aku terus menarik dan mendorong pantatku di atas tubuh Neng Shinta. Perlahan-lahan kurasakan Neng Shinta mulai ikut mengimbangi gerakanku. Secara perlahan pantatnya bergerak memutar mengikuti irama ayunan pantatku. Batang kontolku serasa diurut dan diremas-remas dalam jepitan lubang kemaluan Neng Shinta yang sempit. Rupanya Neng Shinta sudah mulai terangsang lagi. Rasa sedih yang ditandai dengan melelehnya air matanya seakan-akan sirna dengan goyangannya mengiringi ayunan pantatku.

Bibir Neng Shinta kembali mendesis-desis dan mengerang. Aku yang sudah tidak tahan segera menyergap bibirnya yang setengah terbuka dan menyusupkan lidahku ke dalam mulutnya. Lidahku mengorek-ngorek mulutnya mencari-cari lidahnya. Sungguh sangat segar rasanya bibir perempuan muda. Aku serasa kembali menjadi muda lagi. Semangat baru seolah terpompa dalam darahku. Aku semakin bersemangat menggenjot pantatku menghunjamkan batang kontolku ke dalam lubang kemaluannya. Gerakan pantat Neng Shinta semakin kencang. Pantatnya bergoyang ke kanan dan ke kiri seirama dengan ayunan pantatku.

“Shh.. Mmaangg.. Hh shh.. Oohh..” antara sadar dan tidak Neng Shinta merintih-rintih menambah gairahku semakin membara.

Aku merasa betapa jari-jari Neng Shinta mencengkeram kulit punggungku yang sudah mulai keriput dimakan usia. Agak sakit memang, tetapi apalah artinya bagiku dibanding keberhasilanku menggauli dan menikmati kemolekan tubuh anak majikanku itu. Lidahku yang masuk jauh ke dalam mulut Neng Shinta mulai menemukan perlawanan dari lidah Neng Shinta. Lidahku didorong-dorong oleh lidahnya.

Perlahan gairah dalam tubuhku mulai mendesak-desak dan menggelegak. Lalu gerakan ayunan pantatku kuhentikan sesaat untuk mengambil bantal dan mengganjal pantat Neng Shinta agar lebih tinggi. Dengan posisi terganjal bantal, batang kontolku terasa masuk hingga maksimal. Aku juga semakin leluasa menghunjamkan batang kontolku ke dalam lubang kemaluannya.

Gerakan pantat Neng Shinta seperti kesetanan. Jeritannya semakin keras dan menggairahkan. Kedua tanganku segera kutempatkan di bawah kedua bongkahan pantat Neng Shinta dan meremas-remasnya sambil terus mengayunkan pantatku naik turun. Aku merasa betapa desakan gejolak meletup-letup dari bagian bawah perutku. Perutku terasa mulai kejang karena menahan desakan yang terus menggelora.

“Ohh.. Shh.. Nenggh.. Ter.. Ruhhsshh oohh.. Neengghh!”

Tanpa sadar aku menggeram dan merintih meminta Neng Shinta agar terus menggoyangkan pantatnya kencang-kencang. Neng Shinta pun rupanya sudah hampir mencapai orgasmenya. Gerakan pantatnya sudah tidak terkendali. Cengkeraman kuku jarinya semakin kencang di kulit punggungku.

“Aakhh.. Ouchh.. Shh.. Oohh..”

Dengan diiringi desisan yang panjang akhirnya tubuh Neng Shinta terhentak. Pantatnya terangkat dan mengejat-ngejat. Dadanya terguncang hebat menandakan ia sudah tidak mampu menahan orgasmenya. Kurasakan betapa batang kontolku terjepit kencang dan lubang kemaluannya mengedut-ngedut. Tubuh Neng Shinta bergetar hebat dan berkelojotan selama beberapa saat.

“Ter.. Rushh.. Neenghh.. Aarrghh”

Akhirnya tubuhku ikut terguncang. Seluruh tubuhku terasa kejang dan mataku mulai nanar. Cratt.. Cratt.. Cratt.. Cratt.. Crrt.. Crrtt..!! Akhirnya tanpa dapat kutahan lagi batang kontolku menyemburkan air maniku yang sangat kental dan banyak sekali ke dalam lubang kemaluan Neng Shinta hingga sebagian tumpah keluar saking banyaknya. Ya aku telah mencapai puncak kenikmatanku setelah sekian lama berpuasa dan hanya onani. Tubuhku berkejat-kejat di atas perut Neng Shinta lalu ambruk menindih tubuh telanjangnya.

Neng Shinta amat sempurna saat ia berada di bawah tubuhku saat aku genjot tadi. Memang benar kata orang orang bahwa seorang wanita baru terlihat cantik dan menawan jika ia telah berada di bawah tubuh laki-laki saat kemaluannya di masuki kemaluan pria. Keringat kami pun akhirnya menyatu dan kain sprei yang kami pakai akhirnya lembab karena basah oleh percampuran keringat dan juga air mata Neng Shinta ditambah lelehan spermaku yang tumpah tadi.

Aku benar-benar merasa puas sekali telah berhasil menikmati kemulusan tubuh majikanku yang cantik ini. Neng Shinta rupanya terlalu capai hingga ia membiarkan saja tubuh telanjangnya kupeluk. Ia telah tertidur karena kecapaian setelah pergumulan tadi.

Saat itu jam di kamar Neng Shinta sudah menunjukkan hampir pukul 04.30. Kamar Neng Shinta yang dingin karena AC membuat tubuhku menggigil soalnya aku tidak terbiasa tidur dengan AC. Apalagi saat itu aku masih telanjang bulat dan di sisiku tergolek tubuh telanjang Neng Shinta yang sudah mendengkur halus. Cantik sekali wajah Neng Shinta saat dalam kondisi tidur seperti itu. Wajahnya kelihatan begitu damai dalam tidurnya. Aku sendiri sejak tadi belum mampu memejamkan mataku sepicingpun.

Melihat tubuh telanjang Neng Shinta yang telentang tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya yang mulus, gairah kelelakianku kembali bangkit. Batang kontolku mulai menggeliat bangun. Sungguh pemandangan yang terpampang di depanku begitu mempesona. Kulit Neng Shinta yang putih mulus begitu mengundang gairah lelaki manapun yang memandangnya. Dadanya yang putih turun naik seiring dengan napasnya yang begitu teratur. Tanpa dapat menahan diri lagi tanganku segera mengelus kedua buah dada Neng Shinta yang lembut. Kupermainkan kedua puting payudaranya dengan jemariku hingga sedikit-demi sedikit mulai mengeras.

“Mmhh..” hanya lenguhan kecil yang keluar dari mulut Neng Shinta saat tanganku sibuk mempermainkan kedua puting payudaranya. Lalu setelah tanganku puas bermain-main di kedua bukit payudaranya, mulutku pun mengambil alih permainan. Kini mulutku mulai mengulum kedua puting payudara Neng Shinta secara bergantian. Tanganku secara otomatis bergerak turun ke arah selangkangan Neng Shinta yang terbuka lebar. Tubuh Neng Shinta mulai menggeliat namun matanya masih tetap terpejam.

Mulutku terus bergerak menyapu setiap jengkal tubuh Neng Shinta. Mulutku menjalar dari dada terus turun ke perut dan berakhir di selangkangan Neng Shinta. Kembali lidahku menyeruak masuk ke dalam gundukan bukit kemaluan Neng Shinta. Kedua pahanya semakin terbuka lebar seolah mengundangku untuk semakin dalam memasukinya. Pagi itu aku kembali menyetubuhi tubuh anak majikanku beberapa kali hingga aku benar-benar puas.

Semenjak kejadian di malam itu. Neng Shinta mulai mengambil jarak dariku dan tampaknya berusaha menghindariku. Suaminya tidak tahu tentang peristiwa malam itu. Tampaknya Neng Shinta memang merahasiakannya. Aku tahu diri dan tidak berupaya memperlihatkan kepada Neng Shinta tentang bagaimana perasaanku padanya. Aku pun bertindak seperti biasanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa antara aku dengan Neng Shinta.

Kadang saat malam aku rindu untuk mengulangi lagi saat kebersamaan dengan Neng Shinta namun aku pendam saja. Dan sebagai pelampiasannya, aku terus mengintip Neng Shinta bersebadan dengan suaminya. Tampaknya Neng Shinta amat menikmati persetubuhan dengan suaminya itu. Aku jadi merasa iri.

Suatu hari suami Neng Shinta pun kembali bertugas keluar kota lagi. Tampaknya Neng Shinta biasa biasa saja. Ia tidak memberikan tanggapan apa pun saat itu. Dan malam saat suaminya tugas, aku berusaha mendatangi kamar Neng Shinta dan meminta berbicara. Neng Shinta memberiku waktu bicara dan dengan kepintaranku, malam itupun akhirnya aku pun kembali dapat menikmati kehangatan tubuhnya di kamarnya. Neng Shinta pun semakin larut olehku. Ini terlihat saat suatu malam tanpa aku duga ia mendatangi kamarku dan kami pun bersetubuh di kamarku hingga beberapa kali malam itu.

Sampai saat ini pun di saat suaminya tidak ada di rumah, aku selalu memberinya kenikmatan ragawi yang mungkin tidak ia dapati dari suaminya. Aku pun setelah menikmati kemulusan dan kehangatan tubuh Neng Shinta, punya keinginan untuk dapat merasakan kehangatan tubuh saudaranya Neng Siska.

*****

Itulah pembaca, sekelumit cerita yang dialami salah satu pembacaku. Aku sangat senang bisa membantu para pembaca yang mempunyai pengalaman menarik namun sulit untuk menuangkannya agar dapat berbagi dengan pembaca lain. Kalau ada pembaca yang mempunyai kisah unik dan merasa kesulitan, kirim saja ke emailku. Aku dengan segala senang hati akan membantu menuliskannya untuk anda.

Seri bagian : 

  • Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 1
  • Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 2

Cerita Dewasa | 6 Jam Di Kota Bogor

$
0
0

Awalnya begini, waktu itu sekitar bulan Februari 2000, saya ingin mengunjungi teman lama saya di Bogor dengan kendaraan umum, saya sampai di kota yang menurut saya banyak menyimpan kenangan di masa lalu, sebab saya pernah merasakan kesegaran udara kota ini sekian tahun yang lalu. Oh ya, saya sekarang berumur 33 tahun, umur yang hampir matang dan saya pernah mengenyam pendidikan di kota ini selama

Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 2 bawel.cerewet.info/

$
0
0

Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 2 – Tiba-tiba saat mereka sarapan itu aku dipanggil. Suaminya bilang padaku bahwa ia akan tugas keluar kota mungkin selama 2 minggu karena ada masalah di kantornya. Suaminya titip padaku untuk menjaga rumah dan istrinya padaku. Dengan patuh aku sanggupi permintaan suaminya itu. Dan sejak saat itu pun aku semakin bertambah tugas dengan memastikan keadaan majikan putri itu.

Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 2
Cerita HOT

Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 2 – Beberapa hari ini aku jadi kehilangan kesempatan untuk melihat aktifitas kamar majikan putri itu. Aku jadi susah tidur, padahal aku setiap hari sebelumnya selalu melihat aktifitas di kamar itu dan sempat bermasturbasi barulah aku tertidur. Memang aku akui di usiaku yang tidak muda lagi ini libidoku sering timbul. Namun kepada siapa aku akan menyalurkannya, sedang istriku di Sumatera bersama anakku.

Untuk memenuhi hasrat libidoku, pada malam yang dingin itu aku mengintip majikanku itu di kamarnya. Rupanya ia masih belum tidur dan hanya berbaring di ranjang. Tampaknya ia sedang merindukan belaian dari suaminya. Namun karena suaminya sedang tidak tidak ada ia menjadi kelihatan gelisah di tempat tidurnya. Aku memperhatikan Neng Shinta selalu menggeser geserkan guling di ranjangnya yang luas itu ke arah kemaluannya.

Aku tahu saat itu Neng Shinta ingin kehangatan. Apalagi hawa dingin AC di kamarnya membuatnya tampak kehausan. Tak lama kemudian kulihat tangan Neng Shinta mulai meraba-raba bagian selangkangannya dari luar gaun tidurnya yang sudah mulai awut-awutan dan menyingkapkan pahanya yang mulus. Aku jadi terangsang dan ingin melihat terus apa yang hendak dilakukannya.

Saat sedang asyik-asyiknya memperhatikan tingkah laku anak perempuan majikanku itu aku dikejutkan oleh suara benda terjatuh dan ada bunyi ‘krasak kresek’. Aku yang saat itu berada dalam kegelapan dapat dengan leluasa mengintai ke arah datangnya suara itu. Ohh.. Alangkah kagetnya aku. Aku melihat ada 3 orang yang mengendap endap akan masuk ke rumah ini. Mereka telah melompati pintu pagar dan sedang berjalan ke arah rumah.

Sebagai seorang bekas tentara yang telah banyak pengalaman di medan perang, aku lalu menuju arah suara itu dan dengan samuraiku aku bacok si penjahat itu tanpa tanya lagi. Mereka meringis kesakitan dan minta ampun padaku. Mereka akhirnya lari dan berusaha menghindar dari kejaran masyarakat yang tahu akan tindakan mereka. Malam itu akhirnya rumah majikanku ini selamat dari upaya pencurian dan perampokan. Majikanku Shinta akhirnya terbangun dan keluar rumah menemuiku. Aku pun menerangkan kejadian yang sesungguhnya dengan lengkap. Ia pun akhirnya berterima kasih dan minta aku untuk menyelesaikan masalah itu dengan aparat terkait malam itu.

Setelah memberikan laporan secukupnya, malam itu pun aku pulang ke rumah dan disambut majikanku Neng Shinta, yang saat itu mengenakan baju kimono tidur. Ia amat mengkhawatirkan keadaanku malam itu. Iapun telah sempat menelepon suami dan kedua orang tuanya. Dan akupun lalu ditelepon suami dan kedua orangtua Shinta agar bisa menjaga Shinta dengan hati hati. Sempat aku lihat wajah kecemasan di rona muka Shinta malam itu. Wajahnya yang putih bersih itu terlihat takjub dan khawatir, namun dengan lambat aku terangkan kepadanya supaya jangan cemas seperti itu.

Malam itu pun lalu kami tidak tidur dan hanya berbicara saja di ruang tamu rumah besar itu. Neng Shinta kelihatan masih shock atas kejadian itu dan akupun tidak sampai hati meninggalkannya sendirian di ruang tamu malam itu. Aku menemaninya dan sesekali mataku yang nakal mencuri-curi pandang ke arah sekujur tubuhnya yang terbalut kimono tidur saat itu. Mata nakalku sempat memperhatikan gundukan bukit dadanya yang sekal dan berukuran 34B hingga amat menggodaku. Aku tahu nomor itu karena saat mencuci dan menjemur aku sempat melihatnya dengan seksama jenis dan wangi celana dalam Neng Shinta.

“Neng.. Sudah malam tidur aja dulu.. Biar Mamang jaga di sini” kuanjurkan Neng Shinta agar segera tidur karena waktu sudah hampir pukul 2 pagi.
“Ahh.. Enggak Mang.. Shinta masih takut dengan kejadian tadi! Mamang mau kan jagain Shinta di kamar” pinta Neng Shinta dengan wajah yang masih nampak pucat.
“Wahh.. Mamang enggak berani lancang neng..” aku terkejut dan spontan menolak karena enggak enak harus masuk kamar majikanku ini.
“Enggak apa-apa kok Mang.. Soalnya aku takut sendirian..” katanya memelas.

Aku jadi tidak tega melihatnya. Entah kenapa malam itupun aku diajaknya ke kamarnya untuk sekedar berbincang bincang. Katanya ia masih takut dan trauma. Jika saja ada suaminya ia mungkin tidak akan mengizinkan aku ke kamarnya. Namun hal tabu yang slalu aku jaga slama ini malam itu luntur. Aku masuk ke kamarnya yang dingin dan harum semerbak itu sekedar hanya untuk menemani anak majikanku itu. Sebagai laki-laki aku telah memasuki wilayah pribadi putri majikanku itu.

Dengan sedikit berdebar aku mengikuti Neng Shinta masuk ke kamarnya dan duduk di kursi yang ada di kamar Neng Shinta. Niat isengku mulai timbul saat kulirik tubuh Neng Shinta yang sintal terbaring indah di tempat tidurnya. Dengan sedikit kurang ajar aku mulai berusaha mempengaruhi jiwa dan mental putri majikanku itu dengan cerita cerita seram tentang perampokan dan horor. Sebagai wanita yang hanya seorang diri malam itu tentunya ia merasa takut dan amat membutuhkan bantuanku. Neng Shinta tidak jadi tidur dan semakin merasa ketakutan. Ia memintaku menemaninya duduk di atas tempat tidurnya. Inilah saatnya insting kelelakianku bermain.

Dengan tambahan cerita seram akhirnya dengan tanpa paksaan Neng Shinta aku raih dan kupeluk malam itu di kamarnya. Ia yang menganggapku sebagai orangtuanya hanya mandah saja saat tubuhnya kudekap di atas tempat tidurnya. Aku yang sudah banyak makan asam-garam sebagai laki-laki tidak terlalu sulit untuk menundukkannya. Dengan terus menceritakan hal-hal seram, tanganku mulai mengelus lengan Neng Shinta. Aku tahu Neng Shinta sudah mulai tunduk dan takluk padaku. Hal ini kuketahui dari berdirinya bulu-bulu lembut di lengannya saat kuraba. Nafas Neng Shinta pun mulai memburu.

Aku mulai memberanikan diri mencium leher bagian belakang telinga Neng Shinta. Tubuhnya mulai sedikit bergetar atas ciuman dan rangsangan di wilayah peka tubuhnya yang mulus itu. Aku tahu saat itu Neng Shinta sedang membutuhkan belaian laki laki. Namun Neng Shinta memang wanita dan seorang istri yang baik. Ia tidak begitu saja larut akan alunan gairah yang aku pancarkan saat itu. Ia berusaha menolakku dan melepaskan pelukanku. Namun malam itu apalah daya seorang wanita seperti Neng Shinta dibandingkan aku yang bekas prajurit dan memiliki pengalaman yang lumayan di saat perang.

Aku tak mau mangsa yang sudah di depan mata terlepas begitu saja. Aku harus menuntaskannya. Karena kalau tidak maka habislah riwayatku. Aku harus mampu menundukannya. Neng Shinta yang menggeliat berusaha melepaskan pelukanku, semakin kupeluk erat. Tanganku semakin berani mengelusnya. Kali ini tanganku mengelus perutnya tepat di atas selangkangannya. Mulutku yang sedang menciumi bagian belakang telinganya semakin liar bergerak turun ke lehernya. Bulu kuduknya telah berdiri semua. Tubuhnya semakin menggelinjang dalam pelukanku. Lalu dengan sedikit paksaan, kurebahkan tubuh Neng Shinta dan mulai kutindih dan kucumbu.

Tubuhku yang menindih tubuh Neng Shinta segera menekan bagian selangkangannya. Kedua kakinya kupentangkan lebar-lebar sehingga aku semakin leluasa menempatkan tubuhku di antara kedua pahanya. Batang kemaluanku yang sudah mulai mengeras menempel ketat ke selangkangan Neng Shinta yang hangat itu. Aku yang sudah sangat lama tidak melakukan hubungan badan semakin tak terkendali. Mulutku dengan rakus segera menyerbu gundukan bukit payudara Neng Shinta dari luar kimono tidurnya. Puting payudaranya yang mulai mengeras di balik beha-nya segera saja menjadi santapan mulutku yang rakus.

“Ohh.. Mmaangg.. Jangg.. Annhh” Neng Shinta merintih memohon agar aku menghentikan gerakanku. Namun aku yang sudah kesetanan tak mau berhenti begitu saja. Tanganku yang liar segera bergerak ke bawah dan menyingkap kimononya dan mengusap-usap pahanya bagian dalam yang sangat mulus. Tanganku terus merayap ke atas dan akhirnya mulai mengelus-elus gundukan di balik celana dalam Neng Shinta yang sudah mulai basah. Aku tahu Neng Shinta sudah mulai terangsang. Walaupun mulutnya bilang jangan, namun aku tahu ia tak mungkin dapat menghentikanku.

Tanganku segera menyusup ke balik celana dalamnya yang tipis dan mulai meraba rambut di selangkangan Neng Shinta. Tanganku segera menyentuh cairan lendir hangat yang mulai membasahi selangkangannya. Aku yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini segera saja mencari-cari tonjolan di sela-sela lubang kemaluan Neng Shinta. Karena disitulah titik kelemahan wanita. Jari tanganku segera mempermainkan tonjolan daging kecil di celah lubang kemaluan Neng Shinta yang sudah sangat licin dan basah. Mulut Neng Shinta tidak lagi menolakku.

Tubuh Neng Shinta semakin bergetar saat jariku yang lincah bergerak memutar-mutar di atas tonjolan daging di sela-sela lubang kemaluannya. Napas Neng Shinta semakin megap-megap. Pantatnya mulai terangkat sehingga bukit kemaluannya semakin ketat menempel batang kemaluanku yang semakin mengeras. Tak berapa lama kemudian Neng Shinta merintih panjang. Tubuhnya berkelojotan di bawah tindihanku. Aku tahu Neng Shinta sudah orgasme atas permainan jari-jariku yang sudah berpengalaman. Namun aku terus saja meneruskan permainan ini. Tanganku tetap meremas dan meraba bukit kemaluannya selama beberapa saat.

Kemudian tanpa perlawanan berarti dari Neng Shinta aku berhasil membuka seluruh kain penutup tubuhnya hingga Neng Shinta telanjang bulat dalam pelukanku. Pemandangan yang sangat indah segera terpampang di depan mataku. Tubuh Neng Shinta yang sangat mulus benar-benar membuat jakunku naik turun. Kedua belah payudaranya yang putih sangat mengkal dihiasi dua puting yang masih berwarna kemerahan sangat menggairahkan. Perutnya tampak masih sangat rata karena memang belum pernah melahirkan, jadi belum ada guratan sama sekali. Pinggulnya yang lebar sangat serasi dengan pinggangnya yang ramping. Dan yang paling membuat mataku terbelalak adalah guratan kecil berwarna merah yang melintang di tengah-tengah gundukan bukit membusung di kemaluannya yang lebat ditumbuhi rambut.

Lalu tanpa membuang waktu aku segera melepas kaus bututku dan memerosotkan celana kolorku hingga aku pun telanjang bulat. Aku segera menindihnya dan menggangkankan kedua kakinya lebar-lebar. Batang kemaluanku yang sudah mengeras menempel ketat di selangkangan Neng Shinta yang hangat. Mulutku segera menyergap kedua bukit payudaranya yang indah itu dengan rakus. Kali ini tanpa dihalangi kain beha dan kimono lagi. Lidahku segera menjilat kedua bukit payudara Neng Shinta yang putih kenyal itu bergantian. Bibirku mengulum puting payudaranya yang mencuat. Hal ini membuat mulut Neng Shinta mendesis-desis seperti orang kepedasan. Tubuhnya mulai menggelinjang hingga aku merasa betapa batang kemaluanku yang menempel ketat di selangkangannya mulai tergesek-gesek daging hangat dan licin karena sudah sangat basah.

“Amm.. punhh Maangg.. jaangg.. aannhh.. Maangg.. ouchh..” desis Neng Shinta antara menolak dan pasrah. Aku tak peduli. Dalam benakku hanya ada tekad untuk menuntaskan hasratku. Aku tak peduli apapun juga. Biarlah urusan dipikir belakangan! Yang penting tembak duluan! Ayo blehh sikaatt! Demikian setan telah menari-nari membujukku untuk menuntaskan napsuku.

Mulutku yang rakus terus menyusuri seluruh permukaan tubuh Neng Shinta. Dari kedua puting payudaranya yang semakin keras, mulutku bergeser ke samping ke arah ketiak Neng Shinta yang bersih tanpa ditumbuhi rambut satu helai pun! Rupanya ia rajin mencabuti bulu ketiaknya hingga tampak bersih. Lidahku segera menjilat-jilat ketiaknya dengan gemas. Tubuh Neng Shinta semakin menggerinjal. Desisan tak henti-hentinya keluar dari bibirnya.

Dari ketiak, mulutku terus bergeser turun menyusuri tulang rusuk Neng Shinta hingga ke pinggangnya yang putih bersih. Lidahku terusmenyapu-nyapu seluruh permukaan pinggangnya dengan diselingi sesekali menyedotnya kuat-kuat hingga tubuh Neng Shinta terhenyak. Aku semakin gemas menyedot-nyedot saat mulutku sampai ke bagian bawah perut Neng Shinta yang rata. Rambut-rambut halus nampak menumbuhi perut bagian bawah Neng Shinta yang semakin ke bawah semakin melebat. Lidahku menyapu-nyapu bagian perut di antara selangkangannya dengan pangkal pahanya. Tercium aroma khas perempuan! Sungguh sangat merangsang. Rupanya Neng Shinta sangat menjaga kebersihan kawasan pribadinya ini.

 Bersambung

  • Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 3
  • Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 1

Aku Diperkosa Tiga Orang Gadis bawel.cerewet.info/

$
0
0

Aku Diperkosa Tiga Orang Gadis

Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah kenapa aku banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Aku belum mau pacaran. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang beberapa kali ganti pacar. Tapi aku sama sekali belum punya keinginan untuk pacaran. Walau sebenarnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku.

Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu aku pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.

Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira.

Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang gadis yang langsung saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup cantik juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga memperlihatkan seluruh bahu serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan bersih celana pendek yang dikenakan membuat pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku langsung berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika dia tiba-tiba saja berpaling dan menatapku.
“Lagi ada yang ditunggu?”, tegurnya tiba-tiba.
Aku terkejut, tidak menyangka kalau gadis ini menegurku. Cepat-cepat aku menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak menduga kalau dia akan menyapaku.
“Tidak.., Eh, kamu sendiri..?”, aku balik bertanya.
“Sama, aku juga sendirian”, jawabnya singkat.

Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan hanya memiliki wajah yang cukup cantik tapi juga punya bentuk tubuh yang bisa membuat mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bulat dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa aku jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya aku tidak pernah memperhatikan wanita sampai sejauh itu.
“Jalan-jalan yuk..”, ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri.
“Kemana?”, tanyaku ikut berdiri.
“Kemana saja, dari pada bengong di sini”, sahutnya.

Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai. Bergegas aku mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja aku jadi tersentak kaget, karena tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya.

Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap.
“Eh, nama kamu siapa..?”, tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.
“Angga”, sahutku.
“Akh.., kayak nama perempuan”, celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
“Kalau aku sih biasa dipanggil Ria”, katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya.
“Nama kamu bagus”, aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.
“Eh, boleh nggak aku panggil kamu Mas Angga?, Soalnya kamu pasti lebih tua dariku”,� katanya meminta.

Aku hanya tersenyum saja. Memang kalau tidak pakai seragam Sekolah, aku kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja baru tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan aku memperkirakan kalau gadis ini pasti seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru.
“Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak..?”, ujarnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam.
“Boleh”, sahutku.

Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Ria memang pandai membuat suasana jadi akrab.

Selesai makan bubur ayam, aku dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Ria yang mengajak pulang lebih dulu.
“Mobilku di parkir disana..”, katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.
“Kamu bawa mobil..?”, tanyaku heran.
“Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum”, katanya beralasan.
“Kamu sendiri..?”
Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja.
“Ikut aku yuk..”, ajaknya langsung.

Belum juga aku menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng aku menuju ke mobilnya. Sebuah mobil starlet warna biru muda masih mulus, dan tampaknya masih cukup baru. Ria malah meminta aku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan gadis itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk singgah.

“Ayo..”, Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa laki-laki yang baru dikenalnya ke dalam kamar.
“Tunggu sebentar ya..”, kata Ria setelah membawaku ke dalam sebuah kamar.

Dan aku yakin kalau ini pasti kamar Ria. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga memiliki wajah cantik serta tubuh yang ramping, padat dan berisi.

Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga aku tidak sempat lagi menyadari.

“Aku dulu.., Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini”, kata Ria tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya.

Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Ria mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. baru kali ini aku melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga aku henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya.
“Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?”, aku membentak kaget.

Tapi tidak ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melakukan hal yang sama.

Sekujur tubuhku jadi menggeletar hebat Seperti tersengat listrik, ketika merasakan jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku di kocok-kocok dengan bergairah oleh Ria. Aku hanya bisa merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat.

Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku.

Aku benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu bernama Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melakukan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.

Saat itu juga aku langsung menyadari kalau gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melakukan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya.

Sementara itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi aku benar-benar merasakan kenikmatan yang amat sangat, baru kali ini penisku merasakan kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun merasakan kenikmatan yang sama, bahkan sesekali aku mendengar dia merintih tertahan. Ria terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi menerima kenikmatan bertubi-tubi aku berteriak tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melakukan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian aku merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya. Ria terus mengocok-ngocok penisku sampai spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang.

Tetapi Ria rupanya tidak berhenti sampai disitu, kemudian dengan cepat dia dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran sampai bersih dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini membuat penisku yang biasanya setelah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria sekarang benar-benar berhasil. Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin sempurna dan Ria kembali memasukkan batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku.

Aku merasakan agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih mampu meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan Ria tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku bisa merasakan vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga akhirnya Ria melepaskan teriakannya saat ia merasakan puncak kenikmatannya. Aku merasakan vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan aku merasakan kepala penisku seperti tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan lumayan banyak di batangan penisku..

Setelah Ria Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari langsung menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak sampai satu jam, aku digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dengan dalam keadaan tubuh polos di sekitarku, setelah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya.

Sementara aku hanya bisa merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm aku bisa melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini..?

Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan aku sehingga aku bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru membuat pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku.

Sungguh aku tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku. Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap saat mereka datang dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga aku sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam pengaruh obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi setelah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga aku tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar ini.

Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu seperti ini siapa yang suka? Berulang kali aku meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku kalau berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan kalau orang tua dan saudara-saudara serta semua temanku pasti kebingungan mencariku.

Karena sudah tiga hari aku tidak pulang akibat disekap gadis-gadis binal dan liar ini. Meskipun mereka selalu memberiku makanan yang lezat dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan aku sama sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan aku sudah pasrah. Setiap saat mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang agar aku tetap bergairah dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan aku sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.

Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, aku tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih karena belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin.

Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, karena yang datang bukan Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia langsung menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu aku sudah benar-benar lemah, sehingga tidak mampu lagi untuk bergerak. Dan orang tua ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan dia memberikan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya.
“Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan”, katanya sambil berlalu meninggalkan kamar ini.

Dan memang tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, membuat nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.
“Bapak ini siapa?”, tanyaku
“Saya pengurus rumah ini”, sahutnya.
“Lalu, ketiga gadis itu..”, tanyaku lagi.
“hh.., Mereka memang anak-anak nakal. Maafkan mereka, Nak..”, katanya dengan nada sedih.
“Bapak kenal dengan mereka?”, tanyaku.
“Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka sejak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan jadi binal seperti itu. Tapi untunglah, orang tua mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja kejadian seperti ini tidak terulang lagi”, katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih.

Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, aku minta diri untuk pulang. Dan orang tua itu mengantarku sampai di depan pintu. Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku langsung mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, aku mencoba merenungi semua yang baru saja terjadi.

Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang aku selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan aku tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan aku berharap kejadian itu tidak sampai menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.

TAMAT


Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 1

$
0
0

Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 1 – Pembaca cerita dewasa yang terhormat, kali ini aku kembali menuliskan pengalaman yang dialami salah satu pembacaku di Jakarta yang mengirimkannya melalui email ke alamatku.Kisah ini menurut penutur dialami oleh sahabatnya yang bekerja sebagai houseman atau mungkin gardener di sebuah keluarga kaya mantan pejabat di Republik ini. Biasalah namanya mantan pejabat pasti kaya! Tidak usah heran apalagi iri. Semua sudah punya rejeki sendiri-sendiri.

Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 1
 Cerita Hot

Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 1 – Kalau orang-orang seperti kita ini memang hanya ditakdirkan jadi “Balung Kere”, jadi hidupnya selalu serba susah.., iya kan? Apalagi jaman sekarang semua serba susah. Mau cari kerja susah, soalnya lagi banyak PHK! Mau piara ayam susah juga, soalnya lagi musim flu burung. Mau piara burung walet juga susah, habis banyak sekali penjarahan. Mau piara ikan juga susah, habis lagi banyak polusi kayak di Buyat Pante itu. Apalagi mau piara monyet, lebih susah lagi, soalnya monyetnya pada suka baca cerita porno, terutama di 17Tahun, Ha.. Ha.. Ha..! Monyetnya lebih suka yang porno-porno! Payah kan??

Okay pembaca, agar tidak bertele-tele segera saja kumulai kisah ini.

*****

Sebut saja namaku Hasan. Usiaku saat ini 57 tahun, pekerjaanku adalah sebagai penjaga merangkap pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga mantan pejabat sebut saja namanya Pak Broto. Aku adalah mantan tentara dengan pangkat rendahan. Aku ikut keluarga Pak Broto sudah 30 tahun. Saat itu Pak Broto masih menjadi seorang pegawai rendah di sebuah instansi pemerintah. Namun karena kepandaiannya, karir Pak Broto terus menanjak. Aku mengabdi pada keluarga ini telah cukup lama hingga keluarga ini berhasil menjadi keluarga terpandang dan terhormat di masyarakat.

Pak Broto memiliki 2 orang putri yang cantik cantik dan masing-masing telah berkeluarga, namanya Shinta dan Siska. Di usianya yang telah pensiun ini, Pak Broto menikmati sisa usianya dengan melakukan usaha perkebunan yang dimilikinya di sebuah daerah di Jawa Tengah. Pak Broto menghabiskan waktunya dengan kegiatan bisnis perkebunan teh di daerah Tawangmangu di dekat Solo sana.

Dengan kegiatan barunya ini Pak Broto lebih banyak menghabiskan waktunya bersama istrinya di perkebunan miliknya. Mereka memiliki sebuah kebun Teh yang cukup luas di sana. Dan di perkebunan mereka itu juga berdiri sebuah villa yang cukup megah. Aku sering diajak beliau kesana dahulu saat beliau masih aktif di pemerintahan.

Sejak Pak Broto pensiun, jarang sekali beliau tinggal di Jakarta. Beliau hanya sesekali datang ke Jakarta ini untuk meninjau rumahnya yang aku jaga, juga melihat cucunya dari putri pertamanya Siska. Siska tinggal dengan suaminya di daerah Kemang, sedangkan putri keduanya, Shinta menempati rumah yang aku tinggali ini bersama suaminya, Andri. Shinta belum memiliki anak, karena mereka menikah baru 6 bulan yang lalu.

Neng Shinta dan suaminya Andri sama-sama bekerja di perusahaan swasta yang berlainan, jadi pasangan suami istri ini selalu berangkat pagi dan pulang malam harinya bersama sama, sehingga rumah megah yang mereka tempati praktis dipercayakan padaku selama mereka bekerja di siang hari dan berada di bawah pengawasanku selama malam hari. Tugasku selain membersihkan rumah adalah menjaga keamanan rumah beserta isinya.

Aku telah dipercaya Pak Broto untuk menjaga rumahnya ini berikut kedua putri dan menantunya itu. Jadi secara otomatis aku pun harus menjaga majikanku Shinta yang memang menetap sama denganku. Shinta usianya baru 23 tahun. Dahulu aku sempat melihat mereka berdua lahir, jadi kedua putri mereka sudah tidak asing lagi bagiku, dan mereka pun berdua telah menganggap aku dan istriku sebagai bagian dari keluarga ini.

Dulu aku memang tinggal berdua dengan istriku di rumah ini. Namun sejak istriku ikut dengan anakku satu-satunya yang menjadi polisi dan berdinas di daerah Riau praktis hanya aku yang ikut dengan Neng Shinta. Anakku waktu sekolah dibantu oleh Pak Broto, sehingga aku sangat berhutang budi pada beliau. Anakku kebetulan telah menikah dan tugas di Riau. Aku memang sempat diajak ke Riau, namun karena aku merasa berhutang budi dan diberi tanggung jawab dan telah diamanahi Pak Broto, ajakan itu aku lewatkan saja sebab sangat sulit mencari orang yang sebaik dan sebijaksana Pak Broto. Selama itu pun aku tinggal di rumah Pak Broto bersama Shinta dan suaminya.

Semua pekerjaan rumah selalu aku selesaikan dengan baik dan lancar. Hampir semua waktuku aku habiskan untuk merawat rumah dan mobil majikanku ini. Neng Shinta pun sering memberiku uang lebih karena aku memang nggak neko neko. Shinta adalah potret wanita masa kini yang cukup cantik dan memiliki kulit yang putih bersih. Ia juga mempunyai rambut sebahu dan menurut pendapatku wajah Shinta tidak beda jauh dari artis-artis sinetron yang sering aku lihat di televisi.

Kalau tidak terlalu berlebihan, profil Neng Shinta agak-agak mirip dengan artis yang sering muncul di TV saat ramai-ramainya kampanye Pilpres kemarin yang mengiklankan mantan menteri yang desersi. Walaupun iklan itu bagiku kayaknya cukup kampungan dan menurut kesanku begitu bodoh, namun aku tak peduli.. Bagiku yang penting artis itu sangat seksi. Persis sekali dengan Neng Shinta, apalagi kalau Neng Shinta juga pakai kacamata hitam itu. Memang wajah Neng Shinta sangat cantik dan penampilannya begitu oke! Aku maklum saja, sebab bagi mereka yang memiliki uang lebih dan kehidupan yang mapan, untuk perawatan kecantikan dan penampilan amat mudah. Beda jauh dari aku yang hanya cuma seorang pembantunya.

Sebagai pembantu merangkap penjaga rumah, setiap malam aku wajib memeriksa seluruh keadaan rumah! Aku harus memastikan pintu dan jendela terkunci dengan aman dan kondisi keamanan rumah harus aman dan terkendali. Soalnya jaman sekarang lagi banyak teroris. Salah-salah nanti rumah majikanku bisa dijadikan sasaran pemboman! Kan bisa gawat.. Bisa-bisa aku kehilangan pekerjaan! Saat memeriksa kondisi rumah kadang-kadang aku melewati kamar majikanku Shinta dan suaminya.

Sering aku mendengar dengus nafas dan rintihan kenikmatan yang keluar dari mulut pasangan suami istri itu. Sebagai laki-laki aku tentu saja penasaran ingin mengintip dan mengetahui apa yang terjadi dengan pasangan itu. Untuk itu aku berniat untuk membuat celah di antara lipatan horden yang menutupi jendela kamar mereka yang sangat lebar seukuran 2 meter kali 4 meteran itu. Bagiku tidak terlalu sulit untuk membuat celah di antara lipatan kain horden itu. Karena akulah yang selalu menutup horden itu sebelum Neng Shinta dan suaminya pulang.

Siang itu aku mengakali jendela kamar Neng Shinta agar aku dapat melihat dan memperhatikan tingkah laku kedua pasangan yang berlainan jenis itu saat mereka bersenggama. Aku sangat penasaran ingin melihat mereka bercinta, karena suara yang terdengar dari luar kamar sangat menggairahkan bagi telinga tuaku. Suara rintihan Neng Shinta sangat keras terdengar seperti suara kucing betina yang sedang dientot jantannya!

Malam itu seperti saat yang kuperkirakan mereka mulai melakukan aktivitas seksual, aku segera keluar dari kamarku yang terletak di pojok belakang. Dengan langkah pelan kudekati kamar mereka dan mengambil posisi dekat jendela dimana sengaja kubuat celah pada kain hordennya. Keadaan di luar kamar yang gelap sangat membantuku dalam menuntaskan tugas pengintaianku. Kudekatkan wajahku ke kaca dan melihat ke dalam kamar yang terang dari celah yang kubuat. Benar saja pemandangan yang kulihat sangat mendebarkan darah tuaku. Sebagai pasangan muda tentu masa masa saat itu adalah masa yang penuh dengan madu kenikmatan duniawi.

Apa yang kulihat benar-benar membuat jantungku berdebar dan gairahku meningkat. Aku melihat kedua tubuh telanjang anak majikanku dan menantunya sedang bergumul di atas kasur yang empuk. Tubuh putih mulus Neng Shinta saat itu sedang menggelepar-gelepar saat lidah suaminya, Andri menyusuri setiap jengkal kulitnya. Sungguh pemandangan yang kontras! Seluruh tubuh Neng Shinta yang putih mulus tanpa cacat sangat kontras dengan warna hitam rambut yang memenuhi gundukan selangkangannya yang lebat! Ya.. Hanya daerah itulah yang tampak hitam di tubuh Neng Shinta!

Aku sangat jelas dapat melihat betapa selangkangan Neng Shinta sangat tembam dan munjung ke atas seperti setangkup bakpao namun warnanya hitam karena ditumbuhi rambut kemaluan yang lebat! Itulah mungkin bedanya dengan bakpao! Kalau bakpao warnanya putih.. Tapi selangkangan Neng Shinta penuh ditutupi rambut berwarna hitam! Namun keduanya sama-sama enak dinikmati! Yang satu bikin merem melek kekenyangan yang satunya lagi bikin merem melek karena ketagihan!

Tak lama kemudian aku melihat kedua tubuh manusia yang telanjang itu saling berdempetan menyatu. Tubuh putih mulus Neng Shinta saat itu berada di bawah tubuh suaminya yang juga tampan itu. Suaminya saat itu sedang melakukan gerakan maju mundur dan Neng Shinta tampaknya dalam keadaan kepayahan menahan bobot suaminya dan gairah nafsunya. Kedua kaki majikanku yang panjang dan putih itu berada di atas bahu suaminya. Sedang tangan suaminya saat menggenjot tubuh Shinta masih berada di dada putih itu dan meremasnya dengan kasar. Kulihat pantat Neng Shinta bergoyang dan berputar setiap kali pantat suaminya menghunjam selangkangannya. Kedua tubuh telanjang itu saling berkutat satu sama lain.

Tiba-tiba posisi menjadi terbalik. Kini tubuh Neng Shinta yang telanjang sudah berada di atas tubuh suaminya. Ia bergerak liar seperti seorang joki wanita yang sedang memacu kuda! Kedua bukit payudara itu berguncang-guncang seiring dengan gerakannya. Dengan kedua tangan bertumpu di atas dada suaminya, Neng Shinta menggerakkan pantatnya yang bulat dan mulus maju mundur. Rambutnya sudah acak-acakan karena gerakannya yang liar. Lalu kulihat tubuh telanjang Neng Shinta terhentak-hentak dan gerakannya semakin liar dan beberapa saat kemudian tubuhnya ambruk di atas dada suaminya.

Rupanya suaminya belum orgasme! Hal ini kuketahui karena setelah menggulingkan tubuh telanjang Neng Shinta, Mas Andri suaminya segera bangun dan menyeret tubuh telanjang istrinya hingga menungging di sisi tempat tidurnya. Kedua kaki Neng Shinta menjuntai ke lantai. Pantatnya yang indah semakin kelihatan jelas dari tempatku mengintip, karena posisinya membelakangiku. Aku melihat betapa gundukan bukit kemaluan Neng Shinta begitu indah saat menungging dalam posisi itu! Mas Andri segera menempatkan diri di belakang pantat Neng Shinta dan kembali mengayunkan pantatnya maju-mundur. Pandanganku kini tertutup tubuh Mas Andri.

Entah berapa lama aku tak tahu. Yang jelas saat itu kulihat Mas Andri semakin cepat mengayunkan pantatnya menghunjamkan ke arah pantat Neng Shinta. Tubuh Mas Andri meliuk-liuk dan akhirnya ambruk dan menindih tubuh Neng Shinta dengan ketat. Baru kali ini aku memperhatikan kehalusan dan mulusnya tubuh majikan putriku ini. Selama aku kerja pada orang tuanya aku tidak memperhatikan perkembangan tubuh majikan putriku itu.

Aku sempat menahan nafas saat tubuh keduanya menyatu pada bagian bawahnya juga diikuti oleh bagian atasnya. Sebagai laki-laki yang normal aku merasa terpancing birahiku saat itu. Namun apalah dayaku yang hanya seorang pembantu di keluarga ini. Aku yang sudah sangat terangsang segera meremas batang kemaluanku sendiri dan melakukan onani sambil mengintip. Setelah aku orgasme aku segera menuju kamarku sendiri dan terus tidur.

Esok paginya saat aku bangun dan beres-beres aku melihat majikan putri keluar dari kamarnya dengan wajah yang sedikit kusut dan tampak agak layu. Aku biarkan saja kejadian itu. Mungkin dia ada masalah dengan suaminya atau apalah aku tak mau tanya pada nya. Seperti biasanyapun pagi itu aku menghidangkan makanan kesukaan majikanku itu dimeja makan. Tidak lama kemudian mereka keluar kamar beiringan untuk sarapan pagi sebelum berangkat ke kantor.

 Bersambung Dengan :

  • Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 2
  • Cerita Hot 1 Hati 2 Cinta Seri 3

Cerita Dewasa | Desahan Tanteku bikin aku muncrat

$
0
0

Desahan Tanteku bikin aku muncratCerita ini berawal pada tahun 1997 dan kejadian itu terjadi di rumah istri om-ku. Om-ku itu bekerja pada bidang marketing, jadi kadang bisa meninggalkan rumah sampai satu minggu lamanya, dan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua bersama tiga anaknya yang masih kecil, mendirikan sebuah warung di depan rumah. Tanteku itu orangnya lumayan menarik dengan

Cerita Dewasa Pengalaman Pertama ABG Main Sex bawel.cerewet.info/

$
0
0

Cerita Dewasa Pengalaman Pertama ABG Main Sex – Cerita Dewasa Aku seorang gadis bersekolah di SMA, namaku Shinta. Aku anggota cheerleader PCT. Pada suatu hari, ada pertandingan basket antara anak melawan anak SMA 8 di sekolahku. u sebagai anggota tim cheerleader PCT, berpakaian minim, memberi support kepada tim sekolahku … pada tengah2 pertandingan, salah satu pemain cadangan tim SMA 8 tersenyum padaku …. dia bukannya melihat teman2nya bermain, melainkan memandangiku terus. Ketika babak pertama usai, dia datang menghampiriku, dan kami berkenalan … sebut saja namanya Indra. Setelah kami berkenalan, lalu kami bercakap2 sebentar di kantin sma.

Cerita Dewasa
Cerita Dewasa

Setelah tidak berapa lama … tiba2 dia berbisik di telingaku, katanya ,” Kamu cantik sekali deh Shinta ..” sambil matanya tertuju pada belahan dadaku … mukaku langsung merah … kaget dan dadaku berdetak kencang. Tiba2 terdengar suara “PRITTTTTTTT….!!!” tanda bahwa babak ke-2 akan dimulai … aku langsung mengajaknya balik ke lapangan.

Dalam perjalanan ke lapangan, kami melewati kelas2 kosong … tiba2 dia menarik tanganku masuk ke dalam kelas 3 Fis 1 … lalu dia langsung menutup pintu … aku langsung bertanya padanya,” ada apa indra … babak ke-2 udah mau mulai nih … kamu gak takut dicariin pelatih kamu ??”. Dia tidak membalas pertanyaanku, melainkan langsung memelukku dari belakang, dan dia berbisik lagi padaku,”Badan kamu bagus ya sekali ya Shin ..” Aaaahhhh. aku tak bisa berbuat apa2 selain berbalik badan dan menatap matanya …. dan tersenyum padanya.

Dia langsung mencium bibirku dan aku yang belum pernah berciuman dengan cowo, tidak bisa berbuat apa2 selain membiarkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Setelah kira2 5 menit bercumbu, mulai tangannya meraba dan meremas dadaku…aku pasrah saja padanya, karena terus terang aku belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini. Tangannya masuk kedalam baju cheers no.3 ku itu, dan mulai memainkan puting payudaraku, lalu dia menyingkapkan bajuku dan memeloroti rokku hingga aku tinggal mengenakan BH dan celana dalam saja.

Lalu ia membuka baju basket dan celananya, sehingga ia hanya mengenakan celana dalam saja. Tampak jelas padaku bahwa “burung”-nya sudah tegang dibaik celana dalamnya. Ia memegang tanganku dan menuntun tanganku kedalam celana dalamnya. Aku merasakan “burung”-nya yang besar dan tegang itu dan ia memintaku untuk meremas-remas burungnya itu. Ia memaksaku untuk membuka celana dalamnya, setelah aku membuka celana dalamnya, tampak jelas burungnya yang sudah ereksi … besar juga pikirku … hampir sejengkal tanganku kira2 panjangnya.

Baru sekali itu aku melihat kemaluan cowo secara langsung, biasanya aku hanya meihat dari “Blue” film saja kalau aku diajak nonton bersama teman2 dekatku. Ketika aku masih terpana melihat burungnya, dia melepas BH dan celana dalamku, tentu saja dengan sedikit bantuanku.

Setelah ia menyingkirkan pakaian dalamku, badannya yang tinggi dan atletis layaknya sebagai seorang pemain basket itu, menindih badanku diatas meja kelas dan ia mulai menjilati puting payudaraku sampai aku benar2 menggeliat keeenakan, kurasakan basah pada bibir kemaluanku, aku baru tau bahwa inilah yang akan terjadi padaku kalau aku benar2 terangsang. Lalu tangannya yang kekar itu mulai meraba bibir kemaluanku dan mulai memainkan klitorisku sambil sesekali mencubitnya. Aku yang benar2 terangsang tidak bisa berbuat apa2 selain mendesah dan menggeliat di atas meja.

Cukup lama ia memainkan tangannya pada kemaluanku, lalu ia mulai menjilati bibir bagian bawah kemaluanku dengan nafsunya, tangan kanannya masih memainkan klitorisku. Tak lama aku bertahan pada permainannya itu, kira-kira 5 menit kemudian, aku merasakan darahku naik ke ubun2 dan aku merasakan sesuatu kenikmatan yang amat sangat nikmat, badanku meregang dan aku merasakan cairan hangat mengalir dari liang kemaluanku itu, Indra tanpa ragu menjilati cairan yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan nafsunya sampai hanya air liurnya sajalah yang membasahi kemaluanku itu.

Badanku terasa lemas sekali … lalu Indra duduk di atas pinggir meja dan memandangi wajahku yang sudah basah bermandikan keringat. Ia berkata padaku sambil tersenyum,” Kamu tampak cape banget ya Shin …” Aku hanya tersenyum. Dia mengambil baju basketnya dan mengelap cucuran keringat pada wajahku, aku benar2 kagum padanya, “Baik banget nih cowo” pikirku … Seperti sudah mengerti, aku jongkok di hadapannya, lalu mulai mengelus ngelus burungnya, sambil sesekali menjilati dan menciuminya, aku juga tak tau bagaimana aku bisa bereaksi seperti itu, yang ada di pikiranku hanya membalas perbuatannya padaku, dan cara yang kulakukan ini pernah kulihat dari salah satu film yang pernah kutonton.

Indra hanya meregankan badannya ke belakang sambil mengeluarkan suara2 yang malah makin membuatku ingin memasukkan burungnya ke dalam mulutku, tak berapa lama kemudian aku memegang pangkal kemaluannya itu dan mulai mengarahkannya masuk kedalam mulutku, terasa benar ujung burungnya itu menyentuh dinding tenggorokanku ketika hampir semua bagian batang kemaluannya masuk kedalam mulutku, lalu aku mulai memainkan burungnya didalam mulutku, terasa benar kemaluanku mulai mengeluarkan cairan basah lagi tanda kalau aku sudah benar2 terangsang padanya.

Kira2 5 menit aku melakukan oral sex pada Indra, tiba2 badan Indra yang sudah basah dengan keringat itu mulai bergoyang goyang keras sambil ia berkata.” aaaaarghhh…..aku udah gak tahan lagi nih Shin.. aku mau keluarr…” aku yang tidak benar2 memerhatikan omongannya itu masih saja terus memainkan burungnya, sampai kurasakan cairan hangat kental putih dan rada asin muncrat dari lubang kemaluan Indra, aku langsung mengeluarkan burungnya itu dan seperti kesetanan, aku malah menelan cairan spermanya, dan malah menghisap burungnya sampai cairan spermanya benar2 habis.

Aku duduk sebentar di bangku kelas, dan kuperhatikan Indra yang tiduran di meja sambil mencoba memelankan irama nafasnya yang terengah-engah itu.

Aku hanya tersenyum padanya, lalu Indra bangun dan menghampiriku. Dia juga hanya tersenyum padaku. Cukup lama kami berpandangan dengan keadaan bugil dan basah berkeringat. “Kamu cantik dan baik banget ya Shin” katanya tiba2 aku hanya tertawa kecil dan mulai mencium bibirnya. Indra membalas dengan nafsu sambil memasukkan tangannya kedalam lubang kemaluanku cukup lama kami bercumbu, lalu ia berkata,” Shin boleh nggak aku emm itu” “itu apa Ndra ??” tanyaku. “Itu .. masa kamu gak tau sih ??” balasnya lagi.

Sebelum aku menjawab aku merasakan kepala batang kemaluanya sudah menyentuh bibir kemaluanku cresttt creest terasa ada yang terobek dalam kemaluanku dan sedikit darah keluar kemudian indra berkata ” shin kamu ternyata masih perawan !!!” aku hanya bisa tersenyum dan merasakan sedikit perihi kemaluanku terasa agak serat waktu setengah kemaluanya masuk ke vaginaku. digerak-gerakan perlahan batang kemaluanya yang besar tapi setelah agak lama entah mengapa rasa sakit itu hilang dan yang ada hanya ada rasa geli, enak dan nikmat ketika indra menggoyangkan badannya maju mundur pelan pelan aku tak tahan lagi seraya mendesah kecil keenakan..kemudian semakin cepat saja indra memainkan jurusnya yang maju mundur sesekali menggoyangnya kekiri kekanan.dan dipuntir- puntir putingku yang pink yang semakin membuatku menggelepar gelepar seperti ikan yang dilempar kedaratan.

Keringat sudah membasahi badan kita berdua aku sadari kalau saat itu tindakan kita berdua bisa saja dipergoki orang tapi aku rasa kemungkinanya kecil karena kelas itu agak terpencil .ahhhh ahhhh ahhh aku mendesah dengan suara kecil karena takut kedengarann orang lain ..kullihat tampang indra yang menutup matanya dan terenggah- engah nafasnya. cukup lama juga indra bermain denganku memang benar kata orang kalau atlit itu kuat dalam bersenggama ..ahhhhh awww..awwww geli dalam lubang kemaluanku tak tertahankan tiba-tiba kurasakan seuatu yang lain yang belum pernah kurasakan, cairan hangat kurasakan muncrat dari dalam vaginaku .oh itu mungkin yang kata orang orgasme pikirku..badanku terasa rileks sekali dan mengejang. ditutup mulutku oleh indrap mungkin ia takut kalu aku mendesah kekerasan.

Meja kelas yang agak tua itu bergoyang goyang karena ulah kita berdua .aku masih merasakan bagimana indra berusaha untuk mencapai puncak organsmenya iya lalu duduk di bangku dan menyuruhku untuk duduk di kemaluan nya .aku menurut saja dan pelan-pelan aku duduk di kemaluannya . Indra memegang pinggulku dan menaik turunkan diriku .aku merasakan belum pernah aku merasakan kenikmatan yg seperti ini .aku mendesah desah dan indra semakin semangat menaik turunkan diriku .lalu badan indra mengejang dan berkata,”shin aku mau keluarrrrrr ” sekarang malah giliranku yg semangat memacu gerakan tubuhku agar indra bisa juga mencapai klimaks nya .tapi lama indra mengeluarkan burungnyna dan terdengar ia mendesah panjang, “Ahhhhhh shin ..aku keluar .ku liat air maninya kececeran di lantai dan sebagian ada yg ke meja .lalu kami berdua duduk lemas dengan saling berpandangan. ia berkata, “kamu nyesel yah shin?” aku menggeleng sambil berkata, “ngak koq ndra .sekalian buat pengalaman bagiku .”

Aku teringat kalo orang orang di luar kelas sangat banyak yg menonton pertandingan lalu aku buru buru mengenakan pakaianku dan menyuruh indra juga untuk memasang pakainnya .sebelum keluar iya bertanya padaku, “shin kapan kita bisa ‘begituan’ lagi? Dan aku menjawab terserah kamu ndra .tapi nanti setelah pertandingan selesai kamu tunggu aku yah di pintu gerbang lalu nanti kita jalan jalan..” Ia tersenyum dan mengangguk lalu kami berdua keluar kelas dan sengaja berpisah ..

Begitulah pengalamanku, tak kusadarai ternyata melakukan hubungan seks itu sangatlah nikmat dan aku berniat untuk merasakannya lagi..

Mbak Ira, Suster Cantikku bawel.cerewet.info/

$
0
0

Mbak Ira, Suster Cantikku

Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana saat itu saya sedang dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Saya masih duduk di kelas 2 SMA pada saat itu. Dan dalam urusan asmara, khususnya “bercinta” saya sama sekali belum memiliki pengalaman berarti. Saya tidak tahu bagaimana memulai cerita ini, karena semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini adalah awal dari semua pengalaman asmaraku sampai dengan saat ini.

Sebut saja nama wanita itu Ira, karena jujur saja saya tidak tahu siapa namanya. Ira adalah seorang suster rumah sakit dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa hari. Selama itu juga Ira setiap saat selalu melayani dan merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.

Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan. Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.

Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Ira yang kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke kamarku.
“Ada apa Dik?” tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.
Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan menggiurkan.
“Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari ini mbak?”, tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.
Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.
“Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang Dik. Mbak musti tanya dulu sama Pak dokter apa adik sudah boleh dimandiin apa belum”, jelasnya ramah.

Mendengar kalimatnya untuk “memandikan”, saya merasa darahku seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau memandikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien rumah sakit yang tipis itu.
“Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih, pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi”.
Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku dengan selimut.
“Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem kok”, elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis itu.
“Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa lengket Mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban Mbak kerja disini. Tapi Mbak bener-bener ngga berani kalau Pak dokter belum mengijinkannya”, lanjut Mbak Ira lagi seolah memancing gairahku.
“Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu Mbak ngga boleh sembarangan ambil keputusa” jawabku serius, saya tidak mau terlihat “nakal” dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum pengalaman dalam soal memikat wanita.

Suster Ira masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja disamping tempat tidurku.
“Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa lengket”, lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan melumuri telapak tangannya dengan bedak.
Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.

Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat. Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.

Beberapa saat kemudian Mbak Ira menyuruhku membalikkan badan. Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali melihat kontolku yang ereksi.
“Iya Mbak..”, jawabku sambil berusaha menenangkan diri, sayapun membalikkan tubuhku.
Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku dengan memejamkan mata.
Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku.
“Ahh, geli dan enak banget”, pikirku.
“Wah, kok jadi keras ya? he he he”, saya kaget mendengar ucapannya ini.
“Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?”

Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku. Saya cuma tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Ira semakin berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku.
“Ahh, geli Mbak. Jangan digituin”, kataku menahan malu.
“Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini”, lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya.
Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu sisi saya ingin terus di”kerjain” oleh Mbak Ira, satu sisi saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk.

“Dik Iwan sudah punya pacar?”, tanya Mbak Ira kepadaku.
“Belum Mbak”, jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan berbicara.
“Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?”, tanyanya lagi.
“Belum mbak” jawabku lagi.
“hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih”, lanjutnya centil.
Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak olehnya. Memangnya “main” apaan yang saya pikirkan barusan. Pasti dia berpikir saya benar-benar “nakal” pikirku saat itu.
“Pantes deh, de Iwan dari tadi Mbak perhatiin ngaceng terus, Dik Iwan mau main-main sama Mbak ya?
Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong. Belum sempat saya menjawab, Mbak Ira sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya.
“Ahh, geli Mbak”m rintihku keenakan.

Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya. Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.
“Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa gawat”, katanya.
Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar.

Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya, digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan wanita, namun Mbak Ira benar-benar pintar membimbingku. Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya.
“Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih”, desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya.

Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua tangannya.
“Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh.. ahh..”, desahku menahan agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.
Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri. Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali. Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.

Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki.
“Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget”, desahnya keras.
Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan keras juga.
“Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin banget”, pintaku karena memang sudah dari tadi saya mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film BF yang biasa kutonton.
“Ih.. kamu nakal yah”, jawabnya sambil tersenyum.
Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya.

Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.
“Ahh.. ahh..”, saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari jepitan bibirnya yang manis itu.
Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.
Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera “keluar”, Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali.
“AHH.. AHH.. Ahh.. ahh”, teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut Mbak Ira.

Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis Mbak Ira. Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet sambil memandang aktifitas “panas” yang dilakukan Mbak Ira. Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda.

Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol sendiri, Mbak Ira tampak semakin terangsang juga.
Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih mengeras dan terlihat makin mancung itu.
“Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..”, canda Mbak Ira sambil mendekati diriku.
Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah Mbak Ira, kini kembali basah. Saya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya.
“Ngga usah, biar cukup Mbak aja yang puasin kamu.. hehehe”, agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.
Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.

Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik “bermain” di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak Ira sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia juga sambil memainkan memeknya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.
Dia merintih, “Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau keluar”, teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.
“Sini mbak, saya mau menjilatnya”, jawabku spontan, karena teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.
Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke arah mulutku.
“Nih.. cepet hisap Wan, hisap..”, desahnya seolah memelas.

Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.
“Ahh.. ahh..”, desah Mbak Ira disaat terakhir berbarengan dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu.
Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke tujuh.

Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja.

Mbak Ira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan Mbak Ira selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek.

Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Ira masih kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa “horny” menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Ira. Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Ira, benar-benar fantastis menurutku..

Sampai jumpa di kisah yang lain

Ngewek Dengan Anak SMU Hot Bangat

$
0
0

Ngewek Dengan Anak SMU Hot Bangat – Cerita Seks Ngawek Hot Bangat yang akan kuceritakan di Bergairah.org ini adalah pengalamanku ngentot cewek sma bispak tapi aku akui toketnya gede banget dan amoi banget memeknya. Berawal dari aku yang dapat tender gede, aku dan temanku akhirnya ingin sedikit bersenang-senang dan mencoba fantasi seks baru dengan cewek-cewek abg belia.

Ngewek Dengan Anak SMU Hot Bangat

Ngewek Dengan Anak SMU Hot Bangat – Akhirnya setelah tanya kesana kemari, ketemu juga dengan yang namanya Novi dan Lisa. 2 cewek ini masih sma kelas 3, tapi mereka sangat liar sekali. Baru kelas 3 sma aja udah jadi lonte perek dan cewek bispak. Apalagi nanti kalo dah gede ya ? memeknya soak kali ye 😛 . Ahh tapi saya ga pernah mikirin itu, yang penting memeknya bisa digoyang saat ini dan bisa muasin kontol saya. Udah itu aja yang penting. Untuk urusan lainnya bukan urusan saya :) .

Aku segera mengambil HP-ku dan menelpon Andi, temanku itu.

“Di.., OK deh gue jemput lu ya besok.. Mumpung cewek gue sedang nggak ada”
“Gitu donk.. Bebas ni ye.. Emangnya satpam lu kemana?”
“Ke Surabaya.. Ada saudaranya kawinan”
“Besok jangan kesiangan ya datangnya.. Jam 11-an deh”
“OK”

Setelah itu kunyalakan sebatang rokok, dan kuteruskan pekerjaanku.

*****

Pagi itu, aku berangkat ke Bogor. Dalam perjalanan, aku mampir ke tempat salah satu klienku di daerah Tebet, untuk mengambil pembayaran proyek yang telah kuselesaikan. Setelah mengambil cek pembayaran, segera aku menuju tol Jagorawi. Sialnya ban mobilku sempat kempes, untungnya hal itu terjadi sebelum aku masuk jalan tol. Akibatnya, sekalipun aku telah memacu mobilku, baru sekitar jam 12.30 aku sampai di rumah Andi.

“Sialan lu.. Gue udah tunggu-tunggu dari tadi, baru dateng”. Andi berkata sedikit kesal ketika membuka pintu rumahnya.
“Sorry.. Gue perlu ke klien dulu.. Udah gitu tadi bannya kempes, mesti ganti ban dulu di tengah jalan”
“Anterin gue tambal ban dulu yuk.. Baru kita cabut” sambungku lagi.
“Bentar.. Gue ganti dulu ya”. Andi pun kemudian ngeloyor pergi ke kamarnya.

Sambil menunggu, aku membaca koran di ruang tamu. Tak lama Siska, adik Andi, datang membawa minuman.

“Kok udah lama nggak mampir Mas?”
“Iya Sis, habis sibuk.. Mesti cari duit nih” jawabku.
“Mentang-mentang udah jadi pengusaha.. Sombong ya” godanya sambil tertawa kecil. Siska ini memang cukup akrab denganku. Anaknya memang ramah dan menyenangkan. Kami pun bersenda gurau sambil menunggu kakaknya yang sedang bersiap.

Setelah Andi muncul, kami segera berangkat menuju tukang tambal ban terdekat. Setelah beres, aku membawa mobilku menuju sebuah bank swasta untuk mencairkan cek dari klienku. Antrian lumayan panjang hari itu, akibatnya cukup lama juga kami menghabiskan waktu di sana.

Saat keluar dari bank tersebut, jam telah menunjukkan pukul 14.00 siang, sehingga aku mengajak Andi mampir ke sebuah restoran fast food untuk makan siang. Di restoran itu, kami bertemu dengan dua gadis ABG cantik yang masih berseragam SMA. Yang seorang berambut pendek, dengan wajah yang manis. Tubuhnya tinggi langsing, dengan kulit agak hitam, tetapi bersih. Sedangkan yang satu berwajah cantik, berkulit putih dan berambut panjang. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tetapi yang paling menarik perhatian adalah tubuhnya yang padat. Payudaranya tampak besar menerawang di balik seragam sekolahnya. Kami tersenyum pada mereka dan mereka pun membalas dengan genit.

“Wan.. Kita ajak mereka yuk..” kata Andi.
“Boleh aja kalau mereka mau” jawabku.
“Tapi lu yang traktir ya bos.., kan baru ngambil duit nih”
“Beres deh”

Andi pun kemudian menghampiri mereka dan mengajak berkenalan. Memang Andi ini pemberani sekali dalam hal begini. Dia memang terkenal playboy, punya banyak cewek. Hal itu didukung dengan perawakannya yang lumayan ganteng.

“Lisa..” kata gadis berambut pendek itu saat mengenalkan dirinya.
“Ini temannya siapa namanya” tanyaku sambil menatap gadis seksi temannya.
“Novi” kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya. Langsung kusambut jabatan tangannya yang halus itu.

Aku dan Andi lalu pindah ke meja mereka. Kami berempat berbincang-bincang sambil menikmati hidangan masing-masing. Ketika diajak, mereka setuju untuk jalan-jalan bersama ke Puncak. Setelah selesai makan, waktu berjalan menuju mobil, kulihat payudara Novi tampak sedikit bergoyang-goyang saat dia berjalan. Ingin rasanya kulumat habis payudara gadis belia itu.

*****

Setelah berjalan-jalan di Puncak menikmati pemandangan, kami pun cek in di sebuah motel di sana.

“Lu kan yang traktir Wan.. Lu pilih yang mana?” bisik Andi saat kami sedang mengurus cek-in. Memang sebelumnya aku yang janji akan traktir, karena aku baru saja menerima pembayaran dari salah satu proyekku.
“Novi” jawabku pendek.
“Hehe.. Lu nafsu liat bodynya ya?” bisik Andi lagi sambil tertawa kecil. Setelah itu, kamipun segera cek-in. Kugandeng tangan Novi, sedangkan Andi tampak merangkul bahu Lisa menuju kamar.

Setelah kukunci pintu kamar, tak sabar langsung kudekap tubuh Novi. Langsung kucium bibirnya dengan penuh gairah. Tanganku dengan gemas meremas gundukan payudaranya. Setelah puas menciumi bibirnya, kuciumi lehernya, dan kemudian segera kubuka kancing baju seragamnya.

“Iih Mas.. Udah nggak sabar pengin nyusu ya?” godanya.

Tak kuhiraukan perkataannya, langsung kuangkat cup BH-nya yang tampak kekecilan untuk menampung payudaranya yang besar itu. Langsung kuhisap dengan gemas daging kenyal milik Novi, gadis SMA cantik ini.

“Ahh.. Ahh” erangnya ketika puting payudaranya yang telah mengeras kujilati dan kuhisap. Tangan Novi mengangkat payudaranya, sambil tangannya yang lain menekan kepalaku ke dadanya.
“Enak Mas.. Ahh” erangnya lebih lanjut saat mulutku dengan ganas menikmati payudara yang sangat menggoda nafsu birahiku.
“Jilati putingnya Mas..” pintanya. Erangannya semakin menjadi dan tangannya menjambak rambutku ketika kuturuti permintaannya dengan senang hati.

Puas menikmati payudara gadis belia ini, kembali kuciumi wajahnya yang cantik. Lalu kutekan bahunya, dan diapun mengerti apa yang aku mau. Dengan berjongkok di depanku, dibukanya restleting celanaku. Tak sabar, kubantu dia membuka seluruh pakaianku.

“Ih.. Mas, gede banget..” desahnya lirih ketika penisku mengacung tegak di depan wajahnya yang cantik. Dielusnya perlahan batang kemaluanku itu.
“Memang kamu belum pernah liat yang besar begini?”
“Belum Mas.. Punya cowok Novi nggak sebesar ini.” jawabnya. Tampak matanya menatap gemas ke arah kemaluanku.
“Arghh.. Enak Nov..” erangku ketika Novi mulai mengulum kepala penisku.

Dijilatinya lubang kencingku, dan kemudian dikulumnya penisku dengan bernafsu. Sementara itu tangannya yang halus mengocok batang penisku. Sesekali diremasnya perlahan buah zakarku. Rasa nikmat yang tiada tara menghinggapi tubuhku, ketika gadis cantik ini memompa penisku dengan mulutnya. Kulihat kepalanya maju mundur menghisapi batang kejantananku. Kuusap-usap rambutnya dengan gemas. Karena capai berdiri, akupun pindah duduk di kursi. Novi kemudian berjongkok di depanku.

“Novi isap lagi ya Mas.. Novi belum puas..” katanya lirih.

Kembali mulut gadis belia ini menghisapi penisku. Sambil mengelus-elus rambutnya, kuperhatikan kemaluanku menyesaki mulutnya yang mungil. Ruangan segera dipenuhi oleh eranganku, juga gumaman nikmat Novi saat menghisapi kejantananku. Saat kepalanya maju mundur, payudaranya pun bergoyang-goyang menggoda. Kuremas dengan gemas bongkahan daging kenyal itu.

“Nov.., jepit pakai susumu Nov..” pintaku.

Novi langsung meletakkan penisku di belahan payudaranya, dan kemudian kupompa penisku. Sementara itu tangan Novi menjepitkan payudaranya yang besar, sehingga gesekan daging payudaranya memberikan rasa nikmat luar biasa pada penisku.

“Yes.. Yes..” akupun tak kuasa menahan rasa nikmatku. Setelah beberapa lama, kusodorkan kembali penisku ke mulutnya, yang disambutnya dengan penuh nafsu.

Setelah puas menikmati mulut dan payudara gadis SMA ini, kuminta dia untuk bangkit berdiri. Kuciumi lagi bibirnya dan kuremas-remas rambutnya dengan gemas. Tanganku melepas restleting rok seragam abu-abunya, kemudian kuusap-usap vaginanya yang mulai mengeluarkan cairan membasahi celana dalamnya. Kusibak sedikit celana dalam itu dan kuusap-usap bibir vagina dan klitorisnya. Tubuh Novi menggelinjang di dalam dekapanku. Erangannya semakin menjadi.

Aku sudah ingin menyetubuhi gadis muda ini. Kubalikkan badannya dan kuminta dia menungging bertumpu di meja rias. Kubuka celana dalamnya sehingga dia hanya tinggal mengenakan baju seragamnya yang kancingnya telah terbuka.

“Ahh..” jeritnya panjang ketika penisku mulai menerobos vaginanya yang sempit.
“Gila.. Memekmu enak banget Nov..” kataku ketika merasakan jepitan dinding vagina Novi.

Langsung kupompa penisku di dalam vagina gadis cantik itu. Sementara itu, tanganku memegang pinggulnya, terkadang meremas pantatnya yang membulat. Novi pun menjerit-jerit nikmat saat tubuh belianya kusetubuhi dengan gaya doggy-style. Kulihat di kaca meja rias, wajah Novi tampak begitu merangsang. Wajah cantik gadis belia yang sedang menikmati persetubuhan. Payudaranya pun tampak bergoyang-goyang menggemaskan di balik baju seragamnya yang terbuka.

Bosan dengan posisi ini, aku kembali duduk di kursi. Novi lalu duduk membelakangiku dan mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Kusibakkan rambutnya yang panjang indah itu dan kuciumi lehernya yang putih mulus. Sementara itu tubuh Novi bergerak naik turun menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan sibuk meremas payudaranya.

“Ahh.. Ahh.. Ahh..” erang Novi seirama dengan goyangan badannya di atas tubuhku. Terkadang erangan itu terhenti saat kusodorkan jemariku untuk dihisapnya.

Beberapa saat kemudian, kuhentikan goyangan badannya dan kucondongkan tubuhnya agak ke belakang, sehingga aku dapat menghisapi payudaranya. Memang enak sekali menikmati payudara kenyal gadis cantik ini. Dengan gemas kulahap bukit kembarnya dan sesekali kujilati puting payudara yang berwarna merah muda. Erangan Novi semakin keras terdengar, membuat aku menjadi semakin bergairah. Setelah selesai aku menikmati payudara ranumnya, kembali tubuh belia Novi mencari pelepasan gairah mudanya dengan memompa penisku naik turun dengan liar. Tak kusangka seorang gadis SMA dapat begini binal dalam bermain seks.

Cukup lama aku menikmati persetubuhan dengan gadis cantik ini di atas kursi. Lalu kuminta dia berdiri, dan kembali kami berciuman. Kubuka baju seragam sekolah berikut BH-nya sehingga sekarang kami berdua telah telanjang bulat. Kembali dengan gemas kuremas dan kuhisap payudara gadis 17 tahunan itu. Aku ingin segera menuntaskan permainan ini. Lalu kutuntun dia untuk merebahkan diri di atas ranjang. Aku pun kemudian mengarahkan penisku kembali ke dalam vaginanya.

“Ahh..” erang Novi kembali ketika penisku kembali menyesaki liang kewanitaannya.

Langsung kupompa dengan ganas tubuh anak sekolah ini. Erangan nikmat kami berdua memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Kulihat Novi yang cantik menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri menahan nikmat. Tangannya meremas-remas sprei ranjang.

“Mas.. Novi hampir sampai Mas.. Terus.. Ahh.. Ahh” jeritnya sambil tubuhnya mengejang dalam dekapanku.

Tampak dia telah mencapai orgasmenya. Kuhentikan pompaanku, dan tubuhnya pun kemudian lunglai di atas ranjang. Kuperhatikan butir keringat mengalir di wajahnya nan ayu. Payudaranya naik turun seirama dengan helaan nafasnya. Payudara belia yang indah, besar, kenyal, dan padat. Mulutku pun dengan gemas kembali menikmati payudara itu dengan bernafsu.

Setelah itu, kucabut penisku dan kembali kujepitkan di payudaranya. Kali ini aku yang menjepitkan daging payudaranya pada penisku. Novi masih tampak terkulai lemas. Lalu kupompa kembali penisku dalam belahan payudara gadis ini. Jepitan daging kenyal itu membuatku tak dapat bertahan begitu lama. Tak lama aku pun menyemburkan spermaku di atas payudara gadis SMA yang seksi ini.

*****

Kami akhirnya menginap di motel tersebut. Selama di sana, aku sangat puas menikmati tubuh sintal Novi. Berulang kali aku menyetubuhinya, baik di atas ranjang, di meja rias, di kursi, ataupun di kamar mandi sambil berendam di bathtub. Sebenarnya ingin aku menginap lebih lama lagi, tetapi hari Senin itu aku harus menemui klienku di pagi hari, sementara ada bahan yang masih perlu dipersiapkan.

Hari Minggu malam, kami pun kembali ke Bogor. Kali ini ganti Andi yang menyetir mobilku. Lisa duduk di kursi penumpang di depan, sedangkan Novi dan aku duduk di belakang. Dalam perjalanan, melihat Novi yang cantik duduk di sebelahku, dengan rok mini yang memamerkan paha mulusnya, membuatku kembali bergairah. Akupun mulai menciuminya sambil tanganku mengusap-usap pahanya. Kusibakkan celana dalamnya, dan kumainkan vaginanya dengan jemariku.

“Ehmm..” erangnya saat klitorisnya kuusap-usap dengan gemas.

Erangannya terhenti karena mulutnya langsung kucium dengan penuh gairah. Tanganku lalu membuka baju seragam sekolahnya. Kuturunkan cup BH-nya sehingga payudaranya yang besar itu segera mencuat keluar menantang.

“Suka banget sih Mas.. Nyusuin Novi” ucapnya lirih.
“Iya habis susu kamu bagus banget” bisikku.

Desah Novi kembali terdengar ketika lidahku mulai menari di atas puting payudaranya yang sudah menonjol keras. Kuhisap dengan gemas gunung kembar gadis cantik ini hingga membuat tubuhnya menggelinjang nikmat.

“Gantian dong Nov” bisikku ketika aku sudah puas menikmati payudaranya yang ranum.

Kami pun kembali berciuman sementara tangan Novi yang halus mulai membukai resleting celanaku. Diturunkannya celana dalamku, sehingga penisku yang telah membengkak mencuat keluar dengan gagahnya. Novi pun kemudian mendekatkan wajah ayunya pada kemaluanku itu, dan rasa nikmat menjalar di tubuhku ketika mulutnya mulai mengulum penisku. Sambil menghisapi penisku, Novi mengocok perlahan batangnya, membuatku tak tahan untuk menahan erangan nikmatku.

“Ihh.. Gede banget.. Lisa juga pengen dong..”. Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara Lisa yang ternyata entah sejak kapan memperhatikan aktifitas kami di belakang.
“Pindah aja ke sini” kataku sambil mengelus-elus rambut Novi yang masih menghisapi penisku.

Lisa pun kemudian melangkah pindah ke bangku belakang. Langsung kuciumi wajahnya, yang walaupun tidak secantik Novi tetapi cukup manis. Lidahku dan lidahnya sudah saling bertaut, sementara Novi masih sibuk menikmati penisku.

“Di.. Bentar ya nanti gantian..” kataku pada Andi yang melotot melihat dari kaca spion.
“Oke deh bos..” jawabnya sambil terus melotot melihat pemandangan di bangku belakang mobilku. Setelah puas berciuman, kucabut penisku dari mulut Novi.
“Ayo Lis.. Katanya kamu suka” kataku sambil sedikit menekan kepala Lisa agar mendekat ke kemaluanku.
“Iya.. Abis gede banget..” katanya sambil dengan imutnya menyibakkan rambut yang menutupi telinganya.
“Ahh.. Yes..” desahku saat Lisa memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Dihisapinya batang kemaluanku seperti anak kecil sedang memakan permen lolipop. Rasa nikmat yang tak terhingga menjalari seluruh syarafku.

Cukup lama juga Lisa menikmati penisku. Sementara itu Novi kembali menyodorkan payudara mudanya untuk kunikmati. Setelah beberapa lama kuhisapi payudaranya, Novi kemudian mendekatkan wajahnya ke arah kemaluanku dan menciumi buah zakarku, sementara Lisa masih sibuk mengulum batang kemaluanku.

“Nih gantian Nov..” katanya sambil menyorongkan penisku ke mulut Novi yang berada di dekatnya. Novi pun dengan sigap kembali mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya. Sementara itu, kali ini gantian Lisa yang menjilati dan menciumi buah zakarku.

Saat itu aku merasa seperti sedang berada di surga. Dua orang gadis SMA yang cantik sedang menghisapi dan menjilati penisku secara bergantian. Kuelus-elus kepala gadis-gadis ABG yang sedang menikmati kelelakianku itu. Nikmat yang kurasakan membuatku merasa tak akan tahan terlalu lama lagi. Tetapi sebelumnya aku ingin menyetubuhi Lisa. Ingin kurasakan nikmat jepitan vagina gadis hitam manis ini.

Kuminta dia untuk duduk di pangkuan sambil membelakangiku. Kusibakkan celana dalamnya, sambil kuarahkan penisku dalam liang nikmatnya. Sengaja tak kuminta dia untuk membuka pakaiannya, karena aku tak mau menarik perhatian kendaraan yang melintas di luar sana.

“Ah..” desah Lisa ketika penisku mulai menyesaki vaginanya yang tak kalah sempit dengan kepunyaan Novi.

Lisa kemudian menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Novi pun tak tinggal diam, diciuminya aku ketika temannya sedang memompa penisku dalam jepitan dinding kewanitaannya. Goyangan tubuh Lisa membuatku merasa akan segera menumpahkan spermaku dalam vaginanya. Aku berusaha sekuat tenaga agar tidak ejakulasi terlebih dahulu sebelum dia orgasme. Sambil menciumi Novi, tanganku memainkan klitoris Lisa.

“Ah.. Terus Mas.. Lisa mau sampai..” desahnya. Semakin cepat kuusap-usap klitorisnya, sedangkan tubuh Lisa pun semakin cepat memompa penisku.
“Ahh..” erangnya nikmat saat mengalami orgasmenya.

Tubuhnya tampak mengejang dan kemudian terkulai lemas di atas pangkuanku. Aku pun mengerang tertahan saat aku menyemburkan ejakulasiku dalam vagina gadis manis ini. Setelah beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan tisu yang tersedia.

“Mau gantian Di? ” tanyaku pada Andi yang tampak sudah tidak tenang membawa mobilku.
“So pasti dong” jawab Andi sambil menepikan mobil di tempat yang sepi.

Kami pun berganti tempat. Aku yang membawa mobil, sedangkan Andi pindah duduk di jok belakang. Rencananya dia juga akan main threesome, tetapi Novi juga ikut beranjak ke bangku depan.

“Aku cape ah Mas..” katanya.

Andi tampak kecewa, tetapi apa boleh buat. Kami pun segera melanjutkan perjalanan kami. Kudengar suara lenguhan Andi di jok belakang. Lewat kaca spion kulihat Lisa sedang mengulum penisnya. Karena sudah puas, aku tak begitu mempedulikannya lagi.

Sesampainya di Bogor, kedua gadis itu kami turunkan di tempat semula, sambil kuberi uang beberapa ratus ribu serta uang taksi.

“Kalau ke Bogor hubungi Novi lagi ya Mas..” kata Novi manis saat kami akan berpisah. Kulihat beberapa orang memperhatikan mereka. Mungkin mereka curiga kok ada dua gadis berseragam SMA di hari Minggu, malam lagi he.. He..
“Wan.. Gue doain lu dapat banyak proyek deh.. Biar lu traktir gue kayak tadi lagi..” kata Andi ketika aku turunkan di depan rumahnya.
“Sip deh..” jawabku sambil pamit pulang.

Kukebut mobilku menyusuri jalan tol Jagorawi menuju Jakarta. Aku tersenyum puas. Yang dulu selalu menjadi obsesiku, kini bisa menjadi kenyataan. Ternyata hidup itu indah.

Viewing all 140 articles
Browse latest View live